Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Juni 2013 -
Baca: Mazmur 18:21-30
"Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela," Mazmur 18:26
Rut adalah contoh orang yang begitu setia kepada mertuanya dan layak menjadi panutan semua menantu yang ada di dunia ini. Meski sudah ditinggal mati suaminya ia tetap setia kepada ibu mertuanya, Naomi, yang juga telah ditinggal mati suaminya. Sebenarnya Naomi mendesak Rut pulang ke negeri asalnya atau kembali ke sanak keluarganya, tetapi ia menolak dan tetap ingin berbakti kepada ibu mertuanya. "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak
mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi,
dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah
bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan." (Rut 1:16-17a). Karena kesetiaannya Tuhan memperhatikan Rut sampai ia bertemu Boas yang kaya raya dan menjadikannya isteri. Kehidupan Rut dipulihkan dan diberkati karena campur tangan Tuhan!
Begitu juga dengan Yusuf. Sebelum dipercaya sebagai penguasa di Mesir ia harus melewati ujian kesetiaan. Ada harga yang harus dibayar! Penderitaan demi penderitaan harus dijalaninya: dimasukkan sumur, dijual sebagai budak, jadi pelayan di rumah Potifar, dipenjara. Meski demikian Yusuf tidak pernah bersungut-sungut dan mengeluh, ia tetap mengerjakan bagiannya dengan setia dan hidup tidak bercela di hadapan Tuhan. Dan "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya," (Pengkotbah 3:11).
Yosua dan Kaleb, setia mengikuti Tuhan dengan berpegang teguh pada janji firmanNya ketika orang-orang Israel seangkatannya tidak setia dan hidup dalam ketidaktaatan, karena itu "...yang tinggal hidup dari orang-orang yang telah pergi mengintai negeri itu hanyalah Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune." (Bilangan 14:38), dan keduanya pun beroleh upah: menikmati Tanah Perjanjian.
Tak terkecuali Daud yang setia mengerjakan panggilannya mulai dari menggembalakan kambing domba yang hanya 2-3 ekor banyaknya. Tuhan melihat kesetiaan Daud sampai akhirnya Tuhan mempercayakan perkara-perkara yang besar kepada Daud, yaitu sebagai pemimpin atas seluruh Israel.
Kesetiaan adalah kunci untuk kita bisa dipercaya oleh Tuhan!
Wednesday, June 19, 2013
Tuesday, June 18, 2013
LULUS UJIAN KESETIAAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juni 2013 -
Baca: Mazmur 37:1-40
"Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia," Mazmur 37:3
Di masa-masa sekarang ini sulit sekali mencari orang yang benar-benar setia, entah itu dalam hubungan antar sesama, pekerjaan, pelayanan. Kesetiaan serasa telah luntur dalam diri banyak orang. Itulah sebabnya Salomo menyatakan, "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?" (Amsal 20:6) dan "...telah lenyap orang-orang yang setia dari antara anak-anak manusia." (Mazmur 12:2).
Begitu pentingkah kesetiaan dalam kehidupan orang percaya? Ya! Kesetiaan adalah sebuah kualitas hidup yang harus ada dalam diri orang percaya. Oleh karena itu rasul Paulus menasihati kita, "...kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan." (1 Timotius 6:11). Meski sering diingatkan dan ditegur akan hal ini, dalam prakteknya sulit sekali untuk hidup dalam kesetiaan: setia ibadah, setia berdoa, setia baca Alkitab, setia melayani Tuhan, setia dalam berbuat baik dan sebagainya. Padahal untuk mengalami penggenapan janji-janji Tuhan dibutuhkan kesetiaan dalam mengerjakan perkara-perkara rohani, bukan hanya dalam kurun waktu tertentu, tapi sampai nafas kita berhenti berhembus. Tuhan berkata, "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan." (Wahyu 2:10b).
Mengapa kita harus setia? Karena Tuhan itu "...setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya." (Mazmur 145:13b), dan kesetiaan Tuhan itu tidak bergantung pada kesetiaan kita. Setia adalah sifat dan karakter dari Tuhan sendiri. Tertulis: "...jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya." (2 Timotius 2:13). Untuk menjadi orang yang setia diperlukan sebuah ketaatan; kesetiaan dan ketaatan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Di dalam Alkitab ada banyak contoh orang yang setia yang hidupnya diperkenan oleh Tuhan dan akhirnya beroleh peninggian, seperti Yusuf, Yosua, Kaleb, Rut, Daud dan lain-lain. Mereka adalah orang-orang yang dipilih dan diangkat Tuhan karena kesetiaannya yang telah teruji. Ini membuktikan bahwa tanpa kesetiaan, Tuhan tidak akan pernah mengangkat dan mempromosikan hidup seseorang. Mereka harus terlebih dahulu lulus dalam ujian, salah satunya adalah ujian kesetiaan! (Bersambung)
Baca: Mazmur 37:1-40
"Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia," Mazmur 37:3
Di masa-masa sekarang ini sulit sekali mencari orang yang benar-benar setia, entah itu dalam hubungan antar sesama, pekerjaan, pelayanan. Kesetiaan serasa telah luntur dalam diri banyak orang. Itulah sebabnya Salomo menyatakan, "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?" (Amsal 20:6) dan "...telah lenyap orang-orang yang setia dari antara anak-anak manusia." (Mazmur 12:2).
Begitu pentingkah kesetiaan dalam kehidupan orang percaya? Ya! Kesetiaan adalah sebuah kualitas hidup yang harus ada dalam diri orang percaya. Oleh karena itu rasul Paulus menasihati kita, "...kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan." (1 Timotius 6:11). Meski sering diingatkan dan ditegur akan hal ini, dalam prakteknya sulit sekali untuk hidup dalam kesetiaan: setia ibadah, setia berdoa, setia baca Alkitab, setia melayani Tuhan, setia dalam berbuat baik dan sebagainya. Padahal untuk mengalami penggenapan janji-janji Tuhan dibutuhkan kesetiaan dalam mengerjakan perkara-perkara rohani, bukan hanya dalam kurun waktu tertentu, tapi sampai nafas kita berhenti berhembus. Tuhan berkata, "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan." (Wahyu 2:10b).
Mengapa kita harus setia? Karena Tuhan itu "...setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya." (Mazmur 145:13b), dan kesetiaan Tuhan itu tidak bergantung pada kesetiaan kita. Setia adalah sifat dan karakter dari Tuhan sendiri. Tertulis: "...jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya." (2 Timotius 2:13). Untuk menjadi orang yang setia diperlukan sebuah ketaatan; kesetiaan dan ketaatan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Di dalam Alkitab ada banyak contoh orang yang setia yang hidupnya diperkenan oleh Tuhan dan akhirnya beroleh peninggian, seperti Yusuf, Yosua, Kaleb, Rut, Daud dan lain-lain. Mereka adalah orang-orang yang dipilih dan diangkat Tuhan karena kesetiaannya yang telah teruji. Ini membuktikan bahwa tanpa kesetiaan, Tuhan tidak akan pernah mengangkat dan mempromosikan hidup seseorang. Mereka harus terlebih dahulu lulus dalam ujian, salah satunya adalah ujian kesetiaan! (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)