Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Oktober 2013 -
Baca: 2 Korintus 6:1-10
"Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau." 2 Korintus 6:2
Orang Kristen sejati tidak identik dengan orang yang pandai berkotbah, memiliki jam terbang pelayanan yang padat, memiliki karunia-karunia luar biasa, menjadi penulis buku-buku rohani, pengarang lagu rohani dan juga penyanyi rohani yang terkenal, ataupun yang dapat berkata-kata tentang kasih Tuhan dengan bahasa yang bagus dan indah di hadapan khalayak ramai, melainkan seseorang yang di dalam dirinya ada kasih Kristus yang dinyatakan melalui perkataan dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Artinya ia benar-benar meneladani Kristus dalam hidupnya. Ketika kita mempraktekkan kasih atau benar-benar hidup di dalam kasih, kita akan menjadi kesaksian dan berkat bagi orang lain. Kehidupan kekristenan tanpa ada kasih di dalamnya adalah sebuah kehidupan yang kosong dan tanpa makna. Kita patut bersyukur karena kita adalah umat yang dikasihi Allah, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16).
Yesus diutus datang ke dunia untuk menyatakan kasih Bapa yang kekal kepada kita. OlehNya kita beroleh dan menikmati kasih yang sejati. Dengan kasih Tuhan kita akan hidup di dalam berkat-berkatNya, pemulihan, kelepasan, terbebas dari dosa. Karena kasih Tuhan inilah kita beroleh kesanggupan mengekspresikan sifat Allah yang penuh kasih kepada sesama kita. Karena kasih Tuhan kita menerima perkenanan dari Tuhan. Karena kasih Tuhanlah kita dikenan oleh Tuhan. Kita tidak mungkin mendapatkan perkenanan dari Tuhan jika kita tidak mendapatkan kasih Tuhan terlebih dahulu.
Kini bukan waktunya lagi bagi kita menjadi orang-orang Kristen yang biasa yang hanya percaya kepada Tuhan Yesus saja, tapi kita harus mengejar bagaimana kita menjadi orang Kristen yang bisa dipercaya oleh Tuhan Yesus. Beroleh kepercayaan dari Tuhan adalah sesuatu yang sangat tak ternilai harganya. Oleh karena itu jangan sia-siakan setiap kepercayaan yang Dia berikan untuk kita. Lakukan itu dengan setia dan penuh ketaatan, karena tidak semua orang beroleh kesempatan itu!
Dipercaya Tuhan berarti kita istimewa di mata Tuhan dan sangat dikasihiNya!
Tuesday, October 8, 2013
Monday, October 7, 2013
MENGASIHI BERARTI MENGAMPUNI (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Oktober 2013 -
Baca: Markus 11:20-26
"Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu." Markus 11:26
Ada banyak orang Kristen yang berkata, "Aku akan taat melakukan apa saja yang diperintahkan Tuhan, tapi mohon Tuhan mentoleransi yang satu ini saja, yaitu aku tidak bisa mengampuni si A itu. Dia sudah membuat hidupku menderita seperti ini. Jangankan mengampuni, melihat mukanya saja aku sudah muak!" Benarkah sikap yang demikian?
Saudaraku, tidak ada ketaatan setengah-setengah! Tuhan pun tidak bisa kita sogok dengan seabrek aktivitas rohani supaya Ia memberi kelonggaran kepada kita untuk tidak mengampuni seseorang. Yang Tuhan kehendaki adalah segeralah berdamai dan bereskan itu terlebih dahulu. Ada tertulis: "Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." (Markus 11:25). Jika kita mengaku bahwa kita ini mengasihi Tuhan dan menyebut diri sendiri orang Kristen yang taat, maka kita akan melakukan apa pun yang menjadi kehendak Tuhan. "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." (Yohanes 14:15). Namun kita baru dapat mengampuni seseorang bila kita hidup dalam ketaatan dan mengasihi Tuhan dengan sungguh, serta menyadari bahwa dosa dan pelanggaran kita telah diampuni lebih dulu oleh Tuhan. Jadi jika kita disakiti dan dilukai orang janganlah menyimpan sakit hati dan dendam di dalam hati. Ampunilah mereka! Mengampuni adalah bukti kita memiliki kasih. Ketika kita memahami "...betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus," (Efesus 3:18), kita pun akan menyadari makna sebuah pengampunan.
Memberi pengampunan sama sekali tidak ada kerugiannya, bahkan ada berkat-berkat di balik pengampunan yang kita berikan kepada orang lain; jawaban doa dan respons Tuhan terhadap doa kita sangat berkaitan dengan pengampunan kita kepada orang lain. Bagaimana mungkin Tuhan memperhatikan doa-doa kita bila di dalam hati kita masih ada kebencian, sakit hati dan dendam? Dengan mengampuni hubungan kita dengan orang lain tidak akan ada ganjalan, serta ada damai sejahtera di hati. Kebencian, dendam, sakit hati adalah strategi Iblis untuk menghancurkan hidup kita.
Masihkah kita tidak mau mengampuni orang lain?
Baca: Markus 11:20-26
"Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu." Markus 11:26
Ada banyak orang Kristen yang berkata, "Aku akan taat melakukan apa saja yang diperintahkan Tuhan, tapi mohon Tuhan mentoleransi yang satu ini saja, yaitu aku tidak bisa mengampuni si A itu. Dia sudah membuat hidupku menderita seperti ini. Jangankan mengampuni, melihat mukanya saja aku sudah muak!" Benarkah sikap yang demikian?
Saudaraku, tidak ada ketaatan setengah-setengah! Tuhan pun tidak bisa kita sogok dengan seabrek aktivitas rohani supaya Ia memberi kelonggaran kepada kita untuk tidak mengampuni seseorang. Yang Tuhan kehendaki adalah segeralah berdamai dan bereskan itu terlebih dahulu. Ada tertulis: "Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." (Markus 11:25). Jika kita mengaku bahwa kita ini mengasihi Tuhan dan menyebut diri sendiri orang Kristen yang taat, maka kita akan melakukan apa pun yang menjadi kehendak Tuhan. "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." (Yohanes 14:15). Namun kita baru dapat mengampuni seseorang bila kita hidup dalam ketaatan dan mengasihi Tuhan dengan sungguh, serta menyadari bahwa dosa dan pelanggaran kita telah diampuni lebih dulu oleh Tuhan. Jadi jika kita disakiti dan dilukai orang janganlah menyimpan sakit hati dan dendam di dalam hati. Ampunilah mereka! Mengampuni adalah bukti kita memiliki kasih. Ketika kita memahami "...betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus," (Efesus 3:18), kita pun akan menyadari makna sebuah pengampunan.
Memberi pengampunan sama sekali tidak ada kerugiannya, bahkan ada berkat-berkat di balik pengampunan yang kita berikan kepada orang lain; jawaban doa dan respons Tuhan terhadap doa kita sangat berkaitan dengan pengampunan kita kepada orang lain. Bagaimana mungkin Tuhan memperhatikan doa-doa kita bila di dalam hati kita masih ada kebencian, sakit hati dan dendam? Dengan mengampuni hubungan kita dengan orang lain tidak akan ada ganjalan, serta ada damai sejahtera di hati. Kebencian, dendam, sakit hati adalah strategi Iblis untuk menghancurkan hidup kita.
Masihkah kita tidak mau mengampuni orang lain?
Subscribe to:
Posts (Atom)