Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Maret 2014
Baca: Yesaya 56:1-8
"sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa." Yesaya 56:7b
Daud senantiasa mencintai firman Tuhan, "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari." (Mazmur 119:97) karena hidup tanpa firman Tuhan itu seperti hidup di dalam kegelapan yang pekat. Sungguh, "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Tuhan juga mengingatkan Yosua, "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi
renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati
sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian
perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8). Sudah seharusnya kita memiliki komitmen untuk menjadi pelaku firman Tuhan, supaya kita disebut berbahagia oleh setiap perbuatan yang kita lakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan. "...barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan
orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk
melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia
oleh perbuatannya." (Yakobus 1:25).
Komitmen hidup taat merupakan perekat hubungan kita dengan Tuhan, sebab jika tidak ada tekad untuk melakukan firman Tuhan secara terus-menerus, dalam waktu yang singkat iman kita akan goyah dan kerohanian kita akan merosot. Komitmen inilah yang makin mendewasakan kita di dalam iman sehingga kita semakin hari semakin berkenan di mata Tuhan. Selain itu kita harus bertekun dalam doa. Doa yang dimaksud bukanlah doa yang sarat kepentingan pribadi, atau doa yang dilakukan hanya saat ada persoalan, melainkan yang dibangun setiap waktu, yang didasari kerinduan untuk bersekutu dan bergaul karib dengan Tuhan, sehingga doa menjadi gaya hidup atau kebiasaan yang dilakukan setiap hari, seperti Daniel, "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem;
tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang
biasa dilakukannya." (Daniel 6:11).
Seorang yang belum dewasa rohani amatlah sulit untuk bercakap-cakap dengan Tuhan, kecuali hanya bisa meminta.
Seseorang dewasa rohani tahu membangun persekutuan intim dan menjaga komunikasi dengan Tuhan; isi doanya sarat pjji-pujian dan penyembahan bagiNya.
Sunday, March 2, 2014
Saturday, March 1, 2014
KEDEWASAAN ROHANI: Merenungkan Firman
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Maret 2014
Baca: Mazmur 119:41-56
"Aku menaikkan tanganku kepada perintah-perintah-Mu yang kucintai, dan aku hendak merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu." Mazmur 119:48
Kedewasaan rohani seseorang tidak bisa kita ukur dengan umur atau usia orang tersebut. Mungkin kita akan dengan mudah menebak berapa umur seseorang dari cici-ciri fisiknya yang memang sudah nampak jelas dan bisa kita kira-kira. Namun menilai kedewasaan rohani seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi kita hanya tahu orang tersebut secara sekilas tanpa pernah bergaul karib dengan waktu yang cukup lama.
Kedewasaan rohani seseorang dapat dilihat dari karakter dan buah Roh yang dihasilkannya, sebab "...dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka." (Matius 7:20), karena itu "...hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (Matius 3:8). Inilah kehendak Tuhan, "sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala." (Efesus 4:13-15).
Ada aspek yang membawa seseorang kepada kedewasaan rohani, di antaranya adalah firman Tuhan. Firman Tuhan adalah makanan rohani orang percaya. "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4). Sama halnya dengan tubuh jasmani yang terus mengkonsumsi makanan yang bergizi, tubuh rohani kita pun harus mengkonsumsi firman Tuhan. Semakin kita mencintai firman Tuhan dan merenungkan itu siang dan malam, perbuatan dan karakter kita pun akan semakin diperbaharui dari hari ke sehari, sebab "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Semakin kita merenungkan firman Tuhan, maka semakin kita rindu untuk menyenangkan hati Tuhan di segala aspek kehidupan kita.
Pertanyaan: seberapa besar rasa haus dan lapar kita terhadap firman Tuhan?
Baca: Mazmur 119:41-56
"Aku menaikkan tanganku kepada perintah-perintah-Mu yang kucintai, dan aku hendak merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu." Mazmur 119:48
Kedewasaan rohani seseorang tidak bisa kita ukur dengan umur atau usia orang tersebut. Mungkin kita akan dengan mudah menebak berapa umur seseorang dari cici-ciri fisiknya yang memang sudah nampak jelas dan bisa kita kira-kira. Namun menilai kedewasaan rohani seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi kita hanya tahu orang tersebut secara sekilas tanpa pernah bergaul karib dengan waktu yang cukup lama.
Kedewasaan rohani seseorang dapat dilihat dari karakter dan buah Roh yang dihasilkannya, sebab "...dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka." (Matius 7:20), karena itu "...hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (Matius 3:8). Inilah kehendak Tuhan, "sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala." (Efesus 4:13-15).
Ada aspek yang membawa seseorang kepada kedewasaan rohani, di antaranya adalah firman Tuhan. Firman Tuhan adalah makanan rohani orang percaya. "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4). Sama halnya dengan tubuh jasmani yang terus mengkonsumsi makanan yang bergizi, tubuh rohani kita pun harus mengkonsumsi firman Tuhan. Semakin kita mencintai firman Tuhan dan merenungkan itu siang dan malam, perbuatan dan karakter kita pun akan semakin diperbaharui dari hari ke sehari, sebab "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Semakin kita merenungkan firman Tuhan, maka semakin kita rindu untuk menyenangkan hati Tuhan di segala aspek kehidupan kita.
Pertanyaan: seberapa besar rasa haus dan lapar kita terhadap firman Tuhan?
Subscribe to:
Posts (Atom)