Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Oktober 2013 -
Baca: Lukas 10:25-37
"Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya
dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas
keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan
merawatnya." Lukas 10:34
Selanjutnya, memiliki hati yang rela berkorban. Orang Samaria yang murah hati ini tanpa pamrih menolong orang lain yang sedang dalam penderitaan, meski orang yang ditolongnya itu adalah orang Israel, yang adalah seteru bangsanya; bukan dengan perkataan saja, melainkan dengan perbuatan yang nyata. "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita
kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu,
bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (1 Yohanes 3:17-18).
Pada saat orang lain tertimpa musibah, adakah hati kita tergerak memberikan pertolongan? Inilah yang disebut empati: memiliki perasaan yang sama seperti perasaan orang yang sedang mengalami penderitaan dengan tidak mempersoalkan siapa, mengapa dan di mana. Menunjukkan kasih terhadap sesama bukan dengan cara mengatakan hal-hal yang muluk-muluk atu janji-janji, tetapi harus dengan tindakan kasih yang nyata. Yang dimaksud dengan sesama manusia bukan hanya teman, atau satu suku, pendidikan sama, agama sama dan sebagainya, tetapi semua umat manusia yang Tuhan ijinkan untuk kita temui dan menjadi berkat bagi mereka, termasuk orang yang membenci kita sekalipun.
Bagi orang percaya mengasihi bukanlah pilihan yang bisa ditawar, namun perbuatan yang wajib dilakukan dan harus menjadi gaya hidup kita. Acapkali kita mau mengasihi orang yang mengasihi terlebih dahulu, atau kita hanya mengasihi orang lain yang menguntungkan kita saja, jika tidak, kasih kita pun berakhir. "Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu?
Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi
mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada
kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian." (Lukas 6:32-34).
"Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." 1 Yohanes 4:8
Friday, October 4, 2013
Thursday, October 3, 2013
ORANG PERCAYA: Hidup Dalam Kasih (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Oktober 2013 -
Baca: Yohanes 13:31-35
"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." Yohanes 13:34
Sebagai manusia kita adalah makhluk sosial, artinya kita diciptakan untuk hidup berpasangan dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini kasih diperlukan, sebab kasih itu di butuhkan oleh semua orang yang ada di dunia ini. Tanpa kasih dunia ini akan dipenuhi oleh pergolakan, kacau-balau, bahkan diwarnai oleh pertumpahan darah, tetapi dengan kasih segala bentuk permusuhan dapat ditundukkan di bawah kaki Kristus.
Bagaimana caranya hidup di dalam kasih? Pertama, saling berbagi. Kita patut mencontoh kehidupan gereja mula-mula di mana mereka hidup rukun dan sungguh-sungguh mempraktekkan kasih. Jemaat saling terikat oleh kasih yang sangat mendalam sehingga rela untuk berbagi. Milik seseorang bukan lagi sebagai miliknya sendiri, tetapi milik bersama. "...segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing." (Kisah 2:44-45). Kedua, saling menolong. Kita selalu membutuhkan orang lain untuk saling menolong, menopang dan melengkapi. Karena kita tak pernah lepas dari situasi-situasi sulit, kesesakan, penderitaan, kerepotan, sakit-penyakit dan kelemahan-kelemahan lainnya, maka kita memerlukan pertolongan dari orang lain "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2). Rasul Paulus juga menambahkan, "Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2b).
Sudahkah kita menunjukkan kasih kita kepada orang lain dalam wujud nyata? Ataukah kita diam saja dan sengaja menghindar ketika melihat orang lain sedang dalam kesusahan, karena takut direpotkan? Belajarlah dari kisah seorang Samaria yang baik hati, di mana ia telah menunjukkan kasihnya kepada orang lain yang sedang dalam penderitaan. "Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya." (Lukas 10:34). (Bersambung)
Baca: Yohanes 13:31-35
"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." Yohanes 13:34
Sebagai manusia kita adalah makhluk sosial, artinya kita diciptakan untuk hidup berpasangan dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini kasih diperlukan, sebab kasih itu di butuhkan oleh semua orang yang ada di dunia ini. Tanpa kasih dunia ini akan dipenuhi oleh pergolakan, kacau-balau, bahkan diwarnai oleh pertumpahan darah, tetapi dengan kasih segala bentuk permusuhan dapat ditundukkan di bawah kaki Kristus.
Bagaimana caranya hidup di dalam kasih? Pertama, saling berbagi. Kita patut mencontoh kehidupan gereja mula-mula di mana mereka hidup rukun dan sungguh-sungguh mempraktekkan kasih. Jemaat saling terikat oleh kasih yang sangat mendalam sehingga rela untuk berbagi. Milik seseorang bukan lagi sebagai miliknya sendiri, tetapi milik bersama. "...segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing." (Kisah 2:44-45). Kedua, saling menolong. Kita selalu membutuhkan orang lain untuk saling menolong, menopang dan melengkapi. Karena kita tak pernah lepas dari situasi-situasi sulit, kesesakan, penderitaan, kerepotan, sakit-penyakit dan kelemahan-kelemahan lainnya, maka kita memerlukan pertolongan dari orang lain "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2). Rasul Paulus juga menambahkan, "Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2b).
Sudahkah kita menunjukkan kasih kita kepada orang lain dalam wujud nyata? Ataukah kita diam saja dan sengaja menghindar ketika melihat orang lain sedang dalam kesusahan, karena takut direpotkan? Belajarlah dari kisah seorang Samaria yang baik hati, di mana ia telah menunjukkan kasihnya kepada orang lain yang sedang dalam penderitaan. "Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya." (Lukas 10:34). (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)