Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Juli 2013 -
Baca: Keluaran 17:1-7
"Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah
bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan
mengatakan: "Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?" Keluaran 17:7
Selama perjalanannya di padang gurun bangsa Israel harus singgah dari satu tempat ke tempat yang lainnya dengan tingkat kesukaran yang berbeda-beda. Meski demikian di mana pun kaki mereka melangkah, tak sedetik pun Tuhan meninggalkan dan membiarkan mereka berjalan sendiri, baik itu siang maupun malam. "TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk
menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk
menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam." (Keluaran 13:21).
Pertolongan dan kasih Tuhan senantiasa menyertai bangsa Israel. Namun mereka tidak pernah berhenti mengeluh, bersungut-sungut dan saling menyalahkan. Tak terkecuali saat mereka tiba di Masa dan di Meriba ketika di situ tidak ada air untuk diminum. Seperti biasa mereka langsung berteriak, "Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum." (ayat 2), lalu "bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa dan berkata: "Mengapa pula
engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak
kami dan ternak kami dengan kehausan?" (ayat 3). Mereka pun menyalahkan Musa selaku pemimpinnya. Kemudian Musa datang kepada Tuhan dan berseru kepadaNya, dan sungguh terbukti bahwa "TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya,...Ia melakukan kehendak orang-orang yang takut akan Dia, mendengarkan teriak mereka minta tolong dan menyelamatkan mereka." (Mazmur 145:18-19). Tuhan memerintahkan Musa untuk memukul gunung batu itu dengan tongkatnya. Musa taat, maka terjadilah mujizat: dari gunung batu itu keluarlah air sehingga bangsa Israel dapat minum dan mereka kehausan.
Apa yang Saudara alami saat ini? Sedang dalam kekurangan dan masalahkah? Bagaimana sikap Saudara menghadapi itu semua?
Apakah kita bertindak seperti bangsa Israel, di mana ucapan atau perkataan kita berisi keluh kesah, umpatan, omelan, sungut, ketidakpuasan, kekecewaan, lalu mengkambinghitamkan orang lain atau bahkan menyalahkan Tuhan?
Saturday, July 13, 2013
Friday, July 12, 2013
TIDAK TEROMBANG AMBING (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Juli 2013 -
Baca: Ibrani 10:19-25
"Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." Ibrani 10:25
Seorang olahragawan selalu menyediakan waktu untuk berlatih; tiada hari terlewatkan tanpa latihan. Untuk apa? Supaya fisiknya tetap terjaga, kuat dan bugar, sehingga pada saat pertandingan ia mampu mengalahkan lawan dan tampil sebagai pemenang.
Tapi kita harus ingat bahwa "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:8). Maka ibadah pun perlu dilatih setiap hari menjadi proses yang tak berkeputusan supaya kerohanian kita makin kuat. Melatih diri dalam ibadah berarti memberi diri untuk makin karib dengan Tuhan. Bagaimana rohani bisa kuat jika kita sering menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah, jarang berdoa dan membaca Alkitab? Sedangkan jalan terbaik supaya kita tidak terombang ambing oleh ajaran-ajaran sesat adalah "...kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu," (Yohanes 15:7), sehingga pancaindera kita kian peka, mampu membedakan mana kebenaran atau yang sesat, baik atau jahat, gelap atau terang dan sebagainya. Jadi firman Tuhan adalah dasar melawan ajaran-ajaran yang menyesatkan. Paulus menasihati Timotius, "...bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu,...awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu." (1 Timotius 4:13, 14, 16a).
Memperlengkapi diri dengan penyelidikan akan firman Tuhan secara mendalam selain membangun dasar yang kuat bagi diri sendiri juga akan menjadi modal bagi kita untuk membangun dan mengajarkan firman itu kepada orang lain, agar mereka juga tidak disesatkan oleh ajaran palsu yang ada. Dengan kekuatan sendiri kita tidak mampu melawan ajaran-ajaran sesat itu. Kita harus belajar kuat dalam pengajaran dan ibadah, sehingga seberat apa pun pencobaan atau rupa-rupa pengajaran menyerang kita tetap mampu berdiri dan tidak tergoyahkan.
Orang yang senantiasa melatih diri dalam ibadah tidak mudah diombangambingkan ajaran sesat, sebab ia telah terlatih dan memiliki kepekaan rohani.
Baca: Ibrani 10:19-25
"Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." Ibrani 10:25
Seorang olahragawan selalu menyediakan waktu untuk berlatih; tiada hari terlewatkan tanpa latihan. Untuk apa? Supaya fisiknya tetap terjaga, kuat dan bugar, sehingga pada saat pertandingan ia mampu mengalahkan lawan dan tampil sebagai pemenang.
Tapi kita harus ingat bahwa "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:8). Maka ibadah pun perlu dilatih setiap hari menjadi proses yang tak berkeputusan supaya kerohanian kita makin kuat. Melatih diri dalam ibadah berarti memberi diri untuk makin karib dengan Tuhan. Bagaimana rohani bisa kuat jika kita sering menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah, jarang berdoa dan membaca Alkitab? Sedangkan jalan terbaik supaya kita tidak terombang ambing oleh ajaran-ajaran sesat adalah "...kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu," (Yohanes 15:7), sehingga pancaindera kita kian peka, mampu membedakan mana kebenaran atau yang sesat, baik atau jahat, gelap atau terang dan sebagainya. Jadi firman Tuhan adalah dasar melawan ajaran-ajaran yang menyesatkan. Paulus menasihati Timotius, "...bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu,...awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu." (1 Timotius 4:13, 14, 16a).
Memperlengkapi diri dengan penyelidikan akan firman Tuhan secara mendalam selain membangun dasar yang kuat bagi diri sendiri juga akan menjadi modal bagi kita untuk membangun dan mengajarkan firman itu kepada orang lain, agar mereka juga tidak disesatkan oleh ajaran palsu yang ada. Dengan kekuatan sendiri kita tidak mampu melawan ajaran-ajaran sesat itu. Kita harus belajar kuat dalam pengajaran dan ibadah, sehingga seberat apa pun pencobaan atau rupa-rupa pengajaran menyerang kita tetap mampu berdiri dan tidak tergoyahkan.
Orang yang senantiasa melatih diri dalam ibadah tidak mudah diombangambingkan ajaran sesat, sebab ia telah terlatih dan memiliki kepekaan rohani.
Subscribe to:
Posts (Atom)