Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Januari 2014
Baca: Yohanes 15:9-17
"Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu." Yohanes 15:14
Tuhan menginginkan agar setiap orang percaya makin hari makin meningkatkan hubungan denganNya, semakin hari semakin intim dan karib dengan Dia seperti hubungan seorang sahabat. Tuhan mau kita menjadi sahabat-sahabatNya.
Orang yang menjadi sahabat Kristus adalah orang yang senantiasa bergaul karib dengan Dia, seia-sekata di segala keadaan, baik itu suka maupun duka. Menjadi sahabat berarti lebih dari sekedar teman: kedua belah pihak sudah saling mengenal luar-dalam, saling memahami, saling berbagi. Ada unsur kesetiaan dan juga komitmen di dalamnya. Jadi hubungan persahabatan itu hubungan yang sangat spesial atau khusus, di mana kedua belah pihak saling membagi isi hati, bahkan tidak ada hal yang dirahasiakan. Penulis Amsal menggambarkan, "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17), bahkan "...ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara." (Amsal 18:24). Itulah arti seorang sahabat! Tuhan Yesus berkata, "Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang
diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku
telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari
Bapa-Ku." (Yohanes 15:14-15). Pada saat kita belajar menjadi sahabat Yesus kita sedang belajar untuk mengenal dan memahami isi hati, pikiran, perasaan dan juga kehendakNya. Bagaimana kita bisa mengenal dan memahami isi hati, pikiran, perasaan, dan kehendak Tuhan? Yaitu melalui firmanNya. Kita harus tinggal di dalam firmanNya, artinya kita tidak lupa memperkatakan kitab Taurat tersebut, merenungkan itu siang dan malam dan bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya. (baca Yosua 1:8).
Seberapa dekat hubungan kita dengan Tuhan? Apakah kita mendekat kepadaNya hanya ketika sedang dalam permasalahan yang berat? Ataukah kekariban kita dengan Tuhan seperti hubungan antarsahabat di setiap waktu? Sudahkah kita layak disebut sebagai sahabat Kristus?
"TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." Mazmur 25:14
Friday, January 24, 2014
Thursday, January 23, 2014
SERUPA KRISTUS: Menjadi TentaraNya
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Januari 2014
Baca: Mazmur 148:1-14
"Pujilah Dia, hai segala malaikat-Nya, pujilah Dia, hai segala tentara-Nya!" Mazmur 148:2
Setelah kita menjadi murid Yesus kita pun harus melangkah untuk menjadi muridNya yang penuh loyalitas, radikal dan sungguh-sungguh mau membyar harga dengan ketaatan, bahkan menderita bagiNya sehingga kita dapat disebut sebagai tentara atau prajurit Kristus. "Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus." (2 Timotius 2:3). Kita semua tahu bahwa tidak semua orang bisa menjadi tentara atau prajurit. Mereka adalah orang-orang pilihan yang telah lulus seleksi secara ketat: mulai dari postur tubuh, tes fisik, tes kesehatan dan sebagainya. Tidak ada profesi lain yang melebihi profesi tentara/prajurit dalam hal pengabdian dan pengorbanan kepada bangsa dan negaranya. Bukan hanya itu! Tidak ada profesi lain yang melebihi profesi tentara/prajurit yang rela mati untuk bangsa dan negaranya. Itulah sebabnya firman Tuhan menjadikan tentara atau prajurit sebagai salah satu bentuk keteladanan bagi orang percaya.
Tentara harus mengalami proses tempaan di 'kawah candradimuka', masuk dalam camp dan menjalani latihan dengan disiplin yang sangat tinggi. Kita mungkin berpikir modal menjadi tentara cukup badan tegap dan kekar karena harus melakukan latihan fisik yang keras. Memang, tentara dituntut memiliki fisik yang kuat, namun bukan hanya itu, diperlukan pula kecerdasan intelektual karena mereka harus terus mengikuti pendidikan berjenjang dalam karir kemiliterannya, sehingga ilmu strategi perang mereka makin bertambah supaya pada saat terjun di medan peperangan yang sesungguhnya mampu mengalahkan lawan-lawannya dan tampil sebagai pemenang. Jadi memiliki fisik yang kuat tidaklah cukup, ia juga harus cerdas dan terampil. Namun lebih dari semua itu, yang paling diperlukan dari tentara/prajurit sejati adalah kesetiaan dan pengabdiannya. Demikian pula bagi tentara Kristus! Dan inilah kunci menjadi prajurit Kristus yang baik: "...tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya." (2 Timotius 2:4).
Sudahkah kita setia mengerjakan tugas yang dipercayakan Tuhan dan mengabdi penuh kepadaNya? Ia adalah komandan kita, karena itu kita harus taat kepadaNya.
Setia dan penuh pengabdian adalah karakter utama seorang tentara Kristus!
Baca: Mazmur 148:1-14
"Pujilah Dia, hai segala malaikat-Nya, pujilah Dia, hai segala tentara-Nya!" Mazmur 148:2
Setelah kita menjadi murid Yesus kita pun harus melangkah untuk menjadi muridNya yang penuh loyalitas, radikal dan sungguh-sungguh mau membyar harga dengan ketaatan, bahkan menderita bagiNya sehingga kita dapat disebut sebagai tentara atau prajurit Kristus. "Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus." (2 Timotius 2:3). Kita semua tahu bahwa tidak semua orang bisa menjadi tentara atau prajurit. Mereka adalah orang-orang pilihan yang telah lulus seleksi secara ketat: mulai dari postur tubuh, tes fisik, tes kesehatan dan sebagainya. Tidak ada profesi lain yang melebihi profesi tentara/prajurit dalam hal pengabdian dan pengorbanan kepada bangsa dan negaranya. Bukan hanya itu! Tidak ada profesi lain yang melebihi profesi tentara/prajurit yang rela mati untuk bangsa dan negaranya. Itulah sebabnya firman Tuhan menjadikan tentara atau prajurit sebagai salah satu bentuk keteladanan bagi orang percaya.
Tentara harus mengalami proses tempaan di 'kawah candradimuka', masuk dalam camp dan menjalani latihan dengan disiplin yang sangat tinggi. Kita mungkin berpikir modal menjadi tentara cukup badan tegap dan kekar karena harus melakukan latihan fisik yang keras. Memang, tentara dituntut memiliki fisik yang kuat, namun bukan hanya itu, diperlukan pula kecerdasan intelektual karena mereka harus terus mengikuti pendidikan berjenjang dalam karir kemiliterannya, sehingga ilmu strategi perang mereka makin bertambah supaya pada saat terjun di medan peperangan yang sesungguhnya mampu mengalahkan lawan-lawannya dan tampil sebagai pemenang. Jadi memiliki fisik yang kuat tidaklah cukup, ia juga harus cerdas dan terampil. Namun lebih dari semua itu, yang paling diperlukan dari tentara/prajurit sejati adalah kesetiaan dan pengabdiannya. Demikian pula bagi tentara Kristus! Dan inilah kunci menjadi prajurit Kristus yang baik: "...tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya." (2 Timotius 2:4).
Sudahkah kita setia mengerjakan tugas yang dipercayakan Tuhan dan mengabdi penuh kepadaNya? Ia adalah komandan kita, karena itu kita harus taat kepadaNya.
Setia dan penuh pengabdian adalah karakter utama seorang tentara Kristus!
Subscribe to:
Posts (Atom)