Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 September 2013 -
Baca: Kisah Para Rasul 17:16-34
"Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya karena
ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala." Kisah 17:16
Hati Paulus sangat sedih ketika melihat bahwa kota Athena dipenuhi patung-patung berhala. Kesedihannya berhubungan dengan sesuatu yang berlawanan dengan rohnya. Itulah sebabnya roh Paulus bergejolak. Ia tidak bisa menerima keadaan tersebut.
Kesedihan Paulus menyiratkan bahwa ia memiliki kepekaan rohani terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Banyaknya patung berhala menandakan bahwa orang-orang di Atena menyembah kepada dewa-dewa, bukan kepada Allah yang benar dan berkuasa. Karena itu dengan sangat geram Paulus berkata, "Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat
barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan:
Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa
mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu." (Kisah 17:22-23). Kepekaan rohani membuat seseorang berduka terhadap perbuatan yang mendukakan Roh Kudus; berduka terhadap setiap dosa dan pelanggaran.
Adakah kita punya kepekaan terhadap apa yang sedang terjadi di sekitar kita? Kita melihat sekarang ini banyak orang sudah tidak lagi mengindahkan perkara-perkara rohani. Mereka lebih cenderung mengejar kesenangan duniawi. Jika kita tidak peka terhadap situasi-situasi di sekitar, hidup kita akan mudah di ombang-ambingkan oleh ilah zaman ini dan kita akan terbawa arus di dalamnya. Apalagi ada banyak orang Kristen yang lebih memikirkan berkat dan materi daripada berusaha bagaimana memiliki kehidupan yang menyenangkan hati Tuhan. Padahal sebagai pengikut Kristus kita memiliki tanggung jawab yang tidak mudah; kita dipanggil untuk memiliki kehidupan yang berbeda dengan dunia ini yaitu hidup dalam kekudusan sebagaimana tertulis; "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1 Tesalonika 4:7). Tanpa kekudusan kita tidak akan mampu mengemban tugas sebagai saksi Kristus di tengah dunia.
Kepekaan rohani membuat seseorang bersikap tegas terhadap dosa dan berkomitmen untuk melayani Tuhan dengan sungguh!
Thursday, September 5, 2013
Wednesday, September 4, 2013
DAUD: Punya Kepekaan rohani!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 September 2013 -
Baca: Mazmur 119:97-104
"Terhadap segala jalan kejahatan aku menahan kakiku, supaya aku berpegang pada firman-Mu." Mazmur 119:101
Daud adalah contoh orang yang memiliki kepekaan rohani. Dalam segala hal ia senantiasa melibatkan dan meminta petunjuk Tuhan sebelum mengambil keputusan apa pun.
Suatu ketika orang-orang Filistin mendengar bahwa Daud telah diurapi menjadi raja Israel. Mereka pun berniat mencarinya dan hendak mencabut nyawanya. Menghadapi ancaman tersebut Daud tidak langsung bertindak dengan mengumpulkan bala tentaranya dan menyusun strategi perang, tapi ia merendahkan diri di hadapan Tuhan dan meminta nasihatNya, "'Apakah aku harus maju melawan orang Filistin itu? Akan Kauserahkankah mereka ke dalam tanganku?' TUHAN menjawab Daud: 'Majulah, sebab Aku pasti akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam tanganmu.'" (2 Samuel 5:19). Setelah mendengar suara Tuhan dan mengerti kehendakNya ia melaksanakan perintah Tuhan. Hal ini membuktikan bahwa Daud sangat menghargai pikiran dan perasaan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan berkata, "Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku." (Kisah 13:22b).
Apa yang dilakukan Daud sehingga ia menjadi orang yang begitu peka rohaninya? 1. Hati yang terbuka terhadap teguran. Hati Daud mudah hancur. Ketika ditegur oleh Natan karena dosa perzinahannya dengan Betsyeba, Daud pun menyesali dosanya. "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!" (Mazmur 51:3-4). Daud senantiasa rindu dibaharui oleh Tuhan supaya ia tidak lengah rohani atau jatuh dalam kesalahan lagi. 2. Daud senantiasa merenungkan firman Tuhan. Dia melakukannya bukan karena kebiasaan atau kewajiban, tapi karena kasihnya kepada Tuhan. "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari." (Mazmur 119:97).
Jika kita mengasihi Tuhan kita pasti rindu selalu dekat denganNya dan mendengar suaraNya sehingga hidup kita bisa seirama dengan kehendak Tuhan.
Hati yang rela dibentuk dan senantiasa membangun kekariban dengan Tuhan adalah langkah menuju kepekaan rohani.
Baca: Mazmur 119:97-104
"Terhadap segala jalan kejahatan aku menahan kakiku, supaya aku berpegang pada firman-Mu." Mazmur 119:101
Daud adalah contoh orang yang memiliki kepekaan rohani. Dalam segala hal ia senantiasa melibatkan dan meminta petunjuk Tuhan sebelum mengambil keputusan apa pun.
Suatu ketika orang-orang Filistin mendengar bahwa Daud telah diurapi menjadi raja Israel. Mereka pun berniat mencarinya dan hendak mencabut nyawanya. Menghadapi ancaman tersebut Daud tidak langsung bertindak dengan mengumpulkan bala tentaranya dan menyusun strategi perang, tapi ia merendahkan diri di hadapan Tuhan dan meminta nasihatNya, "'Apakah aku harus maju melawan orang Filistin itu? Akan Kauserahkankah mereka ke dalam tanganku?' TUHAN menjawab Daud: 'Majulah, sebab Aku pasti akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam tanganmu.'" (2 Samuel 5:19). Setelah mendengar suara Tuhan dan mengerti kehendakNya ia melaksanakan perintah Tuhan. Hal ini membuktikan bahwa Daud sangat menghargai pikiran dan perasaan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan berkata, "Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku." (Kisah 13:22b).
Apa yang dilakukan Daud sehingga ia menjadi orang yang begitu peka rohaninya? 1. Hati yang terbuka terhadap teguran. Hati Daud mudah hancur. Ketika ditegur oleh Natan karena dosa perzinahannya dengan Betsyeba, Daud pun menyesali dosanya. "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!" (Mazmur 51:3-4). Daud senantiasa rindu dibaharui oleh Tuhan supaya ia tidak lengah rohani atau jatuh dalam kesalahan lagi. 2. Daud senantiasa merenungkan firman Tuhan. Dia melakukannya bukan karena kebiasaan atau kewajiban, tapi karena kasihnya kepada Tuhan. "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari." (Mazmur 119:97).
Jika kita mengasihi Tuhan kita pasti rindu selalu dekat denganNya dan mendengar suaraNya sehingga hidup kita bisa seirama dengan kehendak Tuhan.
Hati yang rela dibentuk dan senantiasa membangun kekariban dengan Tuhan adalah langkah menuju kepekaan rohani.
Subscribe to:
Posts (Atom)