Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Juli 2013 -
Baca: Amsal 9:1-18
"buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian." Amsal 9:6
Kepada jemaat di Efesus rasul Paulus menegur dengan keras, "...janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:17). Selaku orang Kristen mungkin kita akan tersinggung jika dikatakan orang bodoh. Tapi kenyataannya memang tidak sedikit orang Kristen yang demikian. Menurut pendapat orang kebanyakan, kata bodoh berarti tidak mudah memahami, tidak berpengetahuan, berpendidikan rendah atau tidak pernah mengecap bangku sekolah. Sedangkan lawan katanya adalah pintar. Maksud dari ayat tersebut di atas sama sekali tidak menyinggung seberapa tinggi tingkat pendidikan atau kecerdasan seseorang, namun menggambarkan tentang keadaan di saat seseorang tidak menyadari sesuatu hal sehingga ia melakukan tindakan-tindakan yang tidak berkenan kepada Tuhan. Jadi ini lebih menekankan pada kualitas hidup seseorang.
Dalam menjalani hidup ini kita selalu dihadapan pada pilihan-pilihan. Ketika kita membuat pilihan yang benar berarti kita tahu mana yang harus kita lakukan dan mana yang tidak seharusnya kita perbuat. Kalau kita sudah tahu bahwa hal itu salah, berdampak buruk, merugikan dan bertentangan dengan firman Tuhan, tapi masih saja kita perbuat, inilah yang disebut kebodohan atau tindakan bodoh karena kita telah salah melangkah. Dan jika kita tidak segera menyadarinya dan terus saja melakukan kebodohan, kita ini disebut sebagai orang yang bebal, sebab "...hati orang bebal menyeru-nyerukan kebodohan." (Amsal 12:23).
Firman Tuhan tak pernah berhenti mengingatkan kita supaya kita tidak berlaku bodoh, karena Tuhan memiliki rencana dan rancangan yang baik bagi anak-anakNya: masa depan yang penuh harapan, bukan rancangan kecelakaan (baca Yeremia 29:11); hidup yang diberkati; keberhasilan bukan kegagalan; rumah tangga yang bahagia, bukan berantakan; tetapi seringkali rencana Tuhan kita gagalkan melalui perbuatan-perbuatan bodoh kita. Seperti yang dialami oleh Adam dan Hawa yang diperdaya oleh Iblis akibat dari kebodohannya, mereka harus menanggung akibat-akibat dari ketidaktaatannya.
Selama masih bersandar pada pengertian sendiri, hidup dalam daging dan tidak tunduk pada pimpinan Roh Tuhan, kita disebut sebagai orang bodoh!
Saturday, July 20, 2013
Friday, July 19, 2013
SERUPA KRISTUS: Dewasa Rohani!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Juli 2013 -
Baca: Ibrani 5:11-14
"Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil." Ibrani 5:13
Kedisiplinan dalam diri seseorang akan membuahkan penguasaan diri dan "...orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32). Oleh karena itu firman Tuhan menasihati, "Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing." (Roma 12:3). Seseorang yang punya kedisiplinan rohani tidak akan pernah berhenti untuk belajar. Ia akan belajar dari proses hidup yang dijalaninya, belajar dari pengalaman hidup orang lain, rela untuk ditegur dan dikoreksi oleh firman Tuhan sehingga menyadari akan kekurangan atau kelemahannya dan segera berbenah.
Dapat memiliki kedisiplinan rohani bukanlah mimpi atau mujizat tapi perlu suatu upaya untuk mewujudkan melalui proses ketekunan dan kerja keras dari pihak kita. Tuhan Yesus adalah teladan bagi kita dalam hal Pribadi yang memiliki kedisiplinan tinggi. Apa pun yang menjadi kehendak dan perintah Bapa dikerjakanNya dengan penuh ketaatan. Sebagaimana Kristus taat melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa di sorga, kita pun harus mengikuti jejakNya. Kita tidak perlu berdebat akan hal ini karena firman Tuhan tidak untuk diperdebatkan, tapi untuk dilakukan. Bukan bergantung pada banyak sedikitnya ayat-ayat yang kita hafalkan atau teori teologia yang kita pelajari, tetapi seberapa karib kita dengan Tuhan dan meluangkan waktu dalam hadiratNya, hidup dalam pimpinan Roh kudus dan melakukan firmanNya, bukan hanya sebagai pendengar atau pembaca saja, karena jika demikian "...kamu menipu diri sendiri." (Yakobus 1:22).
Orang Kristen yang hidupnya sembrono dan tidak punya kedisiplinan adalah bukti bahwa ia belum dewasa rohani atau masih kanak-kanak rohani, sebab orang yang dewasa rohani pasti akan meninggalkan sifat kanak-kanaknya (baca 1 Korintus 13:11)
Serupa dengan Kristus berarti tumbuh sebagai orang Kristen yang dewasa rohani, punya pancaindera terlatih, tidak lagi berkompromi dengan dosa, serta menggunakan karunia dan talenta yang dimiliki untuk memberi yang terbaik bagi Tuhan dan melayani Dia!
Baca: Ibrani 5:11-14
"Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil." Ibrani 5:13
Kedisiplinan dalam diri seseorang akan membuahkan penguasaan diri dan "...orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32). Oleh karena itu firman Tuhan menasihati, "Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing." (Roma 12:3). Seseorang yang punya kedisiplinan rohani tidak akan pernah berhenti untuk belajar. Ia akan belajar dari proses hidup yang dijalaninya, belajar dari pengalaman hidup orang lain, rela untuk ditegur dan dikoreksi oleh firman Tuhan sehingga menyadari akan kekurangan atau kelemahannya dan segera berbenah.
Dapat memiliki kedisiplinan rohani bukanlah mimpi atau mujizat tapi perlu suatu upaya untuk mewujudkan melalui proses ketekunan dan kerja keras dari pihak kita. Tuhan Yesus adalah teladan bagi kita dalam hal Pribadi yang memiliki kedisiplinan tinggi. Apa pun yang menjadi kehendak dan perintah Bapa dikerjakanNya dengan penuh ketaatan. Sebagaimana Kristus taat melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa di sorga, kita pun harus mengikuti jejakNya. Kita tidak perlu berdebat akan hal ini karena firman Tuhan tidak untuk diperdebatkan, tapi untuk dilakukan. Bukan bergantung pada banyak sedikitnya ayat-ayat yang kita hafalkan atau teori teologia yang kita pelajari, tetapi seberapa karib kita dengan Tuhan dan meluangkan waktu dalam hadiratNya, hidup dalam pimpinan Roh kudus dan melakukan firmanNya, bukan hanya sebagai pendengar atau pembaca saja, karena jika demikian "...kamu menipu diri sendiri." (Yakobus 1:22).
Orang Kristen yang hidupnya sembrono dan tidak punya kedisiplinan adalah bukti bahwa ia belum dewasa rohani atau masih kanak-kanak rohani, sebab orang yang dewasa rohani pasti akan meninggalkan sifat kanak-kanaknya (baca 1 Korintus 13:11)
Serupa dengan Kristus berarti tumbuh sebagai orang Kristen yang dewasa rohani, punya pancaindera terlatih, tidak lagi berkompromi dengan dosa, serta menggunakan karunia dan talenta yang dimiliki untuk memberi yang terbaik bagi Tuhan dan melayani Dia!
Subscribe to:
Posts (Atom)