Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Desember 2013 -
Baca: Mazmur 92:1-15
"Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya." Mazmur 92:15
Tuhan memanggil dan menyelamatkan kita dengan tujuan supaya kita memiliki kehidupan yang berbeda dari orang-orang dunia. Dengan demikian kebenaran kita itu berdampak dan menjadi kesaksian bagi kemuliaan namaNya.
Kita dapat dikatakan 'berbeda' bila ada perubahan hidup yang benar-benar nampak dan bisa dilihat oleh orang lain dengan ditandai buah-buah Roh. "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (Matius 3:8). Berubah dan berbuah merupakan kehendak Tuhan bagi setiap orang percaya. Inilah kehendak Tuhan itu: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak
Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2), dan "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yohanes 15:8).
Mengapa setiap orang percaya harus berubah dan berbuah? Seorang Kristen dapat dikatakan berubah apabila karakternya juga berubah. "Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa
seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah
aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu." (1 Korintus 13:11). Berubah berarti bergerak menuju ke arah Kristus dengan meninggalkan sifat kanak-kanak dan bertumbuh menjadi dewasa rohani. Bukankah masih banyak orang Kristen yang sudah bertahun-tahun mengikut Tuhan dan ditinjau dari sudut umur pun sudah dewasa (tua), namun mereka tetap saja memiliki kerohanian yang kerdil? "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya
menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari
penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil." (Ibrani 5:12-13).
Jangan terus menjadi bayi atau kanak-kanak rohani! Jadilah orang Kristen yang makin hari makin dewasa. Perubahan karakter adalah salah satu tandanya. (Bersambung)
Tuesday, December 10, 2013
Monday, December 9, 2013
MENANTIKAN JANJI TUHAN: Menjaga Perbuatan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Desember 2013 -
Baca: Amsal 4:1-27
"Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan." Amsal 4:27
Saat dilanda persoalan atau pergumulan yang hebat banyak dari kita yang cenderung mengalami kemerosotan rohani. Kita tidak mampu lagi menjaga kualitas hidup rohani kita. Semakin besar masalah menerpa bukannya makin mendekat kepada Tuhan, tapi kita semakin menjauh. Bahkan kita menunjukkan sikap yang memberontak kepada Tuhan dengan mengomel, mengumpat, kecewa, jengkel, marah dan menyalahkan Tuhan. Hal ini pun berimbas pada keseharian kita: malas berdoa, malas baca Alkitab, malas beribadah. Kemudian kita mencoba menyelesaikan permasalahan dengan kekuatan sendiri, mencari pertolongan kepada manusia, dan akhirnya kembali kepada kehidupan lama. Kita tidak lagi hidup menurut pimpinan Roh Kudus, melainkan menuruti keinginan daging. Alkitab menegaskan, "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." (Galatia 5:24).
Kalau kita kembali kepada kehidupan lama, siapa yang diuntungkan? Iblis! Ia (Iblis) akan lebih mudah menyerang kehidupan kita sehingga kita makin terpuruk dan jatuh. Karena itu dalam menantikan janji Tuhan kerohanian kita jangan sampai loyo dan semangat melayani Tuhan jangan mengendor. Dalam Roma 12:11 dikatakan, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." Sesulit apa pun situasinya mari tetap mengutamakan Tuhan dan melayani Dia dengan sepenuh hati. Janganlah seperti Esau yang rela menjual hak kesulungannya demi sepiring makanan (baca Ibrani 12:16-17). Akhirnya penyesalan pun tiada guna. Jangan pula seperti para pengikut Daud saat Ziklag terbakar, yang hendak melempari Daud dengan batu. Namun Daud dalam keadaan terjepit dan pergumulan yang berat dapat menjaga sikap dan perilakunya dengan menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan (baca 1 Samuel 30:6).
Daud melakukan tindakan yang benar: datang kepada Tuhan dan menyerahkan segala permasalahan kepadaNya. Ia tidak bertindak mengandalkan kekuatannya sendiri.
Masa-masa penantian adalah masa yang sangat menentukan, karena itu jagalah perilaku dan tetap hidup benar di hadapan Tuhan supaya janjiNya dinyatakan bagi kita tepat pada waktuNya.
Baca: Amsal 4:1-27
"Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan." Amsal 4:27
Saat dilanda persoalan atau pergumulan yang hebat banyak dari kita yang cenderung mengalami kemerosotan rohani. Kita tidak mampu lagi menjaga kualitas hidup rohani kita. Semakin besar masalah menerpa bukannya makin mendekat kepada Tuhan, tapi kita semakin menjauh. Bahkan kita menunjukkan sikap yang memberontak kepada Tuhan dengan mengomel, mengumpat, kecewa, jengkel, marah dan menyalahkan Tuhan. Hal ini pun berimbas pada keseharian kita: malas berdoa, malas baca Alkitab, malas beribadah. Kemudian kita mencoba menyelesaikan permasalahan dengan kekuatan sendiri, mencari pertolongan kepada manusia, dan akhirnya kembali kepada kehidupan lama. Kita tidak lagi hidup menurut pimpinan Roh Kudus, melainkan menuruti keinginan daging. Alkitab menegaskan, "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." (Galatia 5:24).
Kalau kita kembali kepada kehidupan lama, siapa yang diuntungkan? Iblis! Ia (Iblis) akan lebih mudah menyerang kehidupan kita sehingga kita makin terpuruk dan jatuh. Karena itu dalam menantikan janji Tuhan kerohanian kita jangan sampai loyo dan semangat melayani Tuhan jangan mengendor. Dalam Roma 12:11 dikatakan, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." Sesulit apa pun situasinya mari tetap mengutamakan Tuhan dan melayani Dia dengan sepenuh hati. Janganlah seperti Esau yang rela menjual hak kesulungannya demi sepiring makanan (baca Ibrani 12:16-17). Akhirnya penyesalan pun tiada guna. Jangan pula seperti para pengikut Daud saat Ziklag terbakar, yang hendak melempari Daud dengan batu. Namun Daud dalam keadaan terjepit dan pergumulan yang berat dapat menjaga sikap dan perilakunya dengan menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan (baca 1 Samuel 30:6).
Daud melakukan tindakan yang benar: datang kepada Tuhan dan menyerahkan segala permasalahan kepadaNya. Ia tidak bertindak mengandalkan kekuatannya sendiri.
Masa-masa penantian adalah masa yang sangat menentukan, karena itu jagalah perilaku dan tetap hidup benar di hadapan Tuhan supaya janjiNya dinyatakan bagi kita tepat pada waktuNya.
Subscribe to:
Posts (Atom)