Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Juni 2013 -
Baca: Filipi 2:1-11
"Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." Filipi 2:8
Tuhan Yesus adalah teladan utama kita dalam hal kesetiaan dan ketaatan. Saat berada di bumi Dia setia melakukan kehendak bapa, bahkan taat sampai mati di kayu salib. Tiada waktu yang terlewati tanpa mengerjakan kehendak Bapa. "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (Yohanes 4:34). Ketika dihadapkan dengan cawan kematian pun yesus berkata, "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari
pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti
yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39). Melakukan kehendak bapa adalah yang terutama dalam hidup Yesus. Karena kesetiaanNya ini maka "...Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!" (Filipi 2:9-11).
Adakah Tuhan menemukan kesetiaan itu dalam diri kita? Seringkali kita setia kepada Tuhan hanya waktu-waktu tertentu saja: saat diberkati, enak, menyenangkan atau saat segala sesuatunya berjalan dengan baik. Bagaimana saat badai persoalan datang? Saat itulah kesetiaan kita diuji. Sekecil apapun perkara yang dipercayakan Tuhan, meski mungkin itu dipandang sepele dan tidak berarti di pemandangan manusia, mari kita lakukan itu dengan setia. Kesetiaan kita pada hal-hal kecil sangat diperhitungkan oleh Tuhan. Dan bila kita setia dalam perkara kecil, pada saatnya Tuhan akan mempercayakan perkara yang jauh lebih besar kepada kita, sebab promosi dan peninggian itu datangnya dari Tuhan, bukan dari manusia (baca Mazmur 75:7-8). Ingat! Saat Tuhan membuka pintu bagi kita tidak ada kuasa mana pun yang sanggup menutupnya. Juga sebaliknya, bila Tuhan menutup pintu, maka tiada satu pun yang dapat membukanya. Maka dari itu, "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23).
Ada berkat luar biasa disediakan Tuhan bagi yang melakukan kehendakNya dan berpegang teguh pada kebenaran firmanNya dengan penuh kesetiaan!
Thursday, June 20, 2013
Wednesday, June 19, 2013
LULUS UJIAN KESETIAAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Juni 2013 -
Baca: Mazmur 18:21-30
"Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela," Mazmur 18:26
Rut adalah contoh orang yang begitu setia kepada mertuanya dan layak menjadi panutan semua menantu yang ada di dunia ini. Meski sudah ditinggal mati suaminya ia tetap setia kepada ibu mertuanya, Naomi, yang juga telah ditinggal mati suaminya. Sebenarnya Naomi mendesak Rut pulang ke negeri asalnya atau kembali ke sanak keluarganya, tetapi ia menolak dan tetap ingin berbakti kepada ibu mertuanya. "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan." (Rut 1:16-17a). Karena kesetiaannya Tuhan memperhatikan Rut sampai ia bertemu Boas yang kaya raya dan menjadikannya isteri. Kehidupan Rut dipulihkan dan diberkati karena campur tangan Tuhan!
Begitu juga dengan Yusuf. Sebelum dipercaya sebagai penguasa di Mesir ia harus melewati ujian kesetiaan. Ada harga yang harus dibayar! Penderitaan demi penderitaan harus dijalaninya: dimasukkan sumur, dijual sebagai budak, jadi pelayan di rumah Potifar, dipenjara. Meski demikian Yusuf tidak pernah bersungut-sungut dan mengeluh, ia tetap mengerjakan bagiannya dengan setia dan hidup tidak bercela di hadapan Tuhan. Dan "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya," (Pengkotbah 3:11).
Yosua dan Kaleb, setia mengikuti Tuhan dengan berpegang teguh pada janji firmanNya ketika orang-orang Israel seangkatannya tidak setia dan hidup dalam ketidaktaatan, karena itu "...yang tinggal hidup dari orang-orang yang telah pergi mengintai negeri itu hanyalah Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune." (Bilangan 14:38), dan keduanya pun beroleh upah: menikmati Tanah Perjanjian.
Tak terkecuali Daud yang setia mengerjakan panggilannya mulai dari menggembalakan kambing domba yang hanya 2-3 ekor banyaknya. Tuhan melihat kesetiaan Daud sampai akhirnya Tuhan mempercayakan perkara-perkara yang besar kepada Daud, yaitu sebagai pemimpin atas seluruh Israel.
Kesetiaan adalah kunci untuk kita bisa dipercaya oleh Tuhan!
Baca: Mazmur 18:21-30
"Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela," Mazmur 18:26
Rut adalah contoh orang yang begitu setia kepada mertuanya dan layak menjadi panutan semua menantu yang ada di dunia ini. Meski sudah ditinggal mati suaminya ia tetap setia kepada ibu mertuanya, Naomi, yang juga telah ditinggal mati suaminya. Sebenarnya Naomi mendesak Rut pulang ke negeri asalnya atau kembali ke sanak keluarganya, tetapi ia menolak dan tetap ingin berbakti kepada ibu mertuanya. "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan." (Rut 1:16-17a). Karena kesetiaannya Tuhan memperhatikan Rut sampai ia bertemu Boas yang kaya raya dan menjadikannya isteri. Kehidupan Rut dipulihkan dan diberkati karena campur tangan Tuhan!
Begitu juga dengan Yusuf. Sebelum dipercaya sebagai penguasa di Mesir ia harus melewati ujian kesetiaan. Ada harga yang harus dibayar! Penderitaan demi penderitaan harus dijalaninya: dimasukkan sumur, dijual sebagai budak, jadi pelayan di rumah Potifar, dipenjara. Meski demikian Yusuf tidak pernah bersungut-sungut dan mengeluh, ia tetap mengerjakan bagiannya dengan setia dan hidup tidak bercela di hadapan Tuhan. Dan "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya," (Pengkotbah 3:11).
Yosua dan Kaleb, setia mengikuti Tuhan dengan berpegang teguh pada janji firmanNya ketika orang-orang Israel seangkatannya tidak setia dan hidup dalam ketidaktaatan, karena itu "...yang tinggal hidup dari orang-orang yang telah pergi mengintai negeri itu hanyalah Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune." (Bilangan 14:38), dan keduanya pun beroleh upah: menikmati Tanah Perjanjian.
Tak terkecuali Daud yang setia mengerjakan panggilannya mulai dari menggembalakan kambing domba yang hanya 2-3 ekor banyaknya. Tuhan melihat kesetiaan Daud sampai akhirnya Tuhan mempercayakan perkara-perkara yang besar kepada Daud, yaitu sebagai pemimpin atas seluruh Israel.
Kesetiaan adalah kunci untuk kita bisa dipercaya oleh Tuhan!
Subscribe to:
Posts (Atom)