Saturday, March 1, 2014

KEDEWASAAN ROHANI: Merenungkan Firman

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Maret 2014

Baca:  Mazmur 119:41-56

"Aku menaikkan tanganku kepada perintah-perintah-Mu yang kucintai, dan aku hendak merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu."  Mazmur 119:48

Kedewasaan rohani seseorang tidak bisa kita ukur dengan umur atau usia orang tersebut.  Mungkin kita akan dengan mudah menebak berapa umur seseorang dari cici-ciri fisiknya yang memang sudah nampak jelas dan bisa kita kira-kira.  Namun menilai kedewasaan rohani seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi kita hanya tahu orang tersebut secara sekilas tanpa pernah bergaul karib dengan waktu yang cukup lama.

     Kedewasaan rohani seseorang dapat dilihat dari karakter dan buah Roh yang dihasilkannya, sebab  "...dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka."  (Matius 7:20), karena itu  "...hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  (Matius 3:8).  Inilah kehendak Tuhan,  "sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala."  (Efesus 4:13-15).

     Ada aspek yang membawa seseorang kepada kedewasaan rohani, di antaranya adalah firman Tuhan.  Firman Tuhan adalah makanan rohani orang percaya.  "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."  (Matius 4:4).  Sama halnya dengan tubuh jasmani yang terus mengkonsumsi makanan yang bergizi, tubuh rohani kita pun harus mengkonsumsi firman Tuhan.  Semakin kita mencintai firman Tuhan dan merenungkan itu siang dan malam, perbuatan dan karakter kita pun akan semakin diperbaharui dari hari ke sehari, sebab  "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."  (2 Timotius 3:16).  Semakin kita merenungkan firman Tuhan, maka semakin kita rindu untuk menyenangkan hati Tuhan di segala aspek kehidupan kita.

Pertanyaan:  seberapa besar rasa haus dan lapar kita terhadap firman Tuhan?

Friday, February 28, 2014

MURAH HATIKAH KITA?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Februari 2014

Baca:  Matius 5:1-12

"Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan."  Matius 5:7

Ayat nas diatas menyatakan bahwa jika kita ingin beroleh kemurahan, maka kita pun harus bermurah hati.  Adapun arti kata  'murah hati'  adalah suka memberi, tidak pelit dan suka menolong.  Karakter inilah yang harus dikembangkan dalam diri setiap diri anak-anak Tuhan, sebab keKristenan itu identik dengan kasih dan salah satu bukti bahwa kita memiliki kasih adalah murah hati.  Kemurahan juga merupakan salah satu buah-buah Roh yang harus kita hasilkan  (baca  Galatia 5:22-23).  Namun faktanya?  Banyak orang Kristen yang tidak punya sifat murah hati, mereka lebih suka menerima daripada memberi.  Padahal Alkitab menyatakan,  "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."  (Kisah 20:35).  Seringkali kita berpikir bahwa yang berbahagia adalah orang yang suka menerima, karena ia mendapat sesuatu dari orang lain.  Mulai hari ini mindset itu harus dirubah!  Justru kebahagiaan itu ada dalam diri orang yang suka memberi.  Memberi, saat memberi atau menabur, harus ada yang dikorbankan dan itu mungkin terasa sangat berat bagi kita, tapi percayalah bahwa Tuhan tidak pernah tertidur, Dia melihat apa yang telah kita perbuat untuk-Nya dan juga sesama.

     Mengapa kita harus murah hati?  Karena Bapa kita di sorga  "...seumur hidup Ia murah hati;"  (Mazmur 30:6), dan sebagai anak-anak-Nya, kita wajib dan harus mengikuti jejak-Nya.  "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."  (Lukas 6:36).  Bukti nyata bahwa Bapa itu Maha pemurah adalah Ia rela memberikan Putera-Nya Yesus Kristus untuk mati di kayu salib demi menebus dosa umat manusia, yang oleh-Nya kita diselamatkan.  Selama pelayanan-Nya di bumi, Tuhan Yesus juga selalu menunjukkan kasih dan kemurahan hati terhadap semua orang.  Maka dari itu,  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).

     Bermurah hati atau suka memberi itu tidak selalu identik dengan berkorban uang atau materi.  Tapi kita yang diberkati Tuhan, adalah wajib bagi kita untuk memberkati orang lain, karena tujuan Tuhan memberkati kita adalah supaya kita dapat menjadi berkat.

"Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai."  Mazmur 126:5