Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Januari 2014
Baca: Ibrani 9:11-28
"Sebab di mana ada wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu." Ibrani 9:16
Secara umum arti kata 'wasiat' adalah pesan terakhir yang disampaikan oleh orang yang akan meninggal. Biasanya wasiat berkenaan dengan harta kekayaan yang hendak diwariskan kepada yang berhak menerima sesuai dengan yang dikehendaki oleh si pembuat wasiat, dan baru akan berlaku apabila yang memberi wasiat tersebut sudah meninggal (ayat 17).
Sesuai dengan pembacaan firman hari ini, pemberi wasiat itu adalah Allah. Namun, bukankah Allah tidak pernah mati, karena Dia adalah kekal? Allah bisa memberikan warisanNya kepada kita dengan jalan memberikan PuteraNya, Yesus, yang adalah Tuhan, menjadi manusia. Melalui kematianNya di atas kayu salib tersebut Allah bisa memberikan wasiat kepada kita. Setiap kita yang percaya kepada Yesus Kristus diangkat menjadi anak-anak Allah. "Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya
orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan
menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita
bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama
dengan Dia." (Roma 8:17).
Wasiat di dalam Tuhan Yesus berkenaan dengan berkat-berkat yang diberikan Allah kepada Abraham. Ada tertulis: "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi
kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung
pada kayu salib!' Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham
sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh
yang telah dijanjikan itu." (Galatia 3:13-14). Karena kita adalah anak-anak Allah maka kita pun berhak menerima warisan atau berkat-berkat yang dijanjikanNya; dan untuk menerima berkat-berkat Tuhan atau mengalami penggenapan janji Allah ada syaratnya, yaitu jika kita mau menderita bersama-sama dengan Kristus. Kata 'menderita' identik dengan sesuatu yang tidak enak dan sakit. Menderita di sini dimaksudkan mematikan segala keinginan daging dan mau hidup dipimpin oleh Roh Kudus. Menderita bersama Tuhan berarti harus menyangkal diri, memikul salibNya dan mengikut Dia. Inilah harga yang harus kita bayar supaya warisan itu menjadi milik kita.
Tanpa Yesus berkat-berkat Allah tidak bisa turun kepada kita!
Friday, January 10, 2014
Thursday, January 9, 2014
BOAS: Menjadi Saluran Berkat
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Januari 2014
Baca: Rut 4:1-17
"Terpujilah TUHAN, yang telah rela menolong engkau pada hari ini dengan seorang penebus." Rut 4:14
Jika membaca kitab Rut kita akan menemukan salah satu tokoh sentral yang olehnya kehidupan Rut dimuliakan dan terangkat dari keterpurukan. Dia adalah Boas, anak Salmon, yang merupakan sanak dari keluarga Elimelekh, mendiang suami Naomi.
Adapun nama Boas memiliki arti padanya ada kekuatan. Terbukti di dalam diri Boas ada kekuatan yang luar biasa: ia memiliki kekayaan yang melimpah, terpandang dan sangat berpengaruh di negerinya. Dengan keberadaannya ini sesungguhnya Boas punya banyak alasan untuk menjadi sombong dan bertindak semena-mena terhadap orang lain. Namun ia bukanlah sosok yang demikian: meski menjadi orang 'besar' ia tetap memiliki kepribadian yang baik, sederhana, rendah hati dan punya kepedulian terhadap orang lain yang hidup dalam penderitaan. Tak segan-segannya ia terjun langsung ke ladang dan memberi salam kepada pekerjanya, "TUHAN kiranya menyertai kamu." (Rut 2:4), makan bersama dengan pekerja-pekerjanya (baca Rut 2:14) dan juga tidak malu untuk tidur di tempak pengirikan (baca Rut 3:7).
