Monday, September 9, 2013

PEMIMPIN YANG RENDAH HATI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 September 2013 -

Baca:  Filipi 3:17-21

"Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu."  Filipi 3:17

Apa yang disampaikan rasul Paulus kepada jemaat di Filipi pada ayat nas bukanlah dimaksudkan untuk menguasai orang lain atau supaya ia dikultuskan dan dianut, karena ia bukanlah orang yang gila hormat.  Tetapi maksudnya adalah agar setiap orang yang dilayani benar-benar meneladani apa yang dilakukan paulus, di mana ia berusaha hidup seturut dengan kehendak Tuhan dan menjadikan kristus sebagai teladan hidupnya.  "Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus."  (1 Korintus 11:1).  Dalam hal ini Paulus ingin orang lain mengikuti jejaknya sebagai pengikut Kristus.  Jadi fokus utamanya adalah menjadi pengikut Kristus, bukan Paulus.

     Salah satu sikap hidup Paulus yang patut kita teladani adalah perihal kerendahan hati.  Meski telah menjadi pemberita Injil dan pemimpin rohani yang dipakai Tuhan scara luar biasa, dan juga memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi -bila dibandingkan dengan orang lain- Paulus tetaplah orang yang rendah hati.  Ia sadar di hadapan Tuhan dirinya bukanlah siapa-siapa dan tidak ada apa-apanya.  Ia sama sekali tidak menganggap dirinya pemimpin yang harus dihormati dan dipuja.  Paulus ingat apa yang disampaikan Yesus,  "Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."  (Matius 23:10-12).  Karena itu Paulus berusaha mengikuti teladan Kristus.  Ketahuilah bahwa  "...kerendahan hati mendahului kehormatan."  (Amsal 15:33).

     Banyak pemimpin di dunia ini cenderung meninggikan diri, merasa selalu benar, menganggap orang lain lebih rendah, selalu ingin dilayani dan dinomorsatukan.  Pemimpin yang demikian pasti akan ditinggalkan oleh pengikutnya karena ia tidak bisa menjadi panutan atau teladan yang baik.  Selama berada di bumi, Tuhan  "...datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."  (Matius 20:28).

Paulus mengembalikan segala hormat, pujian dan kemuliaan hanya bagi Tuhan;  kita pun harus meneladaninya!

Sunday, September 8, 2013

MENANTI DENGAN PENUH IMAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 September 2013 -

Baca:  Mazmur 40:1-18

"Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong."  Mazmur 40:2

Bagi kebanyakan orang menanti adalah suatu pekerjaan yang sangat membosankan, suatu kondisi yang paling tidak menyenangkan.  Menanti sering membuat seseorang mudah terpancing emosi, marah, kecewa, kesal, tersinggung dan juga jengkel karena merasa dipermainkan, apalagi menanti sesuatu yang tidak jelas kepastiannya.  Seringkali keadaan kita runyam oleh omongan orang lain yang melemahkan.

     Tak terkecuali dalam pengiringan kita akan Tuhan.  Kita begitu mudahnya termakan oleh intimidasi Iblis yang berbisik,  "Percuma menantikan pertolongan dari Tuhan, buktinya sudah berdoa bertahun-tahun tetap tidak ada jawaban.  Lebih baik mencari pertolongan kepada orang pintar, pertolongannya secepat kilat."  Akhirnya kita pun memutar haluan, tidak lagi tekun menanti-nantikan Tuhan.  Pada dasarnya di dalam suatu penantian, ketekunan dan kesabaran kita diuji.  Kita dilatih untuk bersikap tenang, tidak terburu-buru dan senantiasa berpikiran positif.  Melalui  'menanti'  ini kita juga diajar untuk mengerti keadaan orang lain, terlebih-lebih kita dididik untuk memahami kehendak Tuhan dan menyadari bahwa waktu Tuhan bukanlah waktu kita.

     Sebagai orang percaya, apa saja yang kita nantikan?  Kita menantikan jawaban atas doa-doa kita dan juga janji-janji Tuhan digenapi dalam kehidupan kita yang meliput berkat, pemulihan, kesembuhan dan sebagainya.  Alkitab nasihatkan mengenai hal ini:  "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?"  (Lukas 18:7).  Jangan pernah berhenti berdoa dan percayalah kepada Tuhan, karena pertolongan Tuhan akan dinyatakan tepat waktuNya.  Bila kita diijinkan untuk mengalami masa-masa penantian berarti Tuhan sedang mempersiapkan kita menjadi pribadi-pribadi yang berkualitas, sebab penantian  "...menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan."  (Roma 5:3-4).

Tetaplah mengucap syukur di segala keadaan sambil terus memahami kehendak dan rencana Tuhan supaya kita dapat berkata,  "...janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."  (Matius 26:39).