Saturday, January 11, 2014

ALLAH: Bapa yang Baik (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Januari 2014

Baca:  Lukas 15:1-32

"Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku."  Lukas 15:12a

Kita patut bersyukur, oleh karena pengorbanan Tuhan kita Yesus Kristus di atas Kavlari, kita yang dahulunya terbuang jauh karena dosa diperdamaikan kembali dengan Allah, bahkan kita diangkat sebagai anak-anak Allah dengan panggilan yang sangat intim yaitu Bapa.  Kata Bapa menunjukkan hubungan kasih yang tiada jarak, erat, tidak ada keraguan atau keengganan lagi.  Bahkan lebih dari itu  "...jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia."  (Roma 8:17).  Sebagai anak kita juga berhak atas warisan yang telah disediakan oleh Bapa bagi anak-anakNya.

     Dalam pembacaan firman hari ini Tuhan Yesus melukiskan kebesaran kasih Bapa melalui perumpamaan tentang anak yang hilang.  Anak bungsu adalah gambaran dari kehidupan di dalam kasih karunia, sedangkan ayah yang baik adalah gambaran dari pribadi Bapa di sorga yang dipenuhi oleh kasih karunia untuk anak-anakNya.  Anak bungsu memaksa ayahnya untuk segera membagikan harta kekayaannya kepada anak-anaknya.  Si bungsu meminta harta yang menjadi haknya terlebih dahulu;  dan karena kasihnya yang begitu besar, sang ayah pun membagi-bagikan harta kekayaannya tersebut.  Setelah menerima harta dari sang ayah si bungsu ini pun segera menjual seluruh hartanya, lalu pergi ke negeri yang jauh meninggalkan ayah dan kakaknya.  Di tempat jauh inilah si bungsu memboroskan harta kekayaan untuk berfoya-foya hingga harta yang dimilikinya tersebut ludes tak tersisa.  Keadaannya makin buruk karena di negeri di mana ia tinggal terjadi bencana kelaparan yang hebat, sehingga ia pun menjadi sangat melarat.  Untuk bertahan hidup ia bekerja sebagai penjaga babi, dan karena laparnya ia sampai ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi.

     Anak bungsu menanggung akibat dari kesalahannya sendiri:  hidupnya gagal dan hancur total sampai di titik terendah setelah keluar dan meninggalkan rumah ayahnya.

Friday, January 10, 2014

ANAK ALLAH: Menerima Wasiat

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Januari 2014

Baca:  Ibrani 9:11-28

"Sebab di mana ada wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu."  Ibrani 9:16

Secara umum arti kata  'wasiat'  adalah pesan terakhir yang disampaikan oleh orang yang akan meninggal.  Biasanya wasiat berkenaan dengan harta kekayaan yang hendak diwariskan kepada yang berhak menerima sesuai dengan yang dikehendaki oleh si pembuat wasiat, dan baru akan berlaku apabila yang memberi wasiat tersebut sudah meninggal  (ayat 17).

     Sesuai dengan pembacaan firman hari ini, pemberi wasiat itu adalah Allah.  Namun, bukankah Allah tidak pernah mati, karena Dia adalah kekal?  Allah bisa memberikan warisanNya kepada kita dengan jalan memberikan PuteraNya, Yesus, yang adalah Tuhan, menjadi manusia.  Melalui kematianNya di atas kayu salib tersebut Allah bisa memberikan wasiat kepada kita.  Setiap kita yang percaya kepada Yesus Kristus diangkat menjadi anak-anak Allah.  "Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia."  (Roma 8:17).

     Wasiat di dalam Tuhan Yesus berkenaan dengan berkat-berkat yang diberikan Allah kepada Abraham.  Ada tertulis:  "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!' Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu."  (Galatia 3:13-14).  Karena kita adalah anak-anak Allah maka kita pun berhak menerima warisan atau berkat-berkat yang dijanjikanNya;  dan untuk menerima berkat-berkat Tuhan atau mengalami penggenapan janji Allah ada syaratnya, yaitu jika kita mau menderita bersama-sama dengan Kristus.  Kata  'menderita'  identik dengan sesuatu yang tidak enak dan sakit.  Menderita di sini dimaksudkan mematikan segala keinginan daging dan mau hidup dipimpin oleh Roh Kudus.  Menderita bersama Tuhan berarti harus menyangkal diri, memikul salibNya dan mengikut Dia.  Inilah harga yang harus kita bayar supaya warisan itu menjadi milik kita.

Tanpa Yesus berkat-berkat Allah tidak bisa turun kepada kita!