Monday, August 5, 2013

DIVIDE ET IMPERA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Agustus 2013 -

Baca:  1 Korintus 1:10-17

"Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir."  1 Korintus 1:10

Bangsa Indonesia adalah salah satu bangsa besar.  Namun kita memiliki pengalaman sejarah yang kelam, di mana selama waktu yang tidak sebentar kita dijajah bangsa-bangsa lain.  Belanda, negara kecil di benua Eropa, adalah salah satu  yang mampu menguasai Indonesia yang besar ini.  Mengapa bisa terjadi?  Salah satu faktornya karena politik divide et impera (bahasa Latin, artinya divide and rule:  membagi dan menguasai) yang diterapkan oleh Belanda, yaitu politik pecah belah atau adu domba, memecah kelompak besar menjadi kelompok kecil sehingga lebih mudah untuk ditaklukkan.  Jika suatu bangsa yang besar mengalami perpecahan dan tercerai-berai, cepat atau lambat bangsa itu akan menjadi hancur.

     Menghasut dan memecah belah supaya terjadi perpecahan adalah strategi yang dilakukan Iblis untuk melumpuhkan dan menghancurkan kehidupan orang percaya.  Apabila anak-anak Tuhan saling berselisih, menuding dan membentuk kubu-kubu akan mempermudah Iblis untuk melancarkan serangannya.  Inilah yang terjadi dan melanda jemaat Tuhan di Korintus, di mana mereka saling berselisih, iri hati, tidak seia-sekata, tidak cocok satu sama lain sehingga mereka berkelompok, membentuk komunitas, golongan dan aliran sendiri-sendiri.  "Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus."  (1 Korintus 1:12).  Bila hal ini dibiarkan berlarut-larut, cepat atau lambat gereja akan terpecah, dan akhirnya akan menjadi hancur berkeping-keping.

     Ada peribahasa yang mengatakan:  'Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh', yang artinya perselisihan akan berakibat pada kehancuran, namun kerukunan akan menjadikan kita makin kuat/Solid.  Selama kita masih mengedepankan ego masing-masing, merasa diri paling benar, merasa gereja kita paling besar dan maju, merasa paling berjasa dan sebagainya, kita sedang dalam perpecahan.  Perhatikan ayat ini:  "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan."  (Matius 12:25).  (Bersambung)

Sunday, August 4, 2013

MEMBENARKAN DIRI SENDIRI (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Agustus 2013 -

Baca:  Roma 2:1-16

"Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama."  Roma 2:1

Pemungut cukai adalah orang yang memungut pajak dari rakyat Israel atas nama pemerintahan Roma.  Karena itu ia sangat dimusuhi orang-orang Israel karena dianggap melayani penguasa Roma dan menindas orang-orang sebangsanya.  Ia dipandang sebagai orang yang kejam dan tidak memiliki hati nurani.

     Namun si pemungut cukai datang kepada Tuhan dengan hati hancur.  "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah."  (Mazmur 51:19).  Dan ada tertulis,  "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."  (1 Yohanes 1:9).  Pemungut cukai mengakui segala dosa dan pelanggaran kepada Tuhan dengan penuh kerendahan hati dan Ia berkenan, sehingga  "Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak."  (Lukas 18:14).  Sebaliknya Tuhan sangat mencela orang Farisi yang datang kepadaNya dengan penuh kesombongan, membenarkan diri sendiri dan cenderung menghakimi orang lain, padahal  "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."  (Yakobus 4:6).  Menurut penilaian manusia, apa yang diperbuat orang Farisi ini sungguh sangat rohaniah dan pasti berkenan kepada Tuhan.  Tapi,  "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."  (1 Samuel 16:7b).

     Tuhan tahu persis motivasi kita saat mengerjakan sesuatu dan dalam menjalankan ibadah.  Ia tidak bisa dikelabui dengan aktivitas-aktivitas rohani kita.  Merasa benar sendiri beda dengan dibenarkan Tuhan.  Jadi jangan sekali-kali menganggap rendah orang lain dan menjadi sombong sehingga mata kita pun tertutup terhadap kekurangan dan kelemahan diri sendiri.  Kita diselamatkan semata-mata karena kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus,  "...jangan ada orang yang memegahkan diri."  (Efesus 2:9).

Orang yang meninggikan diri akan direndahkan oleh Tuhan!