Di ladang inilah Boas bertemu dengan Rut yang sedang memungut berkas gandum. Maka ia pun menaruh belas kasihnya kepada Rut dengan memerintahkan para pekerjanya untuk sengaja menjatuhkan sedikit-sedikit dari setiap jelai yang mereka tuai supaya Rut dapat memungut banyak. Mengapa? Sebab Boas sudah mendengar kesetiaan yang ditunjukkan Rut terhadap mertuanya (Naomi) yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengannya. Melihat kebaikan Boas ini Naomi menyarankan agar Rut mau jika diperisteri oleh Boas, karena itu ia diperintahkan untuk diam-diam tidur di dekat kaki Boas. Singakat cerita, gayung pun bersambut, Boas bersedia menebus dan menjadikan Rut sebagai isterinya dengan tujuan menyelamatkan Rut dan juga menegakkan nama keluarga Naomi di atas milik pusakanya (baca Rut 4:10).
Boas telah meninggalkan teladan hidup yang luar biasa: kekayaan yang dimiliki tidak sepenuhnya ia nikmati untuk diri sendiri, tapi juga untuk memberkati orang lain.
Melalui garis keturunan Boas pula lahirlah Yesus Kristus, Sang Juruselamat. Yesus adalah keturunan Daud dan Daud adalah cicit Boas!
Baca: Rut 4:1-17
"Terpujilah TUHAN, yang telah rela menolong engkau pada hari ini dengan seorang penebus." Rut 4:14
Jika membaca kitab Rut kita akan menemukan salah satu tokoh sentral yang olehnya kehidupan Rut dimuliakan dan terangkat dari keterpurukan. Dia adalah Boas, anak Salmon, yang merupakan sanak dari keluarga Elimelekh, mendiang suami Naomi.
Adapun nama Boas memiliki arti padanya ada kekuatan. Terbukti di dalam diri Boas ada kekuatan yang luar biasa: ia memiliki kekayaan yang melimpah, terpandang dan sangat berpengaruh di negerinya. Dengan keberadaannya ini sesungguhnya Boas punya banyak alasan untuk menjadi sombong dan bertindak semena-mena terhadap orang lain. Namun ia bukanlah sosok yang demikian: meski menjadi orang 'besar' ia tetap memiliki kepribadian yang baik, sederhana, rendah hati dan punya kepedulian terhadap orang lain yang hidup dalam penderitaan. Tak segan-segannya ia terjun langsung ke ladang dan memberi salam kepada pekerjanya, "TUHAN kiranya menyertai kamu." (Rut 2:4), makan bersama dengan pekerja-pekerjanya (baca Rut 2:14) dan juga tidak malu untuk tidur di tempak pengirikan (baca Rut 3:7).
Di ladang inilah Boas bertemu dengan Rut yang sedang memungut berkas gandum. Maka ia pun menaruh belas kasihnya kepada Rut dengan memerintahkan para pekerjanya untuk sengaja menjatuhkan sedikit-sedikit dari setiap jelai yang mereka tuai supaya Rut dapat memungut banyak. Mengapa? Sebab Boas sudah mendengar kesetiaan yang ditunjukkan Rut terhadap mertuanya (Naomi) yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengannya. Melihat kebaikan Boas ini Naomi menyarankan agar Rut mau jika diperisteri oleh Boas, karena itu ia diperintahkan untuk diam-diam tidur di dekat kaki Boas. Singakat cerita, gayung pun bersambut, Boas bersedia menebus dan menjadikan Rut sebagai isterinya dengan tujuan menyelamatkan Rut dan juga menegakkan nama keluarga Naomi di atas milik pusakanya (baca Rut 4:10).
Boas telah meninggalkan teladan hidup yang luar biasa: kekayaan yang dimiliki tidak sepenuhnya ia nikmati untuk diri sendiri, tapi juga untuk memberkati orang lain.
Melalui garis keturunan Boas pula lahirlah Yesus Kristus, Sang Juruselamat. Yesus adalah keturunan Daud dan Daud adalah cicit Boas!
Subscribe to:
Posts (Atom)