Friday, September 20, 2013

JANJI TUHAN PASTI TERGENAPI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 September 2013 -

Baca:  Yohanes 10:1-10

"Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  Yohanes 10:10b

Banyak orang Kristen berpikir dan bertanya-tanya dalam hati:  ketika mereka membuat keputusan untuk hidup benar, bersungguh-sungguh di dalam Tuhan dan melakukan kehendakNya, serasa masalah dan tantangan justru datang mendera dan kian menjadi-jadi.  Semisal:  makin dijauhi oleh keluarga, dicibir dan dihindari oleh teman-teman terdekat, perlakuan semena-mena dari atasan dan sebagainya, serasa berkat dan janji Tuhan kian menjauh dari kehidupan mereka.  Mereka pun mulai melemah dan timbul keinginan untuk kembali kepada kehidupan lama.  Haruskah mereka bersikap demikian?  Kita harus tetap berkeyakinan bahwa rencana Tuhan tidak akan dapat digagalkan oleh siapa pun dan seburuk apa pun keadaan yang terjadi.  Inilah pernyataan Ayub,  "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal."  (Ayub 42:2).

     Merupakan tugas dan tanggung jawab kita untuk tetap memegang teguh setiap janji Tuhan dengan menjaga setiap ucapan dan perkataan kita selaras dengan firmanNya.  Pasalnya, janji Tuhan tidak dapat tergenapi begitu saja tanpa kita secara konsisten benar-benar menjaga ucapan dan perbuatan kita, serta menantikannya dengan sungguh sampai janji itu menjadi milik kita, sebab  "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya."  (Amsal 18:21).  Selama kita hidup dalam kehendak dan mengutamakan Tuhan lebih dari apa pun juga, tidak ada yang bisa mencuri firmanNya yang berkata,  "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33).  Hidup orang percaya berada dalam kerajaan Allah yang tak tergoncangkan, jadi situasi apa pun takkan mampu menggoncang dan menggoyahkan.  Kerajaan Allah pun mempunyai aturan-aturan, dan tugas kita mengikut aturan-aturan tersebut, yang tak lain tak bukan adalah firman Tuhan.  Jadi kita harus melakukan apa yang Tuhan perintahkan kepada kita.  Itu saja!

     Jika kita rindu firman Tuhan digenapi dalam hidup ini, lakukan bagian kita.  Di dalam kita sudah ada talenta dan karunia, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bisa mengerjakan kehendakNya!

Cepat atau lambat setiap ketaatan pasti mendatangkan upah dari Tuhan!

Thursday, September 19, 2013

BAIT TUHAN BUKAN LADANG BISNIS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 September 2013 -

Baca:  Matius 21:12-17

"Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun."  Matius 21:13

Bait Tuhan adalah tempat kudus, di mana Tuhan hadir melawat umatNya.  "TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus;"  (Mazmur 11:4).  Kita tidak boleh sembarangan bila berada di baitNya yang kudus.  "Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah"  (Pengkotbah 4:17).  Ada orang-orang yang melakukan tindakan tidak terpuji, melakukan praktek jual beli di halaman Bait Tuhan, padahal mereka tahu bahwa Bait Tuhan adalah tempat umat beribadah kepada Tuhan.  Menjadikan Bait Tuhan sebagai tempat berjual-beli adalah suatu hal yang tidak pantas dan itu merupakan sebuah penghinaan terhadap Tuhan, karena mereka telah mencemari BaitNya yang kudus.  Melihat kejadian itu bangkitlah amarah Yesus dan Ia pun bertindak tegas terhadap orang-orang yang menggunakan Bait Tuhan tersebut sebagai tempat berdagang atau melakukan transaksi bisnis.  "Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati."  (Matius 21:12b).

     Secara fisik, bait Tuhan harus dirawat dan dijaga kebersihannya supaya orang yang berada di dalamnya merasa nyaman, apalagi secara rohani, karena Bait Tuhan adalah tempat berjumpa dan dijumpai Tuhan;  tempat kita memberikan pelayanan pujian dan penyembahan kepada Tuhan;  tempat di mana kebenaran firman Tuhan disampaikan;  namun masih ada orang-orang yang menyalahgunkan fungsi Bait Tuhan.  Mengatasnamakan pelayanan, mereka menjadikan Bait Tuhan sebagai ladang bisnis, mencari uang dan mengeruk keuntungan materi semata.  Tujuan dan motivasi dalam melayani bukan lagi untuk kemuliaan nama Tuhan, tapi untuk ambisi dan kepentingan pribadi.  Karena itu Yesus berkata,  "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."  (Yohanes 2:16).  Ketika BaitNya beralih fungsi, Tuhan pasti tidak akan tinggal diam.  Ia tidak mau ada kenajisan di dalamnya;  Bait-Nya harus tetap kudus.  Bait Tuhan tidak berbicara soal bangunan atau gedung,  "Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri."  (Yohanes 2:21).

"Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?"  (1 Korintus 3:16).