Monday, November 25, 2013

ORANG PERCAYA: Melakukan Kehendak Tuhan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 November 2013 -

Baca:  Matius 7:15-23

"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga."  Matius 7:21

Seberapa lama kita menjadi Kristen, seberapa sibuk kita melayani pekerjaan Tuhan, seberapa pintar kita memainkan alat musik di gereja, seberapa bagus suara kita saat memimpin pujian atau seberapa tinggi ilmu teologia kita tidak menjadi jaminan bahwa kehidupan kita berkenan pada Tuhan dan menyenangkan hatiNya.  Yang menyita perhatian Tuhan dan membuat mataNya tertuju kepada kita adalah ketaatan kita dalam melakukan kehendakNya.  "Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar,"  (Mazmur 34:16).  Namun bukanlah perkara yang mudah melakukan kehendak Tuhan dalam hidup ini, terlebih-lebih kita berada di tengah-tengah dunia yang dipenuhi keinginan daging, keinginan mata dan segala keangkuhan hidup  (baca  1 Yohanes 2:16).

     Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak aturan-aturan yang dibuat dengan tujuan untuk ditaati.  Contohnya rambu-rambu lalu lintas.  Banyak orang patuh pada rambu-rambu hanya karena mereka takut pada polisi/petugas atau takut kena tilang/hukuman.  Jadi yang mendasari mereka untuk taat kepada peraturan bukanlah kesadaran dari dalam diri sendiri.  Tuhan senang jika anak-anakNya melakukan kehendakNya dan taat kepadaNya bukan karena takut kepadaNya, mengira Ia Pribadi yang kejam dengan murka yang menyala-nyala, siap menghukum siapa saja yang melanggar firmanNya.  Namun sebagai Bapa yang baik Dia lebih senang jika Ia dikasihi, dihormati dan dipercayai daripada ditakuti.  Tanda seorang anak mengasihi menghormati dan mempercayai Bapanya adalah melalui ketaatannya.  Sebaliknya bukti anak yang tidak mengasihi, tidak menghormati dan tidak menghargai bapanya adalah ketidaktaatan.

     Pertanyaan:  sudahkah aktivas-aktivitas rohani yang kita lakukan selama ini berjalan beriringan dengan ketaatan kita melakukan kehendak Tuhan?  Orang kristen disebut juga sebagai orang percaya.  Tapi bila pengiringan kita kepada Tuhan tidak disertai ketaatan kita akan disebut sebagai orang yang tidak percaya, sebab ketidaktaatan adalah bukti ketidakpercayaan, sekalipun kita percaya dalam hati bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat.  (Bersambung)

Sunday, November 24, 2013

FIRMAN TUHAN: Tidak Pernah Kembali Sia-Sia

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 November 2013 -

Baca:  Yehezkiel 12:1-28

"Tidak satupun dari firman-Ku akan ditunda-tunda. Apa yang Kufirmankan akan terjadi, demikianlah firman Tuhan ALLAH."  Yehezkiel 12:28

Rasul Paulus menegaskan bahwa Injil adalah  "...kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,...  Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: 'Orang benar akan hidup oleh iman.'"  (Roma 1:16-17).  Injil adalah buah pikiran atau isi hati Tuhan sendiri.  Di dalamnya terkandung hikmat Tuhan, janji Tuhan, rencana Tuhan, jalan Tuhan, tuntunan, bimbingan dan pedoman hidup bagi orang percaya.  Dikatakan:  "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."  (2 Timotius 3:16).  Seluruh jawaban dari permasalahan hidup yang dialami manusia ada di dalam firman Tuhan:  mulai dari masalah yang sangat simple sampai kepada masalah yang paling complicated.  Jadi tidak ada masalah yang tidak terselesaikan ketika kita menjadikan firman Tuhan sebagai pegangan hidup kita.  Firman Tuhan adalah solusi terbaik.

     Daud mengalami pengalaman luar biasa bersama Tuhan.  Di setiap pergumulan yang dihadapi ia senantiasa berpegang teguh pada firman Tuhan.  "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."  (Mazmur 119:105).  Akhirnya terbukti bahwa  "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti."  (Mazmur 46:2).  Serahkan semua permasalahan kepada Tuhan sebab Dia sama sekali tidak merasa terganggu.  Abraham pun mengalami penggenapan janji Tuhan secara luar biasa, sekalipun janji itu tidak masuk akal.  Tuhan berjanji bahwa keturunannya akan seperti bintang dan debu tanah banyaknya, padahal usia Abraham 100 tahun dan Sara 90 tahun ketika itu.  Tetapi tiada yang mustahil bagi Tuhan, semua yang dijanjikanNya ditepati.

     Nantikanlah janji Tuhan dengan setia, jangan terpengaruh situasi dan keadaan, karena apa yang difirmankan Tuhan tidak akan pernah kembali dengan sia-sia.

"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal."  Ayub 42:2