Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Agustus 2013 -
Baca: Mazmur 90:1-17
"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." Mazmur 90:12
Menjadi orang yang berhasil, punya kedudukan tinggi, pintar, terkenal dan kaya raya adalah impian dari semua orang; inilah dunia, di mana setiap individu selalu menilai orang lain berdasarkan apa yang terlihat secara kasat mata. Hanya sedikit orang yang punya kerinduan untuk menjadi orang yang bijaksana. Namun Alkitab mengatakan demikian, "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?
Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?" (Matius 16:26). Tuhan menghendaki setiap kita memiliki hati yang bijak, menjadi pribadi-pribadi yang bijaksana. Bijaksana tidak selalu berkaitan dengan kecerdasan atau kepintaran seseorang. Banyak orang yang cerdas dan berintelejensi tinggi hidup secara tidak bijaksana. Itulah sebabnya firman Tuhan memperingatkan, "Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;" (Amsal 3:7).
Untuk bisa menjadi orang yang bijaksana tiada jalan lain selain harus melekat kepada Tuhan, menyediakan banyak waktu untuk bersekutu denganNya dan merenungkan firmanNya. Semakin kita menyukai Taurat Tuhan semakin kita dibentuk menjadi pribadi yang bijak. Inilah yang dirasakan Daud, "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku. Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan. Aku lebih mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku memegang titah-titah-Mu." (Mazmur 119:97-100). Karena itu Musa pun berdoa, "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (ayat nas).
Membaca banyak buku ilmu pengetahuan apa pun sangat bagus, karena membuat wawasan kita bertambah. Namun jangan pernah lupa membaca dan merenungkan firman Tuhan setiap hari. Bangsa Israel beroleh teguran keras dari Tuhan karena mereka melupakan ajaranNya, "...hai bangsa yang bebal dan tidak bijaksana?" (Ulangan 32:6).
Langkah awal menjadi orang Kristen yang bijak adalah mencintai firman Tuhan dan merenungkan itu siang dan malam. Sudahkah kita melakukannya setiap hari?
Monday, August 26, 2013
Sunday, August 25, 2013
HAMBA KECIL BERIMAN BESAR (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Agustus 2013 -
Baca: 2 Raja-Raja 5:1-27
"Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir." 2 Raja-Raja 5:14
Naaman pun tergerak hati dan mengikuti anjuran dari hamba kecil itu, lalu meminta ijin kepada raja Aram untuk pergi kepada nabi Allah itu. Ia pun pergi dengan membawa banyak persembahan: "...sepuluh talenta perak dan enam ribu syikal emas dan sepuluh potong pakaian." (2 Raja-Raja 5:5b).
Setelah bertemu Elisa, abdi Allah itu, Naaman berharap beroleh kesembuhan dengan cara terhormat, misalkan melalui penumpangan tangan; atau mungkin dia berharap kesembuhan itu langsung turun dari sorga. Namun Naaman kembali dihadapkan pada ujian kerendahan hati, karena ternyata apa yang disampaikan abdi Allah itu di luar dugaannya: "Elisa menyuruh seorang suruhan kepadanya mengatakan: 'Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.'" (2 Raja-Raja 5:10). Naaman diminta mandi di sungai Yordan! Ini membuatnya tersinggung sehingga ia pun menolak perintah Elisa, "'Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?' Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati." (2 Raja-Raja 5:12). Ada pergumulan hebat dalam diri Naaman, antara ego, keangkuhan dan juga iman. Namun atas desakan pegawai-pegawainya Naaman pun melakukan apa yang diperintahkan Elisa. "Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu." Setelah tujuh kali membenamkan diri di sungai itu, mujizat terjadi: Naaman sembuh, bahkan "...pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir."
Kesaksian seorang budak kecil disertai kerendahan hati dan ketaatan Naaman akhirnya menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak. Panglima raja Aram itu pun disembuhkan dari penyakit kustanya. Kuncinya adalah iman yang disertai dengan perbuatan! Sebab "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17).
Iman seorang hamba kecil sanggup membawa dampak besar bagi orang lain!
Baca: 2 Raja-Raja 5:1-27
"Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir." 2 Raja-Raja 5:14
Naaman pun tergerak hati dan mengikuti anjuran dari hamba kecil itu, lalu meminta ijin kepada raja Aram untuk pergi kepada nabi Allah itu. Ia pun pergi dengan membawa banyak persembahan: "...sepuluh talenta perak dan enam ribu syikal emas dan sepuluh potong pakaian." (2 Raja-Raja 5:5b).
Setelah bertemu Elisa, abdi Allah itu, Naaman berharap beroleh kesembuhan dengan cara terhormat, misalkan melalui penumpangan tangan; atau mungkin dia berharap kesembuhan itu langsung turun dari sorga. Namun Naaman kembali dihadapkan pada ujian kerendahan hati, karena ternyata apa yang disampaikan abdi Allah itu di luar dugaannya: "Elisa menyuruh seorang suruhan kepadanya mengatakan: 'Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.'" (2 Raja-Raja 5:10). Naaman diminta mandi di sungai Yordan! Ini membuatnya tersinggung sehingga ia pun menolak perintah Elisa, "'Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?' Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati." (2 Raja-Raja 5:12). Ada pergumulan hebat dalam diri Naaman, antara ego, keangkuhan dan juga iman. Namun atas desakan pegawai-pegawainya Naaman pun melakukan apa yang diperintahkan Elisa. "Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu." Setelah tujuh kali membenamkan diri di sungai itu, mujizat terjadi: Naaman sembuh, bahkan "...pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir."
Kesaksian seorang budak kecil disertai kerendahan hati dan ketaatan Naaman akhirnya menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak. Panglima raja Aram itu pun disembuhkan dari penyakit kustanya. Kuncinya adalah iman yang disertai dengan perbuatan! Sebab "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17).
Iman seorang hamba kecil sanggup membawa dampak besar bagi orang lain!
Subscribe to:
Posts (Atom)