Wednesday, January 29, 2014

YESUS: Disiplin Dalam Doa (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Januari 2014

Baca:  Markus 1:35-39

"Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana."  Markus 1:35

Para tokoh iman dan orang-orang pilihan yang dipakai Tuhan secara luar biasa yang tercatat di dalam Alkitab, juga para hamba Tuhan yang hidup di zaman sekarang ini adalah orang-orang yang mau membayar harga dalam hidupnya sehingga mereka menjadi pribadi-pribadi yang istimewa di mata Tuhan.  Kita perlu berusaha meneladani dan mengikuti jejak hidup mereka seperti yang disampaikan Rasul Paulus,  "Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus."  (1 Korintus 11:1).  Tidak ada maksud menyombongkan diri dan menganggap diri sempurna sehingga ia memerintahkan orang lain untuk mencontoh dan mengikutinya.  Dalam hal ini rasul Paulus ingin menekankan bahwa pribadi yang harus menjadi teladan utama dalam hidup ini adalah Kristus, sebagaimana ia juga menjadikan Kristus sebagai teladan dalam hidupnya.

     Mengikuti, menaati dan meneladani Tuhan Yesus adalah langkah awal untuk menjadi orang Kristen yang berdampak bagi orang lain.  Mengapa kita harus meneladani Tuhan Yesus?  Karena hal yang paling terutama dalam hidup Yesus adalah melakukan kehendak Bapa di sorga, apa pun dan berapa pun harga yang harus dibayar, bahkan sampai mati di kayu salib.  Yesus berkata,  "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya."  (Yohanes 4:34).

     Tiada hari terlewatkan begitu saja bagi Yesus tanpa membangun persekutuan dengan Bapa.  Berdoa bagi Yesus adalah langkah awal persiapanNya untuk melakukan kehendak Bapa.  Pagi-pagi benar waktu hari masih gelap, ketika sebagian besar orang memilih untuk bersembunyi di balik selimut tebalnya, Yesus sudah pergi ke luar untuk berdoa.  Banyak orang Kristen, kalaupun bangun pagi-pagi benar, sesegera mungkin mengambil koran, minum kopi, menonton berita terhangat di televisi, atau melakukan aktivitas lain yang jauh dari doa.  Namun bagi Yesus, hal pertama yang Ia lakukan untuk memulai hariNya adalah berdoa dan membangun keintiman dengan Bapa.  Inilah kunci keberhasilan pelayanan Yesus!

Dengan berdoa Yesus beroleh kekuatan dan kesanggupan untuk melakukan semua kehendak Bapa!

Tuesday, January 28, 2014

TANAH LIAT DI TANGAN PENJUNAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Januari 2014

Baca:  Roma 9:20-29

"Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: 'Mengapakah engkau membentuk aku demikian?'"  Roma 9:20

Tuhan selalu punya cara membentuk dan meproses kita, bisa melalui masalah, ujian, penderitaan, sakit-penyakit, krisis keuangan, bahkan melalui berkat atau kelimpahan.

     "Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?"  (Roma 9:21).  Artinya Tuhan memiliki hak penuh atas hidup kita karena Dialah Sang Penjunan, sedangkan kita ini adalah tanah liatNya, karena itu Ia akan membentuk kita sesuai dengan kehendak dan recanaNya.  Sebagai tanah liat kita tidak dapat menentukan sendiri akan menjadi bejana yang bagaimana dan seperti apa kita ini karena hal itu sepenuhnya tergantung dari Sang Penjunan.  Bagaimana supaya kita menjadi bejanaNya yang mulia?  Tidak ada jalan lain selain kita harus tunduk, taat dan berserah penuh kepada Tuhan, menanggalkan manusia lama dengan menyucikan diri terhadap hal-hal yang jahat supaya kita layak dipakai untuk setiap pekerjaan yang baik dan mulia  (baca  2 Timotius 2:21).  Karena itu  "...jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran."  (2 Timotius 2:22-23).

     Ada banyak orang Kristen yang sudah merasa cukup menjadi perabot Tuhan untuk tujuan yang biasa-biasa.  Mereka tidak mau membayar harga, enggan meninggalkan dosa dan segala bentuk kecemaran dunia ini, padahal Alkitab tegas mengingatkan:  "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus."  (1 Tesalonika 4:7).  Tuhan akan dan siap memakai kita untuk tujuannya yang mulia asal kita terlebih dahulu mau menyucikan diri.

Ingin menjadi bejana Tuhan yang mulia?  "Keluarlah kamu...dan pisahkanlah dirimu...dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu."  2 Korintus 6:17