Monday, July 1, 2013

MENGAPA HARUS ADA PENDERITAAN? (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Juli 2013 -

Baca:  1 Petrus 2:18-25

"Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung."  1 Petrus 2:19

Kita perlu menyadari bahwa dalam kehidupan ini sering kita dihadapkan pada masalah, penderitaan, kesusahan.  Itu adalah bagian dari kehidupan manusia yang tak terelakkan.  Sukacita, dukacita, kesenangan, kesusahan silih berganti datang dan pergi di dalam kehidupan kita.  Yesus juga mengingatkan,  "Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."  (Yohanes 16:33b).

     Orang-orang dunia tidak bisa menerima masalah, sebab bagi mereka masalah adalah bencana bagi kehidupannya.  Namun sebagai orang percaya masalah dan penderitaan seharusnya tidak membuat kita putus asa dan kian terpuruk dengan merenungi nasib dan mengasihani diri sendiri, karena hal itu hanya akan melipatgandakan rasa sakit yang kita rasakan, bahkan membuat penderitaan terasa lebih berat untuk ditanggung dari yang seharusnya.  Kita harus selalu memiliki pengertian bahwa setiap masalah yang datang bisa bermakna positif dan mendatangkan kebaikan bagi kita.  Ada penderitaan yang membawa maut, tapi ada juga penderitaan yang memberi faedah atau manfaat.

     Penderitaan karena pelanggaran dan dosa itulah yang membawa maut,  "Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah."  (1 Petrus 2:20).  Tetapi penderitaan karena melakukan kehendak Tuhan akan membawa kita kepada kedewasaan rohani.  Jika dalam hidup ini tidak ada masalah atau penderitaan, manusia pasti memilih hidup untuk tidak bergantung kepada Tuhan sepenuhnya:  menjadi sombong dan lebih bergantung pada kekayaan, kepintaran dan kekuatannya sendiri.  Jadi, masalah dan penderitaan yang ada bukan hanya untuk melindungi dan menjauhkan kita dari kecenderungan hidup tidak bergantung kepada Tuhan, tapi juga untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging kita,  "...karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa."  (1 Petrus 4:1), sehingga kita makin mengerti kehendak Tuhan.

"Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu."  Mazmur 119:71

Sunday, June 30, 2013

MENJADI PENJALA MANUSIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Juni 2013 -

Baca:  Lukas 5:1-11

"Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia."  Lukas 5:10b

Pertimbangan Tuhan Yesus memilih murid-muridNya ternyata bukanlah sembarangan.  Salah satunya adalah saat Tuhan memilih Petrus.  Tuhan Yesus memilih Petrus bukan karena ia tampan, cerdas dan punya kedudukan, melainkan karena ia memiliki karakter hidup yang luar biasa.  Meski hanya berprofesi sebagai seorang nelayan atau penjala ikan, di dalam diri Petrus tersimpan potensi yang besar.

     Apa saja kualitas yang ada di dalam diri Petrus, sehingga Tuhan memilih dan memanggilnya untuk menjadi alat kemuliaanNya?  Pertama, Petrus adalah orang yang taat.  Telah sepanjang malam mengarungi danau Genesaret Petrus tidak mendapatkan ikan sama sekali.  Namun ketika Tuhan Yesus menyuruhnya untuk menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai,  "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."  (ayat 4), Petrus taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan Yesus kepadanya, padahal ia punya alasan yang kuat untuk menolak perintah Tuhan itu sebab ia adalah seorang nelayan yang sudah sarat pengalaman.  Tapi simak respons Petrus ini:  "...karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."  (ayat 5).  Pada saat Petrus taat, dia menangkap begitu banyak ikan sehingga jalanya terkoyak.

     Kedua, Petrus adalah orang yang rendah hati.  Darimana kita tahu bahwa Petrus punya kerendahan hati?  Ayat 8 menyatakan:  "...iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: 'Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.'"  Pengakuan yang jujur dari Petrus yang mengatakan bahwa dirinya seorang berdosa menyiratkan bahwa ia orang yang rendah hati;  ia menyadari siapa dirinya, orang yang tidak layak di hadapan Tuhan.  Tidak mudah bagi seseorang untuk tersungkur di bawah kaki orang lain kecuali dia punya kerendahan hati.  Petrus merendahkan dirinya di hadapan Yesus karena ia tahu siapa yang ada di hadapannya.  Itulah sebabnya ia yang tadinya memanggil Yesus dengan sebutan 'Guru' kini memanggilNya 'Tuhan'.  Satu bentuk pengagungan dan penghormatan yang ia tujukan kepada Yesus.  Selain itu, kata 'tersungkur di depan Yesus' menunjukkan bahwa petrus sedang menyembah dan memuji Tuhan!

Punya ketaatan, kerendahan hati dan senantiasa mengagungkan Tuhan adalah sikap yang diperlukan bagi seorang penjala manusia, dan itu ada pada Petrus!