Tuesday, December 24, 2013

TUHAN ADALAH GEMBALAKU (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Desember 2013 -

Baca:  Yohanes 10:11-21

"Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;"  Yohanes 10:11

Daud menyadari bahwa dirinya tak ubahnya seperti domba:  lemah tak berdaya, tidak bisa menjaga diri sendiri, memiliki rasa takut namun keras kepala, mudah sekali lari dan memberontak sehingga rentan untuk tersesat.  "Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hamba-Mu ini, sebab perintah-perintah-Mu tidak kulupakan."  (Mazmur 119:176).  Dalam keadaan demikian kehadiran seorang gembala sangat dibutuhkan.  Bersama dengan gembala, domba dikelilingi dengan berkat, segala kebutuhannya terpenuhi.

     Daud mengakui bahwa Tuhan adalah gembala yang baik.  Sebagai gembala yang baik Tuhan akan membuat kita tidak berkekurangan sesuatu apa pun, bahkan Ia mau menerima kita apa adanya, menjaga, menopang, menolong dan menyatakan kasihNya setiap saat.  Dengan penuh kesabaran Ia menuntun dan memandu kita, sehingga  "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku."  (Mazmur 23:4).  Gembala yang baik selalu berjalan di depan, kemudian domba-dombanya akan mengikutinya.  "Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya."  (Yohanes 10:4).  Selain itu, di tangan gembala selalu ada gada dan tongkat.  Gada berfungsi menghajar dan membunuh binatang buas yang hendak mengganggu dan memangsa domba.  Sedangkan tongkat berfungsi memukul dengan pelan bokong domba-domba yang sedang berlarian, memberontak dan bergerak menjauh dari gembala atau sedang ke luar dari jalur.  Pukulan ini tidak keras tapi terasa sakit juga dengan tujuan mendisiplinkan mereka.  Atau tongkat dikalungkan ke leher domba dengan tujuan menarik si domba agar kembali ke barisan atau rombongan, sebab jika domba berjalan sendiri dan tercerai dikhawatirkan akan tersesat dan kemungkinan besar akan menjadi mangsa binatang buas.

     Memang tongkat didikan Tuhan itu terasa tidak nyaman dan sakit bagi daging kita, tapi semuanya mendatangkan kebaikan bagi kita.

Tuhan adalah Jehovah Rohi, Dia adalah Gembala dan kita adalah domba-dombaNya.  Sebagai Gembala yang baik Dia tahu yang terbaik bagi kita.

Monday, December 23, 2013

TUHAN ADALAH GEMBALAKU (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Desember 2013 -

Baca:  Mazmur 23:1-6

"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku."  Mazmur 23:1

Kekristenan adalah sebuah kehidupan, karena itulah harus menjadi realita dalam hidup orang percaya setiap hari.  Selama kita memandang kekristenan hanya sebatas agama dan bukan sebagai realita, sampai kapan pun kerohanian kita tidak akan maju, iman kita tidak akan bertumbuh dan pengenalan kita akan Pribadi Tuhan tetap saja dangkal.  Namun jika kita memandang kekristenan sebagai suatu kehidupan yang tak terpisahkan dengan pribadi Tuhan Yesus dan sebuah hubungan yang karib dengan Dia, maka kita akan menjadi orang Kristen yang jauh berbeda, karena mengalami perjalanan rohani yang nyata dengan Dia sebagai akibat perjumpaan dengan Dia secara pribadi.  Itulah sebabnya Daud berkata,  "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka."  (Mazmur 25:14).  Artinya bagi setiap orang yang bertemu dengan Tuhan secara pribadi dan membangun hubungan yang karib dengan Dia, Dia pasti akan menyatakan diriNya sehingga orang tersebut menyebut namaNya.

     Selain sebagai raja atas Israel, di masa hidupnya Daud memiliki pengalaman hidup sebagai gembala.  Meski kambing domba yang digembalakannya hanya berjumlah 2-3 ekor ia melakukan tugasnya dengan penuh kesetiaan.  Dengan penuh kesabaran ia membimbing kambing dombanya ke padang yang berumput hijau supaya cukup makanan dan ke air yang tenang, bahkan ia rela mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan kambing dombanya dari terkaman binatang buas.  "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya."  (1 Samuel 17:34-35).

     Berdasarkan pengalaman inilah terciptalah mazmur 23 ini.  Daud menyadari dan merasakan betapa Tuhan sangat mengasihi dan memperhatikan hidupnya seperti seorang gembala yang begitu mempedulikan domba-dombanya sehingga ia pun berkata,  "Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku."  (Mazmur 23:2).  (Bersambung)