Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Oktober 2013 -
Baca: Markus 11:20-26
"Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu." Markus 11:26
Ada banyak orang Kristen yang berkata, "Aku akan taat melakukan apa saja yang diperintahkan Tuhan, tapi mohon Tuhan mentoleransi yang satu ini saja, yaitu aku tidak bisa mengampuni si A itu. Dia sudah membuat hidupku menderita seperti ini. Jangankan mengampuni, melihat mukanya saja aku sudah muak!" Benarkah sikap yang demikian?
Saudaraku, tidak ada ketaatan setengah-setengah! Tuhan pun tidak bisa kita sogok dengan seabrek aktivitas rohani supaya Ia memberi kelonggaran kepada kita untuk tidak mengampuni seseorang. Yang Tuhan kehendaki adalah segeralah berdamai dan bereskan itu terlebih dahulu. Ada tertulis: "Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada
barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang
di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." (Markus 11:25). Jika kita mengaku bahwa kita ini mengasihi Tuhan dan menyebut diri sendiri orang Kristen yang taat, maka kita akan melakukan apa pun yang menjadi kehendak Tuhan. "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." (Yohanes 14:15). Namun kita baru dapat mengampuni seseorang bila kita hidup dalam ketaatan dan mengasihi Tuhan dengan sungguh, serta menyadari bahwa dosa dan pelanggaran kita telah diampuni lebih dulu oleh Tuhan. Jadi jika kita disakiti dan dilukai orang janganlah menyimpan sakit hati dan dendam di dalam hati. Ampunilah mereka! Mengampuni adalah bukti kita memiliki kasih. Ketika kita memahami "...betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus," (Efesus 3:18), kita pun akan menyadari makna sebuah pengampunan.
Memberi pengampunan sama sekali tidak ada kerugiannya, bahkan ada berkat-berkat di balik pengampunan yang kita berikan kepada orang lain; jawaban doa dan respons Tuhan terhadap doa kita sangat berkaitan dengan pengampunan kita kepada orang lain. Bagaimana mungkin Tuhan memperhatikan doa-doa kita bila di dalam hati kita masih ada kebencian, sakit hati dan dendam? Dengan mengampuni hubungan kita dengan orang lain tidak akan ada ganjalan, serta ada damai sejahtera di hati. Kebencian, dendam, sakit hati adalah strategi Iblis untuk menghancurkan hidup kita.
Masihkah kita tidak mau mengampuni orang lain?
Monday, October 7, 2013
Sunday, October 6, 2013
MENGASIHI BERARTI MENGAMPUNI (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Oktober 2013 -
Baca: Matius 18:21-35
"Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." Matius 18:22
Bisakah kita dikatakan memiliki kasih sementara kita masih menyimpan dendam, sakit hati dan tidak bisa mengampuni orang lain? "Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah,' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya." (1 Yohanes 4:20).
Ada tidaknya kasih dalam diri seseorang akan terefleksi dalam kehidupan sehari-hari dan mempengaruhi kehidupannya, baik itu dalam perkataan, sikap dan juga perbuatan. Jadi kasih bukan hanya berbicara tentang apa yang ada di dalam hati, melainkan mencakup seluruh keberadaan hidupnya yang terwujud dalam perbuatan kesehariannya, baik itu kasih kepada Tuhan dan juga kepada sesama yang kesemuanya harus dilakukan dengan sukacita, tanpa keterpaksaan. Salah satu bukti lain akan kasih yang tak boleh diabaikan adalah hal mengampuni orang lain. Mengapa mengampuni sangat penting bagi orang Kristen? Karena Tuhan telah terlebih dahulu menunjukkan kasihNya dengan mengorbankan nyawaNya di Kalvari untuk mengampuni dosa-dosa kita. Pengampunan inilah yang menjadi dasar kekristenan. Kita diselamatkan, diangkat sebagai anak-anak Allah, diberkati, disembuhkan, dipulihkan, mengalami mujizat dan penggenapan janji-janji Tuhan dengan diawali sebuah pengampunan yang dikerjakan Tuhan di kayu salib; dan pengampunanNya itu sempurna, tak terbatas. "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18). Itulah sebabnya mengampuni adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya tanpa kecuali.
Sebesar apa pun kesalahan orang, sebanyak apa pun kejahatan orang, apa pun persoalannya, kita harus bisa memberikan pengampunan yang tidak terbatas jumlahnya. Kalau kita sadar bahwa dosa kita sudah diampuni oleh Tuhan, masakan kita tetap mengeraskan hati untuk tidak memberikan pengampunan kepada orang lain? Dengan tegas Tuhan berkata, "...jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Matius 6:14-15). (Bersambung)
Baca: Matius 18:21-35
"Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." Matius 18:22
Bisakah kita dikatakan memiliki kasih sementara kita masih menyimpan dendam, sakit hati dan tidak bisa mengampuni orang lain? "Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah,' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya." (1 Yohanes 4:20).
Ada tidaknya kasih dalam diri seseorang akan terefleksi dalam kehidupan sehari-hari dan mempengaruhi kehidupannya, baik itu dalam perkataan, sikap dan juga perbuatan. Jadi kasih bukan hanya berbicara tentang apa yang ada di dalam hati, melainkan mencakup seluruh keberadaan hidupnya yang terwujud dalam perbuatan kesehariannya, baik itu kasih kepada Tuhan dan juga kepada sesama yang kesemuanya harus dilakukan dengan sukacita, tanpa keterpaksaan. Salah satu bukti lain akan kasih yang tak boleh diabaikan adalah hal mengampuni orang lain. Mengapa mengampuni sangat penting bagi orang Kristen? Karena Tuhan telah terlebih dahulu menunjukkan kasihNya dengan mengorbankan nyawaNya di Kalvari untuk mengampuni dosa-dosa kita. Pengampunan inilah yang menjadi dasar kekristenan. Kita diselamatkan, diangkat sebagai anak-anak Allah, diberkati, disembuhkan, dipulihkan, mengalami mujizat dan penggenapan janji-janji Tuhan dengan diawali sebuah pengampunan yang dikerjakan Tuhan di kayu salib; dan pengampunanNya itu sempurna, tak terbatas. "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18). Itulah sebabnya mengampuni adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya tanpa kecuali.
Sebesar apa pun kesalahan orang, sebanyak apa pun kejahatan orang, apa pun persoalannya, kita harus bisa memberikan pengampunan yang tidak terbatas jumlahnya. Kalau kita sadar bahwa dosa kita sudah diampuni oleh Tuhan, masakan kita tetap mengeraskan hati untuk tidak memberikan pengampunan kepada orang lain? Dengan tegas Tuhan berkata, "...jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Matius 6:14-15). (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)