Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Februari 2014
Baca: 2 Petrus 2:1-22
"Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: 'Anjing
kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke
kubangannya.'" 2 Petrus 2:22
Di zaman sekarang ini banyak anak Tuhan mengalami kejatuhan. Mereka tak segan-segan meninggalkan Tuhan karena tergiur segala perkara yang ditawarkan oleh dunia. Padahal awalnya mereka begitu mengasihi Tuhan, memiliki semangat yang berkobar-kobar dalam melayani pekerjaan Tuhan, dan tiada hari tanpa membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan. Sebuah langkah awal yang sangat indah! Sangat disesalkan, dalam perjalanan selanjutnya kerohanian mereka bukannya makin bertumbuh, namun sebaliknya makin merosot. Mereka kehilangan kasih mula-mula kepada Tuhan seperti yang dialami jemaat di Efesus sehingga Tuhan menegur mereka dengan keras, "Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan
lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku
akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya,
jikalau engkau tidak bertobat." (Wahyu 2:5).
Mengapa banyak orang Kristen kehilangan kasih mula-mula dan kemudian meninggalkan Tuhan? Karena mereka telah terpesona dan terpikat oleh gemerlap dunia ini sehingga mereka mengalami kesuaman, tidak dingin dan tidak panas, berkompromi lagi dengan dosa. Firman Tuhan menegaskan, "Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku." (Wahyu 3:16). Jika kita tidak waspada dan tak segera menyadari hal ini tidak tertutup kemungkinan kita yang sudah melayani Tuhan pun bisa kembali kepada kehidupan lama dan bersahabat dengan dunia yang sarat dengan segala keinginan dan rupa-rupa kecemaran ini...lupa atau sengaja lupa status kita sebagai anak-anak terang, yang telah dipindahkan dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib dengan tujuan supaya kita menceritakan perbuatan-perbuatan besar dari Tuhan.
"Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang
di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang," (Efesus 5:8).
Sebagai orang percaya kita dipanggil bukan untuk melakukan hal-hal yang cemar, melainkan apa yang kudus (baca 1 Tesalonika 4:7). Masakan kita kembali lagi kepada dunia?
Sunday, February 16, 2014
Saturday, February 15, 2014
MELAYANI TUHAN: Komitmen Seumur Hidup
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Februari 2014
Baca: Roma 14:1-12
"Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan." Roma 14:9
Tanpa memiliki komitmen yang kuat sulit rasanya seseorang dapat bertahan lama melayani Tuhan. Sedangkan untuk dapat berkomitmen melayani Tuhan seumur hidup kita harus mendasarinya dengan kasih dan kesetiaan. Jika kita mengasihi Tuhan dengan sungguh, apa pun yang kita perbuat akan kita lakukan dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (baca Kolose 3:23). Apabila kasih kepada Tuhan ini sudah menjadi dasar, kita pun akan setia mengerjakan segala perkara, baik itu perkara kecil maupun besar sampai akhir hidup kita.
Raja Saul adalah contoh orang yang tidak bisa memegang komitmennya dalam melayani Tuhan sampai akhir: berhasil pada tahap awal, tetapi gagal pada akhirnya. Begitu juga dengan Salomo, setelah dipercaya Tuhan dengan segala kekayaan dan hikmat yang luar biasa, ia akhirnya gagal menjaga kekudusan hidupnya dan jatuh dalam penyembahan berhala. "Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya." (1 Raja-Raja 11:4). Lebih baik kita gagal di awal tetapi berhasil sampai garis akhir seperti Rasul Paulus. "Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya. Panjang sabar lebih baik dari pada tinggi hati." (Pengkotbah 7:8). Bukan langkah pertama yang penting tapi langkah yang terakhir itulah yang menentukan. "...banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu." (Matius 19:30). Meski demikian, yang terbaik adalah berkomitmen dan setia dari awal sampai akhir seperti yang diteladankan oleh Tuhan Yesus.
Di akhir zaman ini banyak orang yang begitu mudah berubah. Mereka tidak lagi setia melayani Tuhan oleh karena masalah sakit-penyakit, penderitaan, bahkan juga berkelimpahan. Mereka berkata, "Percuma melayani Tuhan, hanya buang-buang waktu dan uang." Kita lupa bahwa dengan melayani tuhan seumur hidup kita akan diberkati oleh Tuhan sehingga pekerjaan kita berhasil dan tahan uji.
Tuhan Yesus sudah berkorban dan rela mati bagi kita, masakan kita tidak mau melayani dan melakukan yang terbaik bagi Dia seumur hidup kita?
Baca: Roma 14:1-12
"Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan." Roma 14:9
Tanpa memiliki komitmen yang kuat sulit rasanya seseorang dapat bertahan lama melayani Tuhan. Sedangkan untuk dapat berkomitmen melayani Tuhan seumur hidup kita harus mendasarinya dengan kasih dan kesetiaan. Jika kita mengasihi Tuhan dengan sungguh, apa pun yang kita perbuat akan kita lakukan dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (baca Kolose 3:23). Apabila kasih kepada Tuhan ini sudah menjadi dasar, kita pun akan setia mengerjakan segala perkara, baik itu perkara kecil maupun besar sampai akhir hidup kita.
Raja Saul adalah contoh orang yang tidak bisa memegang komitmennya dalam melayani Tuhan sampai akhir: berhasil pada tahap awal, tetapi gagal pada akhirnya. Begitu juga dengan Salomo, setelah dipercaya Tuhan dengan segala kekayaan dan hikmat yang luar biasa, ia akhirnya gagal menjaga kekudusan hidupnya dan jatuh dalam penyembahan berhala. "Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya." (1 Raja-Raja 11:4). Lebih baik kita gagal di awal tetapi berhasil sampai garis akhir seperti Rasul Paulus. "Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya. Panjang sabar lebih baik dari pada tinggi hati." (Pengkotbah 7:8). Bukan langkah pertama yang penting tapi langkah yang terakhir itulah yang menentukan. "...banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu." (Matius 19:30). Meski demikian, yang terbaik adalah berkomitmen dan setia dari awal sampai akhir seperti yang diteladankan oleh Tuhan Yesus.
Di akhir zaman ini banyak orang yang begitu mudah berubah. Mereka tidak lagi setia melayani Tuhan oleh karena masalah sakit-penyakit, penderitaan, bahkan juga berkelimpahan. Mereka berkata, "Percuma melayani Tuhan, hanya buang-buang waktu dan uang." Kita lupa bahwa dengan melayani tuhan seumur hidup kita akan diberkati oleh Tuhan sehingga pekerjaan kita berhasil dan tahan uji.
Tuhan Yesus sudah berkorban dan rela mati bagi kita, masakan kita tidak mau melayani dan melakukan yang terbaik bagi Dia seumur hidup kita?
Subscribe to:
Posts (Atom)