Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 November 2013 -
Baca: 1 Yohanes 4:1-6
"Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan
nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari
pada roh yang ada di dalam dunia." 1 Yohanes 4:4
Perasaan minder, tidak percaya diri, mengasihani diri sendiri, putus asa dan gampang menyerah pada keadaan seringkali mewarnai perjalanan hidup orang percaya. Tidak seharusnya kita bersikap demikian! Sebab sesungguhnya orang-orang percaya di tengah dunia ini bukanlah orang-orang yang biasa; kita ini di atas rata-rata, bukan pecundang, melainkan pemenang.
Sejak awal kita diciptakan, Tuhan sudah memiliki rancangan yang luar biasa. "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya
mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan
atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang
merayap di bumi." (Kejadian 1:26). Ini akan membangkitkan semangat kita menjalani hidup jika menyadari bahwa kita ini diciptakan serupa dan segambar dengan Allah. Tuhan pun menegaskan, "...Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai
kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan
bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang
penuh harapan." (Yeremia 29:11). Di dalam Roma 8:37 dikatakan: "...kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." Orang-orang yang berhasil dan para pemenang adalah orang-orang yang memiliki sikap percaya diri. Tanpa rasa percaya diri mustahil orang mampu meraih apa yang menjadi impian dalam hidupnya.
Jadi memiliki rasa percaya diri yang berarti memiliki rasa optimis dan senantiasa berpikiran positif adalah salah satu modal menggapai kesuksesan. Karena itu "...saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil,
semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang
disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Dampak dari itu semua adalah membawa kita pada semangat untuk menjalani hidup ini dalam situasi apa pun.
Kita harus punya rasa percaya diri karena kita adalah istimewa di pemandangan Tuhan!
Sunday, November 17, 2013
Saturday, November 16, 2013
ACUH DAN TAK BERGAIRAH
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 November 2013 -
Baca: Zefanya 2:1-3
"Bersemangatlah dan berkumpullah, hai bangsa yang acuh tak acuh," Zefanya 2:1
Hari-hari ini 'penyakit' suam-suam kuku dan acuh tak acuh terhadap perkara-perkara rohani menyerang banyak orang. Yang menjadi salah satu faktor penyebabnya adalah tekanan ekonomi. Tidak bisa dipungkiri, tingginya biaya kebutuhan hidup membuat banyak orang dihantui rasa kuatir. Keadaan ini tidak hanya melanda orang-orang dunia tapi juga dialami oleh banyak anak Tuhan, padahal firman Tuhan tak henti-hentinya mengingatkan, "Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?" (Matius 6:25). Kenyataannya kekuatiran timbul dalam hati dan pikiran kita. Hal ini tak ubahnya benih yang ditaburkan di tengah semak duri yaitu "...orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah." (Matius 13:22).
Rasa kuatir akan kebutuhan hidup (ekonomi) ini membuat kita tidak lagi punya gairah dan kerinduan mencari Tuhan. Hal ini juga dialami bangsa Israel sehingga Tuhan harus menegur mereka dengan keras melalui nabi Zefanya. Bangsa Israel cuek dan bersikap acuh tak acuh terhadap hal-hal rohani. Mereka tidak lagi bergairah mencari Tuhan, perkara-perkara rohani mereka kesampingkan. Kita pun sama, disibukkan dengan pekerjaan yang menyita hampir seluruh waktu kita. Dari pagi sampai malam yang ada di pikiran kita hanyalah bagaimana mendapatkan uang sebanyak-banyaknya, bagaimana supaya harta dan kekayaan kita makin berlimpah. 24 jam waktu yang diberikan Tuhan kita habiskan untuk mengejar perkara-perkara duniawi. Seminar-seminar kiat jitu menjadi kaya mendadak, menjadi miliarder tanpa modal dan sebagainya diserbu orang. Sementara untuk bersekutu dengan Tuhan dan mencari wajahNya kita sama sekali tidak punya gairah dan semangat sedikit pun. Akhirnya semua ibadah kita hanyalah sebatas rutinitas belaka.
Sampai kapan ini akan terjadi? Mari, selagi ada waktu dan kesempatan milikilah kesungguhan mencari Tuhan.
"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." Roma 12:11
Baca: Zefanya 2:1-3
"Bersemangatlah dan berkumpullah, hai bangsa yang acuh tak acuh," Zefanya 2:1
Hari-hari ini 'penyakit' suam-suam kuku dan acuh tak acuh terhadap perkara-perkara rohani menyerang banyak orang. Yang menjadi salah satu faktor penyebabnya adalah tekanan ekonomi. Tidak bisa dipungkiri, tingginya biaya kebutuhan hidup membuat banyak orang dihantui rasa kuatir. Keadaan ini tidak hanya melanda orang-orang dunia tapi juga dialami oleh banyak anak Tuhan, padahal firman Tuhan tak henti-hentinya mengingatkan, "Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?" (Matius 6:25). Kenyataannya kekuatiran timbul dalam hati dan pikiran kita. Hal ini tak ubahnya benih yang ditaburkan di tengah semak duri yaitu "...orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah." (Matius 13:22).
Rasa kuatir akan kebutuhan hidup (ekonomi) ini membuat kita tidak lagi punya gairah dan kerinduan mencari Tuhan. Hal ini juga dialami bangsa Israel sehingga Tuhan harus menegur mereka dengan keras melalui nabi Zefanya. Bangsa Israel cuek dan bersikap acuh tak acuh terhadap hal-hal rohani. Mereka tidak lagi bergairah mencari Tuhan, perkara-perkara rohani mereka kesampingkan. Kita pun sama, disibukkan dengan pekerjaan yang menyita hampir seluruh waktu kita. Dari pagi sampai malam yang ada di pikiran kita hanyalah bagaimana mendapatkan uang sebanyak-banyaknya, bagaimana supaya harta dan kekayaan kita makin berlimpah. 24 jam waktu yang diberikan Tuhan kita habiskan untuk mengejar perkara-perkara duniawi. Seminar-seminar kiat jitu menjadi kaya mendadak, menjadi miliarder tanpa modal dan sebagainya diserbu orang. Sementara untuk bersekutu dengan Tuhan dan mencari wajahNya kita sama sekali tidak punya gairah dan semangat sedikit pun. Akhirnya semua ibadah kita hanyalah sebatas rutinitas belaka.
Sampai kapan ini akan terjadi? Mari, selagi ada waktu dan kesempatan milikilah kesungguhan mencari Tuhan.
"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." Roma 12:11
Subscribe to:
Posts (Atom)