Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Juli 2013 -
Baca: Matius 7:24-27
"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama
dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu." Matius 7:24
Di berbagai kesempatan Yesus seringkali menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan ajarannya. Seperti pembacaan firman hari ini, ia memakai kata rumah untuk menggambarkan keadaan manusia. Rumah adalah kebutuhan primer manusia selain sandang dan pangan. Siapa pun memiliki keinginan memiliki rumah yang layak huni. Karena itulah dalam membangun sebuah rumah ada hal-hal yang harus kita perhatikan, mulai dari tipe dan juga dasarnya. Model rumah tertentu dengan tipe tertentu akan menentukan keberadaan dan nilai rumah tersebut. Jika rumah itu besar dan kualitasnya bagus, nilai dan harganya akan semakin tinggi dan mahal, begitu juga sebaliknya.
Dalam pengajaranNya Tuhan Yesus menjelaskan tentang dua jenis manusia. Pertama, orang yang mendengarkan perkataan Tuhan Yesus dan melakukannya, disebut sebagai orang yang bijaksana. Yang kedua, orang yang mendengarkan perkataan Tuhan Yesus tetapi tidak melakukannya, disebut orang yang bodoh. Orang bijakasana yang dimaksud tidak berbicara tentang orang yang pintar, jenius atau punya intelektual tinggi, tetapi mengacu kepada orang yang melakukan firman Tuhan. Juga terhadap orang yang bodoh, bukan berarti ia punya IQ rendah atau tidak berpendidikan, tapi ini mengenai orang yang hanya mendengarkan firman Tuhan tapi tidak melakukannya. Yakobus menasihati kita, "...hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." (Yakobus 1:22). Apalah artinya kita hanya sebatas suka mendengarkan khotbah di gereja, mengoleksi CD- CD khotbah pendeta-pendeta terkenal, atau kita sendiri punya jadwal padat untuk berkhotbah, jika kita tidak melakukan firman itu?
Selain itu kita harus memperhatikan 'dasar' dari rumah yang kita bangun, sebab kekuatan suatu bangunan sangat ditentukan oleh dasar atau pondasinya. Semakin bagus dasarnya, akan semakin kuat dan kokoh bangunan rumah tersebut. Apakah dasar yang kita gunakan untuk membangun rumah kita?
Tuhan Yesus menjelaskan bahwa ada dua dasar yang dapat dipakai untuk membangun sebuah rumah yaitu batu dan juga pasir.
Monday, July 29, 2013
Sunday, July 28, 2013
BERSAKSI DAN MENJADI KESAKSIAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Juli 2013 -
Baca: Mazmur 66:1-20
"Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadap diriku." Mazmur 66:16
Mari kita merenungkan ini sejenak! Apa yang sudah Tuhan perbuat dalam hidup Saudara? Disembuhkan dari sakit, dilepaskan dari masalah yang menghimpit, beroleh jalan keluar ketika menghadapi jalan buntu? Akankah kita diam saja dan tidak membalas kebaikan Tuhan? Jangan pernah ragu untuk membagikan kepada orang lain.
Ada banyak orang Kristen yang sudah menjalankan tugasnya dalam hal bersaksi. Tapi, tidak sedikit pula yang enggan melangkahkan kakinya untuk bersaksi, baik itu kepada keluarga terdekat, tetangga di sekitar tempat tinggal, teman-teman di kantor, terlebih lagi kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan dengan alasan kurang fasih bicara, malu atau canggung. Alkitab mengingatkan kita: "Kamu inilah saksi-saksi-Ku," demikianlah firman TUHAN, "dan hamba-Ku yang telah Kupilih," (Yesaya 43:10). Bagaimana kita harus memulai bersaksi kepada orang lain? Cara yang paling efektif untuk bersaksi kepada orang lain adalah melalui perbuatan kita sendiri. Oleh karena itu "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12b). Ketika kita menjadi teladan bagi orang lain, baik itu melalui perkataan dan perbuatan, saat itu pula kita sedang bersaksi, sehingga melalui perkataan dan perbuatan, saat itu pula kita sedang bersaksi, sehingga melalui hidup kita nama Tuhan dipermuliakan.
Jangan pernah takut untuk bersaksi, karena di dalam kita ada Roh kudus. "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita," (2 Timotius 1:7-8). Inilah yang membangkitkan semangat Petrus dan Yohanes untuk bersaksi. Meski dihadapkan ke Mahkamah Agama dan nyawanya terancam, mereka tidak gentar sedikit pun dan dengan tegas berkata, "Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar." (Kisah Para Rasul 4:20). Jadikan bersaksi sebagai gaya hidup kita setiap hari. Jika ada orang Kristen yang tidak pernah bersaksi, apalagi hidupnya tidak menjadi kesaksian bagi orang lain, ia sama seperti ranting yang kering dan tidak berguna.
Selagi ada kesempatan mari berlomba menjadi saksi-saksi Kristus di tengah dunia!
Baca: Mazmur 66:1-20
"Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadap diriku." Mazmur 66:16
Mari kita merenungkan ini sejenak! Apa yang sudah Tuhan perbuat dalam hidup Saudara? Disembuhkan dari sakit, dilepaskan dari masalah yang menghimpit, beroleh jalan keluar ketika menghadapi jalan buntu? Akankah kita diam saja dan tidak membalas kebaikan Tuhan? Jangan pernah ragu untuk membagikan kepada orang lain.
Ada banyak orang Kristen yang sudah menjalankan tugasnya dalam hal bersaksi. Tapi, tidak sedikit pula yang enggan melangkahkan kakinya untuk bersaksi, baik itu kepada keluarga terdekat, tetangga di sekitar tempat tinggal, teman-teman di kantor, terlebih lagi kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan dengan alasan kurang fasih bicara, malu atau canggung. Alkitab mengingatkan kita: "Kamu inilah saksi-saksi-Ku," demikianlah firman TUHAN, "dan hamba-Ku yang telah Kupilih," (Yesaya 43:10). Bagaimana kita harus memulai bersaksi kepada orang lain? Cara yang paling efektif untuk bersaksi kepada orang lain adalah melalui perbuatan kita sendiri. Oleh karena itu "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12b). Ketika kita menjadi teladan bagi orang lain, baik itu melalui perkataan dan perbuatan, saat itu pula kita sedang bersaksi, sehingga melalui perkataan dan perbuatan, saat itu pula kita sedang bersaksi, sehingga melalui hidup kita nama Tuhan dipermuliakan.
Jangan pernah takut untuk bersaksi, karena di dalam kita ada Roh kudus. "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita," (2 Timotius 1:7-8). Inilah yang membangkitkan semangat Petrus dan Yohanes untuk bersaksi. Meski dihadapkan ke Mahkamah Agama dan nyawanya terancam, mereka tidak gentar sedikit pun dan dengan tegas berkata, "Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar." (Kisah Para Rasul 4:20). Jadikan bersaksi sebagai gaya hidup kita setiap hari. Jika ada orang Kristen yang tidak pernah bersaksi, apalagi hidupnya tidak menjadi kesaksian bagi orang lain, ia sama seperti ranting yang kering dan tidak berguna.
Selagi ada kesempatan mari berlomba menjadi saksi-saksi Kristus di tengah dunia!
Subscribe to:
Posts (Atom)