Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Agustus 2013 -
Baca: 1 Yohanes 3:1-10
"Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah." 1 Yohanes 3:4
Hari - hari ini adalah masa-masa akhir menjelang kedatangan Tuhan yang kian mendekat. Semakin dekat semakin meningkat pula dosa dan kejahatan manusia. Bukankah saat ini jelas terpampang nyata bahwa moralitas manusia kian merosot? Hal ini tak beda jauh dengan kehidupan orang-orang zaman Nuh dahulu, di mana "...kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata," (Kejadian 6:5), sampai-sampai "...menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya." (Kejadian 6:6).
Haruskah kita turut terbawa arus dunia ini dan menjadi sama dengan orang-orang dunia? Kita harus menyadari status kita saat ini: "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang
di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang. Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan
yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah
perbuatan-perbuatan itu." (Efesus 5:8, 11). Alkitab dengan keras menyatakan: "...barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!" (Wahyu 22:11).
Banyak orang berpikir bahwa dosa dapat ditebus dan ditutupi dengan perbuatan baik atau amal jariah kita, atau bisa diselesaikan dengan tatacara manusia. Tidak sama sekali! Manusia yang berdosa tidak bisa menebus dosanya sendiri, sebab tidak mungkin dosa diselesaikan dengan dosa. Karena dosa inilah manusia harus terpisah dari Allah, sebab dosa adalah pelanggaran terhadap hukum Allah, yaitu setiap firman yang tertulis di dalam Alkitab. Segala perbuatan manusia yang bertentangan atau berlawanan dengan firman Tuhan disebut dosa. Ada tertulis: "barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya." (1 Yohanes 3:8). Jadi dosa adalah karakter dasar dari Iblis, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran sama sekali, "Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran,
sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia
berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa
segala dusta." (Yohanes 8:44). (Bersambung)
Thursday, August 22, 2013
Wednesday, August 21, 2013
MENGKOREKSI DIRI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Agustus 2013 -
Baca: Kejadian 3:1-24
"Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." Kejadian 3:12
Sepenggal ayat nas di atas menggambarkan keadaan manusia saat pertama kali jatuh dalam dosa. ketika ditanya Tuhan, "Mengapa hal ini bisa terjadi?", tindakan pertama yang dilakukan adalah menyalahkan orang lain dan saling melempar tanggung jawab atas ketidaktaatan yang mereka perbuat. Adam berusaha membela diri dengan menyalahkan Hawa yang telah memberinya buah dari pohon kehidupan itu. Hawa pun tidak mau jika ia disalahkan sepenuhnya, "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan." (Kejadian 3:13). Akhirnya si ular yang merupakan trouble maker pun tak bisa mengelak walau sebenarnya ia hanya sebagai sarana yang dipakai Iblis untuk memperdaya manusia. Jadi bukanlah hal yang mengejutkan bila banyak orang saling mempersalahkan dan melempar tanggung jawab apabila kedapatan melakukan kesalahan atau pelanggaran. Contoh nyata adalah para koruptor di negeri ini. Ketika ada satu orang yang tertangkap, ia pun 'berkicau', tidak mau disalahkan sendirian, dan bila ternyata ada banyak orang turut terlibat mereka akan saling menuding, melempar kesalahan dan ingin 'cuci tangan'.
Peristiwa serupa sering juga terjadi dalam kehidupan orang percaya. Adalah tidak mudah bagi seseorang untuk legowo atau berjiwa besar mengakui setiap kesalahan atau pelanggaran yang telah diperbuat. Kita cenderung menyalahkan rekan pelayanan dan rekan kerja, suami menyalahkan isteri, isteri menyalahkan suami, orangtua menyalahkan anak dan juga sebaliknya. Siapa yang menuai keuntungan dalam hal ini? Tak lain dan tak bukan adalah si Iblis. Iblis akan tertawa lepas karena ia telah berhasil menjalankan misinya: memecah belah dan menghancurkan kehidupan orang Kristen. Iblis tidak harus memeras keringat dalam bekerja, namun sudah banyak orang menjadi korbannya. Padahal Iblis hanya berusaha mencari celah kecil untuk bisa menerobos.
Mari, berhenti saling menyalahkan! Biarlah masing-masing senantiasa mengoreksi diri dan dengan rendah hati mengakui kesalahan di hadapan Tuhan supaya Iblis tidak menari-nari di atasnya.
"Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada TUHAN." Ratapan 3:41
Baca: Kejadian 3:1-24
"Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." Kejadian 3:12
Sepenggal ayat nas di atas menggambarkan keadaan manusia saat pertama kali jatuh dalam dosa. ketika ditanya Tuhan, "Mengapa hal ini bisa terjadi?", tindakan pertama yang dilakukan adalah menyalahkan orang lain dan saling melempar tanggung jawab atas ketidaktaatan yang mereka perbuat. Adam berusaha membela diri dengan menyalahkan Hawa yang telah memberinya buah dari pohon kehidupan itu. Hawa pun tidak mau jika ia disalahkan sepenuhnya, "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan." (Kejadian 3:13). Akhirnya si ular yang merupakan trouble maker pun tak bisa mengelak walau sebenarnya ia hanya sebagai sarana yang dipakai Iblis untuk memperdaya manusia. Jadi bukanlah hal yang mengejutkan bila banyak orang saling mempersalahkan dan melempar tanggung jawab apabila kedapatan melakukan kesalahan atau pelanggaran. Contoh nyata adalah para koruptor di negeri ini. Ketika ada satu orang yang tertangkap, ia pun 'berkicau', tidak mau disalahkan sendirian, dan bila ternyata ada banyak orang turut terlibat mereka akan saling menuding, melempar kesalahan dan ingin 'cuci tangan'.
Peristiwa serupa sering juga terjadi dalam kehidupan orang percaya. Adalah tidak mudah bagi seseorang untuk legowo atau berjiwa besar mengakui setiap kesalahan atau pelanggaran yang telah diperbuat. Kita cenderung menyalahkan rekan pelayanan dan rekan kerja, suami menyalahkan isteri, isteri menyalahkan suami, orangtua menyalahkan anak dan juga sebaliknya. Siapa yang menuai keuntungan dalam hal ini? Tak lain dan tak bukan adalah si Iblis. Iblis akan tertawa lepas karena ia telah berhasil menjalankan misinya: memecah belah dan menghancurkan kehidupan orang Kristen. Iblis tidak harus memeras keringat dalam bekerja, namun sudah banyak orang menjadi korbannya. Padahal Iblis hanya berusaha mencari celah kecil untuk bisa menerobos.
Mari, berhenti saling menyalahkan! Biarlah masing-masing senantiasa mengoreksi diri dan dengan rendah hati mengakui kesalahan di hadapan Tuhan supaya Iblis tidak menari-nari di atasnya.
"Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada TUHAN." Ratapan 3:41
Subscribe to:
Posts (Atom)