Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Agustus 2013 -
Baca: Kolose 3:1-4
"Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah." Kolose 3:3
Sebelum bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi kita semua tidak luput dari melakukan dosa. Kita hidup dengan menuruti dorongan hawa nafsu dan segala keinginannya. Pendek kata hidup kita diperbudak dan dibelenggu oleh dosa. Namun setelah kita menjadi anak-anak Tuhan dan hidup baru di dalam Kristus (baca 2 Korintus 5:17), kita pun harus memiliki cara hidup yang berbeda dari hidup sebelumnya. Jika sebelumnya kita lebih memperhatikan perkara-perkara duniawi dan hidup di dalamnya, kini kita harus lebih memusatkan diri terhadap hal-hal rohani.
Keberadaan kita sebagai 'manusia lama' diibaratkan seperti pakaian yang sudah usang dan kumal yang sudah kita tanggalkan, dan sekarang kita sedang mengenakan pakaian yang baru. Mungkinkah seseorang hendak memakai baju baru tanpa terlebih dahulu melepaskan bajunya yang lama, kotor dan bau? Maka yang harus kita lakukan saat ini sebagai 'manusia baru' di dalam Kristus adalah, pertama: "...carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada," (Kolose 3:1). Mencari perkara rohani berarti harus memiliki rasa haus dan lapar akan firman Tuhan setiap hari, memiliki kerinduan untuk bersekutu dengan Tuhan lebih lagi, seperti yang Daud rindukan, "Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah
TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati
bait-Nya." (Mazmur 27:4), serta memiliki komitmen untuk melakukan kehendak Tuhan. Memang itu bukanlah hal yang mudah karena ada banyak tantangan yang menghadang, seperti masalah hidup, lebih-lebih situasi dan kondisi yang terjadi di sekitar kita yang seringkali membuat kita lemah. Gemerlap dan hingar-bingar dunia ini yang menawarkan segala kenikmatan, kekayaan dengan segala tipu dayanya pun dapat menghimpit dan mempengaruhi kita sehingga kita pun menjadi tak berdaya. "...tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya." (Yakobus 1:14).
Karena itu rasul Paulus menasihati jemaat di Kolose agar mereka selalu waspada dan menyadari betapa perkara-perkara rohani itu jauh lebih berharga daripada hal-hal duniawi, yang hanya bersifat sementara dan fana ini. (Bersambung)
Sunday, August 11, 2013
Saturday, August 10, 2013
KE MANA KITA AKAN LARI? (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Agustus 2013 -
Baca: Yunus 3:1-10
"Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah." Yunus 3:3
Semua awak dan penumpang kapal menjadi panik dan takut. Singkat cerita, mereka membuang undi untuk mencari siapa yang patut disalahkan sebagai penyebab terjadinya malapetaka ini. Bukanlah kebetulan jika undi itu pun jatuh kepada Yunus. Akhirnya Yunus pun menceritakan tentang pelariannya dan karena dialah Tuhan menjadi murka. Di tengah rasa frustasi dan penyesalannya karena ia tahu dirinyalah penyebab ini semua, Yunus berkata kepada orang-orang, "Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu." (Yunus 1:12).
Rencana Tuhan tidak pernah gagal! Atas campur tanganNya seekor ikan besar menelan Yunus dan ia pun harus tinggal di dalamnya tiga hari tiga malam lamanya. Saat berada dalam perut ikan Yunus menyesali perbuatannya dan minta ampun kepada Tuhan karena telah memberontak dan lari dari panggilanNya. Ia berkenan akan doa penyesalan Yunus, lalu "... berfirmanlah TUHAN kepada ikan itu, dan ikan itupun memuntahkan Yunus ke darat." (Yunus 2:10). Tuhan memberi kesempatan kedua kepada Yunus untuk mengerjakan panggilanNya, "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu." (Yunus 3:2).
Sejauh apa pun kita berlari untuk menjauh dari hadiratNya, jika Ia berkenan memakai kita untuk sebuah rencana-Nya maka Ia akan selalu punya cara yang luar biasa untuk memanggil kita kembali sampai kita berkata 'ya' dan melangkah mengerjakan panggilanNya itu. Mungkin saat ini banyak dari kita yang sedang melarikan diri dan menghindar dari panggilan Tuhan untuk melayani Dia dengan berbagai alasan: sibuk, tidak ada waktu, tidak punya talenta dan sebagainya. Ingat! Melayani Tuhan adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita, jangan sia-siakan itu. Tidak semua orang beroleh kesempatan dan kepercayaan! Biarlah pengalaman hidup Yunus ini menjadi pelajaran berharga bagi kita. Jangan menunggu sampai Tuhan menegur kita dengan keras. Juga, jangan sekali-kali berkompromi dengan dosa, sebab Tuhan Mahatahu.
"Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia." 2 Tawarikh 16:9a
Baca: Yunus 3:1-10
"Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah." Yunus 3:3
Semua awak dan penumpang kapal menjadi panik dan takut. Singkat cerita, mereka membuang undi untuk mencari siapa yang patut disalahkan sebagai penyebab terjadinya malapetaka ini. Bukanlah kebetulan jika undi itu pun jatuh kepada Yunus. Akhirnya Yunus pun menceritakan tentang pelariannya dan karena dialah Tuhan menjadi murka. Di tengah rasa frustasi dan penyesalannya karena ia tahu dirinyalah penyebab ini semua, Yunus berkata kepada orang-orang, "Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu." (Yunus 1:12).
Rencana Tuhan tidak pernah gagal! Atas campur tanganNya seekor ikan besar menelan Yunus dan ia pun harus tinggal di dalamnya tiga hari tiga malam lamanya. Saat berada dalam perut ikan Yunus menyesali perbuatannya dan minta ampun kepada Tuhan karena telah memberontak dan lari dari panggilanNya. Ia berkenan akan doa penyesalan Yunus, lalu "... berfirmanlah TUHAN kepada ikan itu, dan ikan itupun memuntahkan Yunus ke darat." (Yunus 2:10). Tuhan memberi kesempatan kedua kepada Yunus untuk mengerjakan panggilanNya, "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu." (Yunus 3:2).
Sejauh apa pun kita berlari untuk menjauh dari hadiratNya, jika Ia berkenan memakai kita untuk sebuah rencana-Nya maka Ia akan selalu punya cara yang luar biasa untuk memanggil kita kembali sampai kita berkata 'ya' dan melangkah mengerjakan panggilanNya itu. Mungkin saat ini banyak dari kita yang sedang melarikan diri dan menghindar dari panggilan Tuhan untuk melayani Dia dengan berbagai alasan: sibuk, tidak ada waktu, tidak punya talenta dan sebagainya. Ingat! Melayani Tuhan adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita, jangan sia-siakan itu. Tidak semua orang beroleh kesempatan dan kepercayaan! Biarlah pengalaman hidup Yunus ini menjadi pelajaran berharga bagi kita. Jangan menunggu sampai Tuhan menegur kita dengan keras. Juga, jangan sekali-kali berkompromi dengan dosa, sebab Tuhan Mahatahu.
"Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia." 2 Tawarikh 16:9a
Subscribe to:
Posts (Atom)