Thursday, January 16, 2014

HAMBA TUHAN: Benar atau Palsu (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Januari 2014

Baca:  Yehezkiel 13:1-16

"Celakalah nabi-nabi yang bebal yang mengikuti bisikan hatinya sendiri dan yang tidak melihat sesuatu penglihatan."  Yehezkiel 13:3

Sejak dahulu hingga sekarang tugas hamba Tuhan tidaklah mudah.  Selalu ada tekanan, ujian, hambatan dan tantangan.  Tidak sedikit yang harus mengalami aniaya, penyiksaan, bahkan harus rela kehilangan nyawanya karena menyampaikan berita kebenaran tersebut.  Tantangan itu bukan hanya datang dari orang-orang yang menolak Injil atau yang dengan sengaja menutup telinganya untuk kebenaran, namun juga datang dari orang-orang  'dalam'  yang terlihat turut serta mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan.

     Contohnya adalah apa yang dialami Amos ketika menyampaikan pesan Tuhan.  Ia justru ditentang oleh Amazia, yang adalah nabi tulen.  Ia dilaporkan kepada raja Yerobeam atas keberaniannya menyuarakan kebenaran.  Dengan keras Amazia mengusir Amos,  "Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah makananmu di sana dan bernubuatlah di sana!"  (Amos 7:12).

     Ketika diutus Tuhan menegakkan kebenaran di tengah-tengah bangsa yang sedang mengalami kemerosotan iman, Yehezkiel mengalami juga tantangan dan ujian berat dengan banyaknya bermunculan hamba-hamba Tuhan palasu di Israel.  Namanya saja palsu, maka yang mereka beritakan bukanlah ajaran yang mengandung nilai-nilai kebenaran, melainkan kepalsuan dan penyimpangan.  Mereka  "...bernubuat sesuka hatinya saja:"  (ayat 2), artinya menyatakan nubuatan hasil rekayasa sendiri yang dipenuhi dengan tipu muslihat, bukan berdasarkan petunjuk dari Tuhan.  Apa itu nubuat?  Nubuat adalah pemberitahuan atau penyampaian tentang hal-hal yang akan terjadi di kemudian hari.  Itu datangnya hanya dari Tuhan melalui orang-orang pilihannya untuk menyatakan maksud dan kehendakNya.  Sementara nubuatan yang disampaikan oleh para nabi palsu itu tidak datang dari Allah, artinya nubuatan tersebut diciptakan sendiri, hasil mereka-reka, mengikuti bisikan hatinya sendiri, dengan tujuan untuk menyenangkan hati orang yang mendengarnya dan untuk mendapatkan keuntungan dari pelayanan yang dilakukan, padahal  "Penglihatan mereka menipu dan tenungan mereka adalah bohong; mereka berkata: Demikianlah firman TUHAN, padahal TUHAN tidak mengutus mereka, dan mereka menanti firman itu digenapi-Nya."  (Yehezkiel 13:6).

Wednesday, January 15, 2014

AMOS: Saluran Isi Hati Tuhan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Januari 2014

Baca:  Amos 5:21-27

"Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu."  Amos 5:21

Secara eksternal bangsa Israel mengalami kemajuan dan kemapanan ekonomi.  Namun yang disesalkan hal ini tidak diimbangi kemajuan dari sisi rohani.  Yang terjadi justru sebaliknya, bangsa Israel sedang menuju kehancuran dan kemerosotan moral, terutama di kalangan orang-orang kaya atau masyarakat lapisan atas yang merasa nyaman dengan keadaan mereka yang berlimpah materi/kekayaan.  Karena merasa punya uang mereka bertindak semena-mena dengan melakukan penindasan terhadap rakyat kecil.  Akhirnya negeri dipenuhi ketidakadilan, ketidakbenaran, keserakahan, kelaliman.  Hati Tuhan sangat sedih melihat dosa dan pelanggaran bangsa Israel yang begitu kronis ini dan Ia sangat peduli terhadap orang-orang yang tertindas.  "Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya."  (Mazmur 34:7).

     Melalui Amos Tuhan menegur bangsa Israel dengan keras agar mereka segera bertobat!  Teguran Tuhan adalah bukti bahwa Ia sangat mengasihi bangsa Israel meski berulangkali mereka memberontak dan hidup dalam ketidaktaatan.  Tuhan menghendaki agar mereka segera bertobat;  jika tidak, Tuhan akan bertindak dengan tanganNya sendiri untuk menghakimi.  Penglihatan yang diterima oleh Amos di pasal 7-9 adalah bukti bahwa Tuhan tidak main-main dengan ucapanNya.  Tuhan sangat membenci kepura-puraan.  Ibadah dan persembahan tidak akan berarti apa-apa di hadapan Tuhan bila tidak disertai dengan ketaatan melakukan firmanNya.  Bangsa Israel berpikir bahwa Tuhan dapat disuap atau disogok dengan besarnya persembahan yang mereka bawa ke rumahNya.

     Teguran Amos ini juga berlaku bagi kita-kita yang hidup di zaman sekarang ini.  Bukankah ada banyak orang Kristen yang sedang terlena karena merasa berada di  'puncak'  dengan harta kekayaannya yang melimpah, sehingga mereka tidak lagi mengindahkan firman Tuhan?  Kita berpikir bahwa dengan memberikan banyak persembahan di gereja dan aktif di gereja Tuhan akan diam saja melihat kejahatan dan ketidaktaatan kita.  Amos, yang sama sekali tidak diperhitungkan oleh manusia, hari ini dipakai Tuhan untuk mengingatkan kita.

Masihkan kita mengeraskan hati dan mengabaikan teguranNya?