Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 November 2013 -
Baca: Hagai 1:1-4
"Jadi naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu; maka Aku
akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaan-Ku di situ, firman
TUHAN." Hagai 1:8
Mengapa kita harus beribadah kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh? Karna di balik ibadah ada berkat-berkat yang luar biasa, baik berkat jasmani maupun rohani.
Di dalam Keluaran 23:25 tertulis: "Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN, Allahmu; maka Ia akan
memberkati roti makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan
penyakit dari tengah-tengahmu." Roti dan air berbicara tentang kebutuhan hidup kita. Tuhan akan mencukupkan apa yang kita perlukan asal kita beribadah kepada Tuhan dengan sungguh. Firmannya menyatakan, "...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Asal kita mengutamakan Tuhan tidak ada hal-hal yang perlu kita kuatirkan, karena Tuhan akan mengerjakan bagiannya yaitu menyediakan apa yang kita perlukan: apa yang hendak kita makan, minum dan pakai. Marilah kita mengoreksi diri, mungkin selama ini kita kurang serius menjalankan ibadah kita sehingga berkat-berkat Tuhan sepertinya tertahan. "Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu
membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah
firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi
reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya
sendiri." (Hagai 1:9).
Nasihat Rasul Paulus: "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala
hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup
yang akan datang." (1 Timotius 4:8). Ketika kita beribadah dengan sungguh Tuhan menggenapi janji-janjiNya saat kita masih berada di dunia ini, terlebih lagi untuk hidup yang akan datang ada mahkota kehidupan dan kehidupan kekal disediakan. Melalui ibadah hubungan kita dengan sesama anggota keluarga Kerajaan Allah pun makin erat dan rukun. Di mana ada umat Tuhan hidup rukun di situ pula Tuhan akan mencurahkan berkat-berkatNya (baca Mazmur 133).
Tuhan akan membuat perbedaan antara orang yang sungguh beribadah kepadaNya dan yang tidak. Karena itu tetap setialah beribadah kepadaNya!
Thursday, November 21, 2013
Wednesday, November 20, 2013
IBADAH YANG SUNGGUH: Mendatangkan Berkat! (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 November 2013 -
Baca: Mazmur 122:1-9
"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: 'Mari kita pergi ke rumah TUHAN.'" Mazmur 122:1
Daud adalah salah satu tokoh di antara banyak tokoh di dalam Alkitab yang memiliki kehidupan yang luar biasa. Bagaimana Daud bisa seperti itu? Apa rahasianya? Karena Daud sangat dekat dengan Tuhan.
Daud memiliki kehidupan rohani yang berkualitas. Kesungguhannya dalam beribadah kepada Tuhan tak diragukan lagi. Tiada hari terlewatkan tanpa membangun keintiman dengan Tuhan. Di mana pun dan kapan pun ia suka sekali memuji-muji Tuhan. "Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku." (Mazmur 34:2). Berdoa serta merenungkan firman Tuhan siang dan malam adalah gaya hidup Daud setiap hari. Ia berkata, "Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:11). Ini menunjukkan bahwa Daud sangat mengasihi Tuhan. Karena kasihnya kepada Tuhan Daud lebih menyukai berada di pelataran Tuhan meskipun itu hanya satu hari dibandingkan seribu hari berada di tempat lain. Dengan kata lain Daud rindu berada di dalam hadirat Tuhan.
Ayat nas menyatakan betapa daud memiliki respons yang baik ketika orang lain mengajaknya untuk beribadah kepada Tuhan, bahkan sangat bersukacita. Bagaimana dengan kita? Ada banyak orang Kristen yang justru memiliki respons sebaliknya ketika diajak untuk beribadah. Mereka tidak semangat, malas, ogah-ogahan dan cenderung bersikap skeptis, apalagi jika dihimbau untuk turut terlibat dalam pelayanan. Mereka lebih memilih untuk menyibukkan diri dengan urusan pribadi sehingga urusan rohani menjadi urusan nomor sekian. Dengan berbagai alasan mereka pun berusaha menghindarkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah yang ada dengan alasan banyak pekerjaan, terlalu sibuk atau sangat lelah. Firman Tuhan mengingatkan kita, "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). (Bersambung)
Baca: Mazmur 122:1-9
"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: 'Mari kita pergi ke rumah TUHAN.'" Mazmur 122:1
Daud adalah salah satu tokoh di antara banyak tokoh di dalam Alkitab yang memiliki kehidupan yang luar biasa. Bagaimana Daud bisa seperti itu? Apa rahasianya? Karena Daud sangat dekat dengan Tuhan.
Daud memiliki kehidupan rohani yang berkualitas. Kesungguhannya dalam beribadah kepada Tuhan tak diragukan lagi. Tiada hari terlewatkan tanpa membangun keintiman dengan Tuhan. Di mana pun dan kapan pun ia suka sekali memuji-muji Tuhan. "Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku." (Mazmur 34:2). Berdoa serta merenungkan firman Tuhan siang dan malam adalah gaya hidup Daud setiap hari. Ia berkata, "Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:11). Ini menunjukkan bahwa Daud sangat mengasihi Tuhan. Karena kasihnya kepada Tuhan Daud lebih menyukai berada di pelataran Tuhan meskipun itu hanya satu hari dibandingkan seribu hari berada di tempat lain. Dengan kata lain Daud rindu berada di dalam hadirat Tuhan.
Ayat nas menyatakan betapa daud memiliki respons yang baik ketika orang lain mengajaknya untuk beribadah kepada Tuhan, bahkan sangat bersukacita. Bagaimana dengan kita? Ada banyak orang Kristen yang justru memiliki respons sebaliknya ketika diajak untuk beribadah. Mereka tidak semangat, malas, ogah-ogahan dan cenderung bersikap skeptis, apalagi jika dihimbau untuk turut terlibat dalam pelayanan. Mereka lebih memilih untuk menyibukkan diri dengan urusan pribadi sehingga urusan rohani menjadi urusan nomor sekian. Dengan berbagai alasan mereka pun berusaha menghindarkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah yang ada dengan alasan banyak pekerjaan, terlalu sibuk atau sangat lelah. Firman Tuhan mengingatkan kita, "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)