Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Juli 2013 -
Baca: Mazmur 147:1-20
"Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;" Mazmur 147:3
Di era tahun 1990-an ada lagu yang begitu booming dan digemari banyak orang berjudul 'Hati yang luka' yang dibawakan biduanita cantik Betharia Sonatha. Lagu bergenre mellow ini sangat laris di pasaran dan hampir tiap hari terdengar di radio. Ini mengisahkan tentang luka hati yang dialami oleh wanita yang disakiti laki-laki. Akibat perlakuan tidak baik ini si wanita terluka hatinya. Hati yang terluka ini biasa disebut juga luka-luka batin.
Dalam kehidupan ini pun seringkali terjadi peristiwa-peristiwa yang menimbulkan goresan-goresan luka dalam diri seseorang. Goresan-goresan luka yang ada itu kian membentuk suatu sikap tertentu dalam diri orang tersebut. Bukan hanya orang-orang di luar Tuhan yang pernah merasakan luka-luka hati, tapi ada banyak orang Kristen juga, bahkan mungkin lebih kronis. Luka hati adalah rasa sakit di dalam hati yang diakibatkan perlakuan tidak baik oleh pihak luar, entah berupa intimidasi, ketidakadilan, penghinaan, tidak dikasihi, tidak diperhatikan, kekerasan fisik (penganiayaan), pelecehan seksual, penolakan sejak kandungan, kebencian, kepahitan, tekanan dan sebagainya.
Alkitab menggambarkan keadaan orang yang terluka hatinya itu sebagai orang yang robek jiwanya, patah hati, remuk jiwa, hancur hati dan sebagainya. Menyerang hati dan membuatnya terluka adalah cara yang dilakukan Iblis untuk menghambat kemajuan seseorang serta menghalangi orang percaya mengalami penggenapan janji-janji Tuhan. Bukan hanya itu, Iblis juga selalu berusaha mengungkit-ungkit semua pengalaman-pengalaman buruk yang terjadi di masa lalu supaya kita terus dihantui oleh trauma yang berkepanjangan, sehingga kita juga akan terus merasa bersalah dan dipenuhi oleh pikiran-pikiran negatif lainnya. Ketika orang Kristen mulai terluka hatinya akan timbul rasa kecewa, benci, sakit hati, pahit, dendam, depresi, tidak bisa mengampuni, tawar, apatis dan akhirnya menjadi ragu dan sangsi akan kuasa Tuhan.
Tuhan menasihati Yosua, "Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." (Yosua 1:9), sebab "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu." (Amsal 24:10) dan itu sangat merugikan.
Sunday, July 21, 2013
Saturday, July 20, 2013
JANGAN MENJADI BODOH
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Juli 2013 -
Baca: Amsal 9:1-18
"buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian." Amsal 9:6
Kepada jemaat di Efesus rasul Paulus menegur dengan keras, "...janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:17). Selaku orang Kristen mungkin kita akan tersinggung jika dikatakan orang bodoh. Tapi kenyataannya memang tidak sedikit orang Kristen yang demikian. Menurut pendapat orang kebanyakan, kata bodoh berarti tidak mudah memahami, tidak berpengetahuan, berpendidikan rendah atau tidak pernah mengecap bangku sekolah. Sedangkan lawan katanya adalah pintar. Maksud dari ayat tersebut di atas sama sekali tidak menyinggung seberapa tinggi tingkat pendidikan atau kecerdasan seseorang, namun menggambarkan tentang keadaan di saat seseorang tidak menyadari sesuatu hal sehingga ia melakukan tindakan-tindakan yang tidak berkenan kepada Tuhan. Jadi ini lebih menekankan pada kualitas hidup seseorang.
