Monday, June 24, 2013

MENJUNJUNG NILAI KEBENARAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Juni 2013 -

Baca:  Amsal 15:1-33

"Jalan orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi siapa mengejar kebenaran, dikasihi-Nya."  Amsal 15:9

Di zaman akhir ini kehidupan orang percaya benar-benar berada dalam proses penampian.  Karena itu kita harus benar-benar memperhatikan hidup kita.  Jika tidak tahan uji kita akan tertinggal, sebab  "Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."  (Matius 3:12).  Jadi tidak ada lagi istilah main-main dengan kekristenan kita.  Ketika orang-orang di luar sana makin disibukkan dengan perkara-perkara daging (duniawi) dan tidak lagi menjunjung nilai-nilai kebenaran, kita harus memiliki kehidupan yang sebaliknya, yaitu berjuang untuk tetap hidup dalam kebenaran.

     Mungkinkah hidup benar di tengah-tengah dunia yang penuh kompromi terhadap ketidakbenaran dan segala bentuk kejahatan ini?  Perhatikan:  "Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah."  (Yakobus 4:4). 

     Bidan Sifra dan Pua (Keluaran 1:15) adalah contoh orang-orang yang memiliki hati takut akan Tuhan serta menjunjung nilai kebenaran meski orang lain lebih memilih untuk berkompromi dengan dosa.  Sebagai bidan mereka sangat dibutuhkan oleh banyak orang pada saat persalinan.  Suatu ketika mereka beroleh mandat dari raja Firaun untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang dilahirkan oleh perempuan Ibrani, dengan maksud membinasakan satu generasi umat Tuhan dan ingin melenyapkan orang-orang Ibrani keturunan Abraham, Ishak dan Yakub.  Suatu perintah yang tidak berperikemanusiaan!  Sifra dan Pua dihadapkan pada buah simalakama:  taat kepada raja berarti berkompromi dengan dosa, tidak taat kepada raja resikonya mereka sendiri yang akan mati.  Namun keduanya memilih untuk  "...takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir..."  (Keluaran 1:17).  Karena hidup dalam kebenaran, Tuhan pun menyatakan kasihNya kepada dua bidan itu.  Mereka terlindungi dari murka raja, bahkan diberkati Tuhan dan  "...Ia membuat mereka berumah tangga."  (Keluaran 1:21). 

Tuhan menjaga orang-orang yang hidup dalam kebenaran!

Sunday, June 23, 2013

SIMSON: Akhir Hidup yang Tragis!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Juni 2013 -

Baca:  Hakim-Hakim 16:23-31

"Biarlah kiranya aku mati bersama-sama orang Filistin ini."  Hakim-Hakim 16:30

Karena kecerobohannya sendiri Simson harus menanggung akibatnya:  kehilangan kekuatan, dibelenggu, dipenjara, dicungkil matanya dan menjadi tontonan bangsa kafir!  Ia dipermalukan di depan banyak orang.  Mereka berkata,  "Telah diserahkan oleh allah kita ke dalam tangan kita Simson, musuh kita."  (Hakim-Hakim 16:23).

     Alkitab mencatat bahwa Simson merupakan salah satu pahlawan iman yang besar dan "...memerintah sebagai hakim atas orang Israel dalam zaman orang Filistin, dua puluh tahun lamanya."  (Hakim-Hakim 15:20).  Namun Simson tidak konsisten mengerjakan panggilan Tuhan, malah berkompromi dengan dosa, tidak lagi hidup menurut pimpinan Roh Tuhan tapi menuruti keinginan daging.  Galatia 5:19-21 menyebutkan bahwa yang termasuk perbuatan daging antara lain percabulan, kecemaran dan hawa nafsu.  Simson yang telah dipanggil sebagai nazir (seseorang yang dipisahkan, disucikan, dikhususkan untuk tujuan mulia) bagi Tuhan justru jatuh dalam dosa yang demikian.  Firman Tuhan menegaskan,  "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya."  (Galatia 5:24).  Akibat menuruti kedagingannya akhirnya Simson mengabaikan perjanjiannya dengan Tuhan dan melangkah keluar dari panggilan hidup yang sudah Tuhan tetapkan.  Ia menyalahgunakan kekuatan dan kelebihan fisik yang diberikan Tuhan untuk memuaskan hawa nafsunya.  Menjelang akhir hidupnya Simson menyadari kesalahannya dan berseru kepada Tuhan,  "Ya Tuhan ALLAH, ingatlah kiranya kepadaku dan buatlah aku kuat, sekali ini saja, ya Allah, supaya dengan satu pembalasan juga kubalaskan kedua mataku itu kepada orang Filistin."  (Hakim-Hakim 16:28).  Namun semuanya sudah terlambat walau  "Yang mati dibunuhnya pada waktu matinya itu lebih banyak dari pada yang dibunuhnya pada waktu hidupnya."  (Hakim-Hakim 16:30b), tapi hidup Simson harus berakhir dengan tragis. 

     Ini peringatan bagi kita para pelayan Tuhan!  Melayani Tuhan adalah anugerah tak ternilai.  Karena itu jangan pernah sia-siakan panggilan Tuhan dalam hidup kita.

Mohon pimpinan Roh Kudus selalu supaya kita dapat mengerjakan tugas pelayanan kita sampai garis akhir hidup kita!