Saturday, December 7, 2013

MENANTIKAN JANJI TUHAN: Menjaga Ucapan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Desember 2013 -

Baca:  Habakuk 3:1-19

"namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku."  Habakuk 3:18

Setiap kita pasti mengharapkan janji-janji Tuhan yang tertulis dalam Alkitab tergenapi dalam hidup kita meski hal itu membutuhkan proses penantian;  dalam menantikan janji Tuhan tersebut mungkin kita mengalami pergumulan yang tidak mudah:  masalah, kesesakan, situasi, keadaan sulit acapkali melemahkan iman dan membuat kita kehilangan fokus, padahal kita butuh iman yang teguh dan juga tindakan sebagai langkah iman.

     Habakuk mengalami situasi yang buruk dan berada di tengah-tengah keadaan yang tidak pasti, di mana pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang.  Secara manusia tidak ada harapan!  Jadi sebenarnya Habakuk punya alasan untuk menjadi lemah, kecewa dan putus asa, namun ia tetap menaruh pengharapan kepada Tuhan.  Hal yang sama dilakukan Daud saat Ziklag terbakar, di mana ia tetap  "...menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya."  (1 Samuel 30:6b).

     Kita harus menyadari bahwa untuk dapat menerima janji Tuhan dibutuhkan tindakan dari pihak kita, sebab  "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."  (Yakobus 2:17), karena  "...iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna."  (Yakobus 2:22).  Maka kita harus melakukan sesuatu yang sesuai dengan kehendak Tuhan.  Mungkin saja keadaan di sekitar kita begitu buruk, tidak ada sesuatu pun yang baik nampaknya, tapi kita harus tetap percaya kepada Tuhan dan melangkah dengan iman.

     Kita pun harus bisa menjaga sikap kita sembari menantikan janji Tuhan tersebut, antara lain menjaga lidah atau ucapan kita.  Lidah memegang peranan yang sangat penting dalam hidup seseorang,  "...walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar."  (Yakobus 3:5a).  Banyak orang Kristen tidak menyadari akan hal ini.  Akibatnya kita mudah sekali memperkatakan hal-hal yang buruk dan negatif.  Alkitab dengan tegas menyatakan,  "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya."  (Amsal 18:21).  (Bersambung)

Friday, December 6, 2013

RAHASIA HIDUP DANIEL (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Desember 2013 -

Baca:  Daniel 2:1-49

"Lalu raja memuliakan Daniel: dianugerahinyalah dengan banyak pemberian yang besar, dan dibuatnya dia menjadi penguasa atas seluruh wilayah Babel dan menjadi kepala semua orang bijaksana di Babel."  Daniel 2:48

Rahasia hidup Daniel kedua adalah memiliki pergaulan yang baik.  Ia tidak sembarangan bergaul dan sangat selektif memiliki teman, sebab ia sadar bahwa  "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33).  Karena itulah Daniel membangun hubungan dengan teman-teman yang sama-sama takut akan Tuhan dan memiliki kerohanian yang baik pula, sehingga mereka dapat saling mendukung, menasihati, mengingatkan dan menguatkan.  "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya."  (Amsal 27:17).  Berhati-hatilah dalam bergaul!  Dengan siapa kita bergaul dan siapa teman-teman di sekitar kita sangat mempengaruhi pola pikir dan juga menentukan perjalanan hidup kita, akan seperti apa kita dikemudian hari, sebab  "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang."  (Amsal 13:20).  Daniel pun memilih Hananya, Misael dan Azarya sebagai sahabat-sahabatnya. 

     Hal ketiga adalah Daniel berkomitmen untuk memelihara kehidupan doanya setiap hari.  Ia senantiasa menyediakan waktu khusus untuk Tuhan tiga kali sehari berlutut, berdoa dan memuji-muji Tuhan.  Tertulis:  "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya."  (Daniel 6:11).  Sebagai pejabat pemerintahan tentunya Daniel punya banyak aktivitas dan kesibukan;  meski demikian ia tidak pernah lalai menyediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan.  Di segala keadaan Daniel tetap tekun berdoa.  Hal ini menunjukkan bahwa ia senantiasa mengandalkan Tuhan dan melibatkan Dia di segala aspek hidupnya.

     "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?"  (Lukas 18:7).  Itulah sebabnya apa saja yang dikerjakan Daniel senantiasa berhasil dan beruntung, karena tangan Tuhan selalu campur tangan.

"Dan Daniel ini mempunyai kedudukan tinggi pada zaman pemerintahan Darius dan pada zaman pemerintahan Koresh, orang Persia itu."  Daniel 6:29