Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Juni 2013 -
Baca: Matius 12:22-37
"Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: 'Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan.'" Matius 12:24
Menjadi Kristen lama atau bertahun-tahun tidak menjamin seseorang memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan. Banyak yang kerohaniannya tidak pernah bertumbuh dan tetap begitu-begitu saja, sekalipun "...ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih
perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu
masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil." (Ibrani 5:12-13). Rasul Petrus menasihati, "...bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus." (2 Petrus 3:18).
Memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan berarti tahu siapa Tuhan, memahami jalan-jalanNya, kuasaNya dan juga kehendakNya. Jika kita tidak memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan, kita akan bertindak seperti orang-orang Farisi. Ketika melihat Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta dan bisu yang kerasukan setan, orang-orang Farisi yang secara teori paham benar tentang firman Tuhan malah menuduh, "Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan." (ayat nas). Ini sangat berbahaya! Apabila cara pandang yang salah ini tidak segera dibereskan, sampai kapan pun kita akan menjalani hidup kekristenan kita dengan paradigma yang salah seperti orang-orang Farisi. Tuhan Yesus menyembuhkan dengan kuasa Allah, tetapi mereka mengira bahwa Dia menyembuhkan orang sakit dengan kuasa Beelzebul. Keterlaluan sekali!
Peristiwa seperti ini juga dialami murid-murid Yesus ketika melihatNya berjalan di atas air. Mereka terkejut dan mengira bahwa Dia adalah hantu. Aneh sekali! Padahal mereka telah sekian lama berkumpul tetapi mereka tidak dapat membedakan antara Tuhan dan hantu. "Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: 'Tenanglah! Aku ini, jangan takut!'" (Matius 14:27). Pada saat murid-murid mengalami ketakutan akibat ketidaktahuannya, Tuhan Yesus tidak marah, tetapi Ia menenangkan mereka supaya tidak takut. Sejauh mana kita mengenal Tuhan Yesus secara pribadi?
Untuk memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan, kita harus karib dengan Dia dan senantiasa merenungkan firmanNya!
Tuesday, June 25, 2013
Monday, June 24, 2013
MENJUNJUNG NILAI KEBENARAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Juni 2013 -
Baca: Amsal 15:1-33
"Jalan orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi siapa mengejar kebenaran, dikasihi-Nya." Amsal 15:9
Di zaman akhir ini kehidupan orang percaya benar-benar berada dalam proses penampian. Karena itu kita harus benar-benar memperhatikan hidup kita. Jika tidak tahan uji kita akan tertinggal, sebab "Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan." (Matius 3:12). Jadi tidak ada lagi istilah main-main dengan kekristenan kita. Ketika orang-orang di luar sana makin disibukkan dengan perkara-perkara daging (duniawi) dan tidak lagi menjunjung nilai-nilai kebenaran, kita harus memiliki kehidupan yang sebaliknya, yaitu berjuang untuk tetap hidup dalam kebenaran.
Mungkinkah hidup benar di tengah-tengah dunia yang penuh kompromi terhadap ketidakbenaran dan segala bentuk kejahatan ini? Perhatikan: "Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah." (Yakobus 4:4).
Bidan Sifra dan Pua (Keluaran 1:15) adalah contoh orang-orang yang memiliki hati takut akan Tuhan serta menjunjung nilai kebenaran meski orang lain lebih memilih untuk berkompromi dengan dosa. Sebagai bidan mereka sangat dibutuhkan oleh banyak orang pada saat persalinan. Suatu ketika mereka beroleh mandat dari raja Firaun untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang dilahirkan oleh perempuan Ibrani, dengan maksud membinasakan satu generasi umat Tuhan dan ingin melenyapkan orang-orang Ibrani keturunan Abraham, Ishak dan Yakub. Suatu perintah yang tidak berperikemanusiaan! Sifra dan Pua dihadapkan pada buah simalakama: taat kepada raja berarti berkompromi dengan dosa, tidak taat kepada raja resikonya mereka sendiri yang akan mati. Namun keduanya memilih untuk "...takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir..." (Keluaran 1:17). Karena hidup dalam kebenaran, Tuhan pun menyatakan kasihNya kepada dua bidan itu. Mereka terlindungi dari murka raja, bahkan diberkati Tuhan dan "...Ia membuat mereka berumah tangga." (Keluaran 1:21).
Tuhan menjaga orang-orang yang hidup dalam kebenaran!
Baca: Amsal 15:1-33
"Jalan orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi siapa mengejar kebenaran, dikasihi-Nya." Amsal 15:9
Di zaman akhir ini kehidupan orang percaya benar-benar berada dalam proses penampian. Karena itu kita harus benar-benar memperhatikan hidup kita. Jika tidak tahan uji kita akan tertinggal, sebab "Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan." (Matius 3:12). Jadi tidak ada lagi istilah main-main dengan kekristenan kita. Ketika orang-orang di luar sana makin disibukkan dengan perkara-perkara daging (duniawi) dan tidak lagi menjunjung nilai-nilai kebenaran, kita harus memiliki kehidupan yang sebaliknya, yaitu berjuang untuk tetap hidup dalam kebenaran.
Mungkinkah hidup benar di tengah-tengah dunia yang penuh kompromi terhadap ketidakbenaran dan segala bentuk kejahatan ini? Perhatikan: "Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah." (Yakobus 4:4).
Bidan Sifra dan Pua (Keluaran 1:15) adalah contoh orang-orang yang memiliki hati takut akan Tuhan serta menjunjung nilai kebenaran meski orang lain lebih memilih untuk berkompromi dengan dosa. Sebagai bidan mereka sangat dibutuhkan oleh banyak orang pada saat persalinan. Suatu ketika mereka beroleh mandat dari raja Firaun untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang dilahirkan oleh perempuan Ibrani, dengan maksud membinasakan satu generasi umat Tuhan dan ingin melenyapkan orang-orang Ibrani keturunan Abraham, Ishak dan Yakub. Suatu perintah yang tidak berperikemanusiaan! Sifra dan Pua dihadapkan pada buah simalakama: taat kepada raja berarti berkompromi dengan dosa, tidak taat kepada raja resikonya mereka sendiri yang akan mati. Namun keduanya memilih untuk "...takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir..." (Keluaran 1:17). Karena hidup dalam kebenaran, Tuhan pun menyatakan kasihNya kepada dua bidan itu. Mereka terlindungi dari murka raja, bahkan diberkati Tuhan dan "...Ia membuat mereka berumah tangga." (Keluaran 1:21).
Tuhan menjaga orang-orang yang hidup dalam kebenaran!
Subscribe to:
Posts (Atom)