Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 September 2013 -
Baca: Amsal 20:1-30
"Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa." Amsal 20:4
Ada dua kata bijak yang menyatakan bahwa kesempatan itu tidak datang untuk keduakalinya. Ini menunjukkan bahwa kesempatan begitu sangat berharga. Maka kita harus mempergunakan setiap kesempatan yang ada sebaik mungkin. Mengapa? Karena waktu terus melaju dan kita tidak bisa memutarnya kembali. Selagi musim menabur tiba gunakan kesempatan untuk menabur, supaya ketika musim menuai datang kita pun mendapatkan tuaian seperti yang diharapkan.
Salomo mengingatkan agar kita tidak mudah membuang-buang waktu atau kesempatan yang ada, karena orang yang suka membuang-buang waktu identik dengan orang yang malas, yang kesukaannya menunda-nunda mengerjakan suatu hal yang seharusnya bisa segera diselesaikan. Kita perlu belajar dari semut! "...pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen." (Amsal 6:6-8). Jadi waktu dan kesempatan adalah berkat dari Tuhan yang tak ternilai harganya bagi kita. Waktu itu bisa pagi, siang, petang, bahkan pada malam hari. Ratapan 3:22-23 menulis: "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" Ketika di padang gurun bangsa Israel menikmati berkat Tuhan berupa manna atau roti dari sorga setiap pagi sehingga mereka tidak mengalami kelaparan. "Inilah roti yang diberikan TUHAN kepadamu menjadi makananmu." (Keluaran 16:15), dan pada waktu petang Tuhan mengirimkan burung puyuh kepada mereka.
Pemazmur berkata, "Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan
makan roti yang diperoleh dengan susah payah--sebab Ia memberikannya
kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur." (Mazmur 127:2). Pada malam hari, bahkan ketika kita tidur pun Tuhan menyediakan berkatNya. Artinya di setiap waktu dan kesempatan selalu ada berkat Tuhan tersedia bagi kita.
Mulai sekarang gunakan setiap kesempatan yang Tuhan beri sebaik mungkin jika kita rindu berkat-berkatNya dicurahkan atas hidup kita.
Thursday, September 26, 2013
Wednesday, September 25, 2013
JANGAN MENABUR RUMPUT!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 September 2013 -
Baca: Mazmur 129:1-8
"Mereka seperti rumput di atas sotoh, yang menjadi layu, sebelum dicabut," Mazmur 129:6
Orang Kristen seringkali menggunakan prinsip ekonomi dalam menabur yaitu inginnya menabur sesedikit mungkin tapi mengharapkan tuaian yang sebesar-besarnya. Ada juga yang tidak ingin menabur atau memberi, maunya hanya menerima saja. Itu adalah cara pikir duniawi yang berbeda dengan prinsip firman Tuhan. "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38). Artinya siapa menabur sedikit akan menuai sedikit dan yang menabur banyak akan menuai banyak pula. Orang yang menabur banyak tidak akan mengalami kerugian atau hidup dalam kekurangan, apalagi kalau untuk tuaian yang bersifat kekal. "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." (Amsal 11:24-25).
Orang yang menabur sedikit tapi ingin menuai banyak itu sama halnya dengan menabur benih rumput. Rumput memiliki ciri mudah layu, mudah dicabut, kering, tidak tahan cuaca dan tidak memiliki banyak kegunaan. Apabila rumput sudah kering tidak ada alternatif lain selain dibakar dalam nyala api. Memang, sedikit benih rumput pada saatnya akan menuai padang rumput dan bunga-bunganya, namun Alkitab menegaskan bahwa semuanya tidak bisa bertahan lama, ia akan kering dan layu, "Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya." (Yesaya 40:8).
Mana yang Saudar pilih? Menabur sedikit, ala kadarnya dan hasil tuaiannya pun tidak berguna, atau kita mau menabur banyak dengan benih berkualitas disertai motivasi yang benar dan menghasilkan tuaian yang berlipatkali ganda? Mari menabur benih yang baik dan berkualitas baik dalam pelayanan maupun kehidupan sehari-hari. Jangan sampai waktu dan kesempatan terlewatkan begitu saja. Berkat materi yang kita miliki pun jangan sampai menjadi penghalang bagi kita untuk lebih banyak menabur!
Taburlah benih yang baik dan berkualitas untuk Tuhan dan juga sesama, maka tuaian besar menanti kita!
Baca: Mazmur 129:1-8
"Mereka seperti rumput di atas sotoh, yang menjadi layu, sebelum dicabut," Mazmur 129:6
Orang Kristen seringkali menggunakan prinsip ekonomi dalam menabur yaitu inginnya menabur sesedikit mungkin tapi mengharapkan tuaian yang sebesar-besarnya. Ada juga yang tidak ingin menabur atau memberi, maunya hanya menerima saja. Itu adalah cara pikir duniawi yang berbeda dengan prinsip firman Tuhan. "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38). Artinya siapa menabur sedikit akan menuai sedikit dan yang menabur banyak akan menuai banyak pula. Orang yang menabur banyak tidak akan mengalami kerugian atau hidup dalam kekurangan, apalagi kalau untuk tuaian yang bersifat kekal. "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." (Amsal 11:24-25).
Orang yang menabur sedikit tapi ingin menuai banyak itu sama halnya dengan menabur benih rumput. Rumput memiliki ciri mudah layu, mudah dicabut, kering, tidak tahan cuaca dan tidak memiliki banyak kegunaan. Apabila rumput sudah kering tidak ada alternatif lain selain dibakar dalam nyala api. Memang, sedikit benih rumput pada saatnya akan menuai padang rumput dan bunga-bunganya, namun Alkitab menegaskan bahwa semuanya tidak bisa bertahan lama, ia akan kering dan layu, "Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya." (Yesaya 40:8).
Mana yang Saudar pilih? Menabur sedikit, ala kadarnya dan hasil tuaiannya pun tidak berguna, atau kita mau menabur banyak dengan benih berkualitas disertai motivasi yang benar dan menghasilkan tuaian yang berlipatkali ganda? Mari menabur benih yang baik dan berkualitas baik dalam pelayanan maupun kehidupan sehari-hari. Jangan sampai waktu dan kesempatan terlewatkan begitu saja. Berkat materi yang kita miliki pun jangan sampai menjadi penghalang bagi kita untuk lebih banyak menabur!
Taburlah benih yang baik dan berkualitas untuk Tuhan dan juga sesama, maka tuaian besar menanti kita!
Subscribe to:
Posts (Atom)