Sunday, January 26, 2014

SERUPA KRISTUS: Menjadi MempelaiNya (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Januari 2014

Baca:  Wahyu 19:6-10

"Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia."  Wahyu 19:7

Alkitab menyatakan bahwa  "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya;"  (Amsal 19:22).  Sementara di masa-masa sekarang ini tidak sedikit orang kristen yang mulai tidak setia mengiring Tuhan.  Karena masalah, kesesakan atau doa-doa yang belum terjawab mereka begitu mudahnya kecewa, marah, menyalahkan Tuhan, lalu berpaling dari Tuhan, meninggalkan Dia dan menambatkan hati kepada dunia ini.  "...maukah kita membangkitkan cemburu Tuhan?"  (1 Korintus 10:22).  Sungguh benar kata pemazmur,  "...telah lenyap orang-orang yang setia dari antara anak-anak manusia."  (Mazmur 12:2).  Mari kita belajar untuk setia menanti-nantikan Tuhan.  "Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi."  (Mazmur 130:5-6).

     Ketiga, kita diminta untuk mengasihi Tuhan lebih dari segala yang ada,  "Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku."  (Matius 10:37).  Faktanya?  Banyak orang lebih mencintai uang, harta, pekerjaan, popularitas atau jabatan, daripada mengasihi Tuhan.  Akhirnya mereka meremehkan dan mengabaikan jam-jam ibadah dan persekutuan dengan Tuhan dan memilih menghabiskan waktu untuk perkara-perkara duniawi.  Jika seseorang tidak mengasihi pasangannya lebih dari yang lain, bagaimana hubungan ini bisa berlanjut ke jenjang pernikahan?  Tak seorang pun mau jika calon pasangannya itu selingkuh atau mempunyai affair dengan yang lain.  Setiap pasangan pasti menginginkan suatu hubungan yang semakin hari semakin dekat dan saling mengasihi satu sama lain.

     Milikilah kerinduan yang dalam kepada Tuhan,  "Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik."  (Mazmur 84:11).

Sebagai calon mempelai Kristus, kita harus menjaga hidup kita supaya tetap kudus, memiliki kesetiaan dan mengasihi Dia lebih dari segalanya, sampai Ia datang!

Saturday, January 25, 2014

SERUPA KRISTUS: Menjadi MempelaiNya (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Januari 2014

Baca:  Yesaya 62:1-12

"Sebab seperti seorang muda belia menjadi suami seorang anak dara, demikianlah Dia yang membangun engkau akan menjadi suamimu, dan seperti girang hatinya seorang mempelai melihat pengantin perempuan, demikianlah Allahmu akan girang hati atasmu."  Yesaya 62:5

Setelah menjadi sahabat Kristus kita tidak berhenti di sini, namun kita harus bertumbuh menjadi mempelai Kristus yang dewasa.  Seperti halnya seorang laki-laki hanya akan menikah dengan wanita yang sudah dewasa dan sepadan dengannya, begitu pula Kristus, Ia hanya akan memilih orang-orang Kristen yang dewasa rohani dan memiliki kehidupan yang berkenan untuk menjadi mempelaiNya.  Setiap orang percaya adalah calon mempelai Kristus.  "Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus."  (2 Korintus 11:2b).

     Dalam menanti-nantikan kedatangan Sang Mempelai  (Kristus), yang tidak akan lama lagi, ada hal-hal yang harus kita perhatikan.  Pertama, kita harus hidup dalam kekudusan.  "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."  (1 Petrus 1:15-16).  Menjaga kekudusan dan kesucian adalah hal utama bagi calon mempelai Kristus.  Seorang mempelai pria pasti menginginkan pasangannya nanti  (mempelai wanita)  dalam keadaan suci dan tidak bernoda sampai hari pernikahan.  "supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela."  (Efesus 5:27).  Hidup dalam kekudusan berarti tidak berkompromi dengan dosa;  tidak mencemarkan diri dengan kehidupan duniawi;  tidak menyerahkan anggota tubuh kepada dosa untuk dipakai senjata kelaliman, sebab  "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya."  (Galatia 5:24).

     Kedua, kita harus setia menantikan kedatanganNya.  "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?"  (Amsal 20:6).  Tanpa kesetiaan, seseorang akan mudah kecewa dan berubah sikap saat yang dinanti-nantikan itu belum juga datang.