Tuesday, June 18, 2013

LULUS UJIAN KESETIAAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juni 2013 -

Baca:  Mazmur 37:1-40

"Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia,"  Mazmur 37:3

Di masa-masa sekarang ini sulit sekali mencari orang yang benar-benar setia, entah itu dalam hubungan antar sesama, pekerjaan, pelayanan.  Kesetiaan serasa telah luntur dalam diri banyak orang.  Itulah sebabnya Salomo menyatakan,  "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?"  (Amsal 20:6) dan "...telah lenyap orang-orang yang setia dari antara anak-anak manusia."  (Mazmur 12:2).

     Begitu pentingkah kesetiaan dalam kehidupan orang percaya?  Ya!  Kesetiaan adalah sebuah kualitas hidup yang harus ada dalam diri orang percaya.  Oleh karena itu rasul Paulus menasihati kita,  "...kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan."  (1 Timotius 6:11).  Meski sering diingatkan dan ditegur akan hal ini, dalam prakteknya sulit sekali untuk hidup dalam kesetiaan:  setia ibadah, setia berdoa, setia baca Alkitab, setia melayani Tuhan, setia dalam berbuat baik dan sebagainya.  Padahal untuk mengalami penggenapan janji-janji Tuhan dibutuhkan kesetiaan dalam mengerjakan perkara-perkara rohani, bukan hanya dalam kurun waktu tertentu, tapi sampai nafas kita berhenti berhembus.  Tuhan berkata,  "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan."  (Wahyu 2:10b).

     Mengapa kita harus setia?  Karena Tuhan itu  "...setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya."  (Mazmur 145:13b), dan kesetiaan Tuhan itu tidak bergantung pada kesetiaan kita.  Setia adalah sifat dan karakter dari Tuhan sendiri.  Tertulis:  "...jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya."  (2 Timotius 2:13).  Untuk menjadi orang yang setia diperlukan sebuah ketaatan;  kesetiaan dan ketaatan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.  Di dalam Alkitab ada banyak contoh orang yang setia yang hidupnya diperkenan oleh Tuhan dan akhirnya beroleh peninggian, seperti Yusuf, Yosua, Kaleb, Rut, Daud dan lain-lain.  Mereka adalah orang-orang yang dipilih dan diangkat Tuhan karena kesetiaannya yang telah teruji.  Ini membuktikan bahwa tanpa kesetiaan, Tuhan tidak akan pernah mengangkat dan mempromosikan hidup seseorang.  Mereka harus terlebih dahulu lulus dalam ujian, salah satunya adalah ujian kesetiaan!  (Bersambung)

Monday, June 17, 2013

ROH KUDUS BERDUKA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Juni 2013 -

Baca:  Efesus 4:17-32

"Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah,"  Efesus 4:30

Sadar atau tidak sadar banyak orang Kristen yang kurang menghargai dan menghormati keberadaan Roh Kudus di dalam hidupnya.  Padahal Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Roh kudus adalah Roh Kebenaran yang diberikan oleh Allah, yang akan menolong dan menyertai setiap orang percaya,  "Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu."  (Yohanes 14:26) dan "...akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang."  (Yohanes 16:13).  Jadi Roh Kudus itu bukan sekedar suatu kuasa, tapi Dia adalah satu Pribadi, yaitu Pribadi dari Allah Tritunggal.  Karena itu Ia juga layak untuk dihormati dan dihargai sama seperti kita menghormati Allah Bapa dan juga Tuhan Yesus.

     Melalui perbuatan dan tindakan yang bagaimana kita tidak menghormati dan tidak menghargai Roh Kudus?  Ketika kita tidak percaya, ragu dan bimbang terhadap janji Tuhan, saat itu kita sedang membuat Roh kudus sedih dan berduka.  Bukankah kita sering berkata,  "Sakitku mana mungkin sembuh?  Apakah Tuhan sanggup memulihkan keluargaku?  Aku sudah berdoa sekian lama tapi tidak ada pertolongan dari Tuhan dsb."  Yang dikehendakiNya ialah kita percaya akan kuasa Tuhan.  Saat kita mengutamakan perkara-perkara yang ada di dunia ini dan mengasihinya jauh melebihi kasih kita kepada Tuhan, kita telah membuat Roh Kudus juga berduka, sebab  "...persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah."  (Yakobus 4:4).  Roh Kudus memandang itu dengan kasih yang cemburu, sebab Ia tidak ingin kita menduakanNya.

     Adakah Saudara menyediakan waktu untuk Tuhan secara pribadi (berdoa dan membaca Alkitab) setiap hari?  Jika tidak, berarti kita sedang mendukakan Dia.  Begitu pula bila di dalam hati kita masih ada kepahitan, kebencian dan segala hal yang jahat, berarti kita belum menyenangkan Roh Kudus, sebaliknya, kita mendukakanNya!

Ketidaktaatan kita adalah bukti nyata bahwa kita telah mendukakan Roh Kudus!