Monday, October 28, 2013

KESEMPATAN DI TENGAH KESUKARAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Oktober 2013 -

Baca:  Bilangan 13:1-33

"Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita."  Bilangan 13:31

Sebelum menduduki Tanah Perjanjian Tuhan memerintahkan Musa mengirimkan beberapa orang untuk menyelidiki tanah tersebut,  "Suruhlah beberapa orang mengintai tanah Kanaan, yang akan Kuberikan kepada orang Israel; dari setiap suku nenek moyang mereka haruslah kausuruh seorang, semuanya pemimpin-pemimpin di antara mereka."  (Bilangan 13:2).  Akhirnya Musa pun menyuruh orang-orang sesuai dengan perintah Tuhan, dan orang-orang itu adalah kepala-kepala di antara orang Israel.  Jumlah mereka ada 12 orang banyaknya, dan  "Sesudah lewat empat puluh hari pulanglah mereka dari pengintaian negeri itu,"  (Bilangan 13:25).  Masing-masing dari mereka memberikan laporan hasil investigasi selama 40 hari tersebut.

     Inilah laporan mereka:  sepuluh orang memberikan laporan yang membuat banyak orang merinding mendengarnya.  Apa yang disampaikan mereka itu benar-benar membuat ciut nyali, mematahkan semangat dan menciptakan ketakutan yang luar biasa.  "Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita."  (Bilangan 13:31).  Mengapa mereka berkata demikian?  Inilah alasannya:  "Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya. Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami."  (Bilangan 13:32-33).  Sepuluh orang begitu membesar-besarkan masalah dan kesulitan yang sedang dihadapi sehingga fokus mereka hanya tertuju kepada ketidakberdayaan, ketidakmampuan, keterbatasan dan kemustahilan.  Mereka tidak mampu melihat sedikitpun kesempatan di balik kesukaran.  Bagi mereka kesukaran adalah bencana dan akhir dari segalanya.  Hal ini berdampak buruk bagi orang-orang yang mendengarnya.

     Sebagian besar umat Israel turut terintimidasi perkataan-perkataan negatif yang ke luar dari mulut sepuluh orang pengintai itu.  Padahal  "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu."  (Amsal 24:10).  (Bersambung)

Sunday, October 27, 2013

TIDAK BERANI BERKATA 'TIDAK'

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Oktober 2013 -

Baca:  Mazmur 36:1-13

"Kejahatan dirancangkannya di tempat tidurnya, ia menempatkan dirinya di jalan yang tidak baik; apa yang jahat tidak ditolaknya."  Mazmur 36:5

Perhatikan teguran Tuhan kepada jemaat di Laodikia ini,  "Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku."  (Wahyu 3:16).  Bukankah banyak orang Kristen yang kondisinya suam-suam kuku, tidak dingin atau panas?  Ibadah memang rajin, tapi mereka tetap saja berkompromi dengan dosa.  Mereka sulit sekali berkata 'tidak' terhadap dunia ini.

     Ketidakberanian dan ketidaktegasan untuk berkata 'tidak' kepada dosa seringkali menjadi penyebab utama kita tidak bisa maju di dalam Tuhan.  Akhirnya kekristenan kita tetap saja standar, biasa-biasa saja dan tidak berdampak terhadap orang lain.  Apalagi dalam budaya timur seringkali kita merasa sungkan dan sulit sekali menolak ajakan orang lain, walaupun kita tahu ajakan itu untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari kebenaran.  Sungguh benar ayat nas di atas:  "...apa yang jahat tidak ditolaknya."

     Sebagai anak-anak Tuhan, yaitu anak-anak terang, kita harus bersikap tegas terhadap pilihan-pilihan yang seringkali menjerumuskan kita ke dalam dosa;  memiliki keberanian untuk berkata 'tidak' terhadap segala bentuk kejahatan meski terkadang kita harus berhadapan dengan resiko yang tidak mudah.  Contoh Yusuf, karena takut akan Tuhan ia dengan penuh ketegasan menolak bujuk rayu isteri Potifar.  "'Marilah tidur dengan aku.'  Tetapi Yusuf menolak...Bagaimana mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?  Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia."  (baca Kejadain 39:7-10).  Dan karena keberanian menolak rayuan isteri Potifar ini Yusuf harus menanggung resiko yaitu difitnah dan akhirnya dijebloskan ke dalam penjara.  Ada harga yang harus dibayar untuk hidup dalam kebenaran!  Mampukah kita bersikap seperti Yusuf ini?  Atau malah sebaliknya, kita tak berdaya dan dengan gampanya berkata 'ya' meski kita tahu benar bahwa perbuatan itu dosa?  Mana yang harus Saudara pilih:  takut kepada manusia atau kepada Tuhan?

Berkompromi dengan dosa bukti bahwa kita ini hanyalah Kristen-Kristenan!