Wednesday, September 25, 2013

JANGAN MENABUR RUMPUT!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 September 2013 -

Baca: Mazmur 129:1-8

"Mereka seperti rumput di atas sotoh, yang menjadi layu, sebelum dicabut,"  Mazmur 129:6

Orang Kristen seringkali menggunakan prinsip ekonomi dalam menabur yaitu inginnya menabur sesedikit mungkin tapi mengharapkan tuaian yang sebesar-besarnya.  Ada juga yang tidak ingin menabur atau memberi, maunya hanya menerima saja.  Itu adalah cara pikir duniawi yang berbeda dengan prinsip firman Tuhan.  "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  (Lukas 6:38).  Artinya siapa menabur sedikit akan menuai sedikit dan yang menabur banyak akan menuai banyak pula.  Orang yang menabur banyak tidak akan mengalami kerugian atau hidup dalam kekurangan, apalagi kalau untuk tuaian yang bersifat kekal.  "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum."  (Amsal 11:24-25).

     Orang yang menabur sedikit tapi ingin menuai banyak itu sama halnya dengan menabur benih rumput.  Rumput memiliki ciri mudah layu, mudah dicabut, kering, tidak tahan cuaca dan tidak memiliki banyak kegunaan.  Apabila rumput sudah kering tidak ada alternatif lain selain dibakar dalam nyala api.  Memang, sedikit benih rumput pada saatnya akan menuai padang rumput dan bunga-bunganya, namun Alkitab menegaskan bahwa semuanya tidak bisa bertahan lama, ia akan kering dan layu,  "Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya."  (Yesaya 40:8).

     Mana yang Saudar pilih?  Menabur sedikit, ala kadarnya dan hasil tuaiannya pun tidak berguna, atau kita mau menabur banyak dengan benih berkualitas disertai motivasi yang benar dan menghasilkan tuaian yang berlipatkali ganda?  Mari menabur benih yang baik dan berkualitas baik dalam pelayanan maupun kehidupan sehari-hari.  Jangan sampai waktu dan kesempatan terlewatkan begitu saja.  Berkat materi yang kita miliki pun jangan sampai menjadi penghalang bagi kita untuk lebih banyak menabur!

Taburlah benih yang baik dan berkualitas untuk Tuhan dan juga sesama, maka tuaian besar menanti kita!

Tuesday, September 24, 2013

MENABUR: Perhatikan Kualitas Benihnya! (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 September 2013 -

Baca:  Matius 13:1-23

"...dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."  Matius 13:23

Inilah janji Tuhan kepada Abraham,  "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat."  (Kejadian 12:2).  Abraham menanti-nantikan janji Tuhan itu dengan iman dan penuh kesabaran.  Ia pun menabur ketaatan, kesetiaan, kasih dan melakukan yang terbaik bagi Tuhan sampai akhirnya ia menuai.  Abraham mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidupnya meski itu membutuhkan waktu penantian yang tidak singkat.  Janji-janji Tuhan tergenapi dalam hidupnya.  Dikatakan,  "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu."  (Ibrani 10:36).  Pemazmur pun berkata,  "Teguhkanlah pada hamba-Mu ini janji-Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada-Mu."  (Mazmur 119:38).

     Pertanyaan:  benih jenis apa yang Saudara tabur saat ini?  Apakah kita menabur untuk tuaian yang tahan lama atau tidak?  Biarlah kita semakin giat menabur, khususnya untuk hal-hal yang berhubungan dengan Roh, karena inilah taburan yang dapat bertahan lama atau bersifat kekal, sebab  "barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu."  (Galatia 6:8).  Mari kita menabur waktu, tenaga, pikiran, materi, talenta dan seluruh keberadaan hidup kita untuk melayani Tuhan dan mendukung pekerjaanNya di bumi ini.  Pada saatnya kita pasti akan menuai berkat/upah dari Tuhan.

     Ada banyak orang Kristen yang begitu hitung-hitungan dengan Tuhan sehingga mereka enggan untuk berkorban.  Jangankan berkorban materi, berkorban waktu dan tenaga untuk melayani Tuhan saja kita ogah-ogahan.  Banyak sekali alasan dan dalih yang kita kemukakan:  sibuk, tidak bisa meninggalkan pekerjaan, nanti saja kalau sudah berhasil atau kalau anak-anak sudah menikah.  Atau kita sudah menabur untuk Tuhan, baik itu melalui pelayanan ataupun berkorban secara materi, tapi mungkin secara asal-asalan, terpaksa, tidak sepenuh hati dan tidak disertai motivasi yang benar.

Jika kita menabur dengan tujuan menyenangkan manusia, dan bukan untuk menyenangkan hati Tuhan, yang kita tuai adalah sebatas pujian manusia itu!