Dalam menjalani hidup ini kita selalu dihadapan pada pilihan-pilihan. Ketika kita membuat pilihan yang benar berarti kita tahu mana yang harus kita lakukan dan mana yang tidak seharusnya kita perbuat. Kalau kita sudah tahu bahwa hal itu salah, berdampak buruk, merugikan dan bertentangan dengan firman Tuhan, tapi masih saja kita perbuat, inilah yang disebut kebodohan atau tindakan bodoh karena kita telah salah melangkah. Dan jika kita tidak segera menyadarinya dan terus saja melakukan kebodohan, kita ini disebut sebagai orang yang bebal, sebab "...hati orang bebal menyeru-nyerukan kebodohan." (Amsal 12:23).
Firman Tuhan tak pernah berhenti mengingatkan kita supaya kita tidak berlaku bodoh, karena Tuhan memiliki rencana dan rancangan yang baik bagi anak-anakNya: masa depan yang penuh harapan, bukan rancangan kecelakaan (baca Yeremia 29:11); hidup yang diberkati; keberhasilan bukan kegagalan; rumah tangga yang bahagia, bukan berantakan; tetapi seringkali rencana Tuhan kita gagalkan melalui perbuatan-perbuatan bodoh kita. Seperti yang dialami oleh Adam dan Hawa yang diperdaya oleh Iblis akibat dari kebodohannya, mereka harus menanggung akibat-akibat dari ketidaktaatannya.
Selama masih bersandar pada pengertian sendiri, hidup dalam daging dan tidak tunduk pada pimpinan Roh Tuhan, kita disebut sebagai orang bodoh!
Baca: Amsal 9:1-18
"buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian." Amsal 9:6
Kepada jemaat di Efesus rasul Paulus menegur dengan keras, "...janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:17). Selaku orang Kristen mungkin kita akan tersinggung jika dikatakan orang bodoh. Tapi kenyataannya memang tidak sedikit orang Kristen yang demikian. Menurut pendapat orang kebanyakan, kata bodoh berarti tidak mudah memahami, tidak berpengetahuan, berpendidikan rendah atau tidak pernah mengecap bangku sekolah. Sedangkan lawan katanya adalah pintar. Maksud dari ayat tersebut di atas sama sekali tidak menyinggung seberapa tinggi tingkat pendidikan atau kecerdasan seseorang, namun menggambarkan tentang keadaan di saat seseorang tidak menyadari sesuatu hal sehingga ia melakukan tindakan-tindakan yang tidak berkenan kepada Tuhan. Jadi ini lebih menekankan pada kualitas hidup seseorang.
Dalam menjalani hidup ini kita selalu dihadapan pada pilihan-pilihan. Ketika kita membuat pilihan yang benar berarti kita tahu mana yang harus kita lakukan dan mana yang tidak seharusnya kita perbuat. Kalau kita sudah tahu bahwa hal itu salah, berdampak buruk, merugikan dan bertentangan dengan firman Tuhan, tapi masih saja kita perbuat, inilah yang disebut kebodohan atau tindakan bodoh karena kita telah salah melangkah. Dan jika kita tidak segera menyadarinya dan terus saja melakukan kebodohan, kita ini disebut sebagai orang yang bebal, sebab "...hati orang bebal menyeru-nyerukan kebodohan." (Amsal 12:23).
Firman Tuhan tak pernah berhenti mengingatkan kita supaya kita tidak berlaku bodoh, karena Tuhan memiliki rencana dan rancangan yang baik bagi anak-anakNya: masa depan yang penuh harapan, bukan rancangan kecelakaan (baca Yeremia 29:11); hidup yang diberkati; keberhasilan bukan kegagalan; rumah tangga yang bahagia, bukan berantakan; tetapi seringkali rencana Tuhan kita gagalkan melalui perbuatan-perbuatan bodoh kita. Seperti yang dialami oleh Adam dan Hawa yang diperdaya oleh Iblis akibat dari kebodohannya, mereka harus menanggung akibat-akibat dari ketidaktaatannya.
Selama masih bersandar pada pengertian sendiri, hidup dalam daging dan tidak tunduk pada pimpinan Roh Tuhan, kita disebut sebagai orang bodoh!
Subscribe to:
Posts (Atom)