Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Februari 2014
Baca: Pengkotbah 4:7-17
"Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh," Pengkotbah 4:17
Supaya dapat menghasilkan perkataan atau ucapan yang positif seorang pelayan Tuhan harus mempertajam pendengarannya setiap hari untuk mendengar seperti seorang murid. "Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid." (Yesaya 50:4b). Kita tidak akan mampu berkata-kata tentang hal-hal yang baik dan benar sebelum kita membiasakan diri mendengar kebenaran, di mana sumber kebenaran itu adalah firman Tuhan. "Dasar firman-Mu adalah kebenaran" (Mazmur 119:160).
Memperkatakan kebenaran adalah tugas pelayan Tuhan. Memperkatakan kebenaran berarti apa yang keluar dari mulut kita adalah perkataan yang senantiasa memberitakan kabar keselamatan kepada orang lain, menghibur, menguatkan, mendorong dan dipenuhi oleh kasih, dan untuk itu diperlukan suatu proses atau latihan seumur hidup kita yaitu dengan mempertajam pendengaran kita terhadap firman Tuhan setiap hari. Saat kita mendengarkan firman Tuhan kita sedang mendengar suara Tuhan. Mengapa kita harus selalu mendengar suara Tuhan? Karena suaraNya adalah suara yang mendatangkan iman dan kehidupan. "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Saat berada di bumi kehadiran Yesus benar-benar membawa dampak yang luar biasa. Di mana ada Yesus di situ selalu terjadi mujizat. Ketika mendengar suaraNya orang sakit disembuhkan, angin ribut menjadi teduh saat Yesus memperdengarkan suaraNya. Ketika Yesus berkata, "...marilah keluar!", maka Lazarus yang sudah empat hari terbaring di dalam kubur pun bangkit dan hidup kembali.
Perkataan Tuhan Yesus adalah firman yang berkuasa, yang sanggup menyelamatkan, menyembuhkan, memulihkan dan mengubahkan hidup siapa pun yang mau mendengar dan percaya kepadaNya; dan kita yang sudah mendengar suara Tuhan ini memiliki tugas sebagai penyambung lidahNya untuk memberitakan kebenaran dan bersaksi tentang Dia.
"demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali
kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang
Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." Yesaya 55:11.
Thursday, February 13, 2014
Wednesday, February 12, 2014
MELAYANI TUHAN: Mengekang Lidah
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Februari 2014
Baca: Yesaya 50:4-11
"Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu." Yesaya 50:4a
Yakobus dalam suratnya mengatakan, "Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." (1:26). Sia-sialah melayani jika kita tidak bisa mengekang lidah atau menjaga ucapan. Orang lain akan menertawakan pelayanan kita jika kita tidak bisa menguasai diri dalam bertutur kata: bergosip, berkata jorok, mengumpat, dan lain-lain.
Menjadi pelayan Tuhan bukanlah pekerjaan mudah, karena selain perbuatan, ucapannya pun harus benar-benar bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan dan juga manusia. Lidah pelayan Tuhan seharusnya lidah yang sudah dikendalikan sehingga perkataan yang keluar tidak sembarangan. "Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang." (Kolose 4:6). Maka dari itu "Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit." (Pengkotbah 5:1). Hati-hatilah dengan ucapan kita, sebab "Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Matius 12:36-37). Jangan sampai karena ucapan kita orang lain kecewa, sakit hati, terluka, patah semangat, apalagi sampai mundur meninggalkan Tuhan.
Supaya lidah atau mulut berfungsi seperti yang Tuhan kehendaki kita harus senantiasa mempertajam pendengaran kita terhadap firman Tuhan, membaca dan merenungkan firmanNya setiap hari dan bergaul karib dengan Roh Kudus melalui jam-jam doa. Dengan demikian pikiran kita dipenuhi perkara-perkara positif, dan secara otomatis yang keluar dari mulut kita juga positif. Inilah yang harus dilakukan oleh orang yang melayani: mengekang lidah!
"Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah;" 1 Petrus 4:11
Baca: Yesaya 50:4-11
"Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu." Yesaya 50:4a
Yakobus dalam suratnya mengatakan, "Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." (1:26). Sia-sialah melayani jika kita tidak bisa mengekang lidah atau menjaga ucapan. Orang lain akan menertawakan pelayanan kita jika kita tidak bisa menguasai diri dalam bertutur kata: bergosip, berkata jorok, mengumpat, dan lain-lain.
Menjadi pelayan Tuhan bukanlah pekerjaan mudah, karena selain perbuatan, ucapannya pun harus benar-benar bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan dan juga manusia. Lidah pelayan Tuhan seharusnya lidah yang sudah dikendalikan sehingga perkataan yang keluar tidak sembarangan. "Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang." (Kolose 4:6). Maka dari itu "Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit." (Pengkotbah 5:1). Hati-hatilah dengan ucapan kita, sebab "Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Matius 12:36-37). Jangan sampai karena ucapan kita orang lain kecewa, sakit hati, terluka, patah semangat, apalagi sampai mundur meninggalkan Tuhan.
Supaya lidah atau mulut berfungsi seperti yang Tuhan kehendaki kita harus senantiasa mempertajam pendengaran kita terhadap firman Tuhan, membaca dan merenungkan firmanNya setiap hari dan bergaul karib dengan Roh Kudus melalui jam-jam doa. Dengan demikian pikiran kita dipenuhi perkara-perkara positif, dan secara otomatis yang keluar dari mulut kita juga positif. Inilah yang harus dilakukan oleh orang yang melayani: mengekang lidah!
"Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah;" 1 Petrus 4:11
Subscribe to:
Posts (Atom)