Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Mei 2013 -
Baca: Yeremia 4:1-4
"Bukalah bagimu tanah baru, dan janganlah menabur di tempat duri tumbuh." Yeremia 4:3
Apa yang dimaksud dengan membuka tanah baru? Menurut kita membuka tanah baru berarti membuka hutan, menebangi semua pohon yang ada serta mendongkel pangkal batang sampai akar-akarnya; setelah bersih tanah itu kita tanami dengan benih yang baru. Tapi perhatikan kebiasaan orang Israel bercocok tanam: mereka hanya diperbolehkan menggarap tanah pertaniannya selama enam tahun, dan pada tahun ketujuh tanah itu harus diistirahatkan. "Enam tahun lamanya engkau harus menaburi ladangmu, dan enam tahun
lamanya engkau harus merantingi kebun anggurmu dan mengumpulkan hasil
tanah itu, tetapi pada tahun yang ketujuh haruslah ada bagi tanah itu suatu sabat,
masa perhentian penuh, suatu sabat bagi TUHAN. Ladangmu janganlah
kautaburi dan kebun anggurmu janganlah kaurantingi." (Imamat 25:3-4). Jadi selama satu tahun tanah itu dibiarkan begitu saja tanpa dicangkul, dibajak atau pun diairi. Akibatnya? Tanah itu menjadi sangat keras dan hanya ditumbuhi oleh tanaman liar seperti ilalang dan semak duri. Karena tanahnya sudah mengeras dan dipenuhi oleh ilalang dan semak duri, benih sebaik apa pun yang ditabur tidak akan bisa tumbuh dengan baik, pada akhirnya akan mati.
Begitulah keadaan hati seseorang yang lama tidak tersentuh oleh 'mata bajak dan tidak mengalami aliran-aliran air hidup'. 'Tanah' hatinya sangat keras dan dipenuhi oleh berbagai 'belukar', ilalang dan semak duri'. Sebaik apa pun benih yang ditabur tidak akan menghasilkan tuaian sebab benih itu pasti akan mati. Keadaannya tetap kering dan gersang. Kerohaniannya tetap saja kerdil, tetap kanak-kanak dan tidak pernah bertumbuh seperti perumpamaan seorang penabur yang menaburkan benihnya: "Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati." (Lukas 8:6-7). Tentunya ini sangat mengecewakan!
Bagaimana kehidupan rohani Saudara? Jika menyadari bahwa kerohanian kita stagnan dan tidak pernah bertumbuh, itu tandanya bahwa ladang atau tanah hati kita sudah menjadi keras. Kita perlu diproses dan dibentuk kembali, jika tidak, sampai kapan pun tidak akan menghasilkan. (Bersambung)
Thursday, May 30, 2013
Wednesday, May 29, 2013
MENYADARI STATUS KITA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Mei 2013 -
Baca: Roma 8:1-17
"Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris," Roma 8:17
Sebagai seorang Kristen alias pengikut Kristus keberadaan dan status kita pun kini telah berubah yaitu sebagai anak-anak Allah. Dikatakan, "...kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus." (Galatia 3:26). Karena status kita adalah anak Allah, kehidupan kita pun (perilaku, tabiat, karakter) harus mencerminkan Dia sebab keberadaan seorang anak itu erat kaitannya dengan keberadaan bapaknya. Karena kita adalah anak Allah maka tidak seharusnya kita hidup dalam ketakutan lagi, "Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi," (ayat 15).
Kepada Timotius rasul Paulus kembali menegaskan bahwa "Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7). Punya rasa takut, kuatir, cemas dan sebagainya adalah manusiawi sekali, tapi jika perasaan itu secara terus-menerus meliputi hidup kita setiap hari membuktikan bahwa kita masih 'kanak-kanak' rohani dan memiliki iman yang dangkal, tanda ketidakpercayaan kita akan penyertaan Tuhan dalam hidup kita. Kita harus menunjukkan kepada dunia bahwa kita ini 'berbeda', tidak sama dengan mereka yang bukan anak-anak Tuhan. Alkitab menegaskan bahwa sebagai anak Tuhan "...kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah," (Roma 8:17). Sebagai anak-anak Tuhan kita berhak atas penyertaanNya, pemeliharaanNya, perlindunganNya dan juga berkat-berkatNya. "...segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu." (Lukas 15:31). Firman Tuhan selalu mengingatkan kita untuk tidak takut sebab Ia tahu benar akan kelemahan kita. "janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan." (Yesaya 41:10). Berstatus sebagai anak Tuhan selain punyak hak, kita pun juga punya kewajiban (tanggung jawab).
Janji Tuhan pasti akan digenapi dalam hidup kita asalkan kita juga memenuhi kewajiban kita. Seringkali kita hanya menuntut hak-hak kita kepada Tuhan, sedangkan tanggung jawab kita abaikan. Bukankah ini tidak fair?
Jadilah anak-anak Tuhan yang taat, janji Tuhan akan digenapi dalam hidup kita!
Baca: Roma 8:1-17
"Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris," Roma 8:17
Sebagai seorang Kristen alias pengikut Kristus keberadaan dan status kita pun kini telah berubah yaitu sebagai anak-anak Allah. Dikatakan, "...kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus." (Galatia 3:26). Karena status kita adalah anak Allah, kehidupan kita pun (perilaku, tabiat, karakter) harus mencerminkan Dia sebab keberadaan seorang anak itu erat kaitannya dengan keberadaan bapaknya. Karena kita adalah anak Allah maka tidak seharusnya kita hidup dalam ketakutan lagi, "Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi," (ayat 15).
Kepada Timotius rasul Paulus kembali menegaskan bahwa "Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7). Punya rasa takut, kuatir, cemas dan sebagainya adalah manusiawi sekali, tapi jika perasaan itu secara terus-menerus meliputi hidup kita setiap hari membuktikan bahwa kita masih 'kanak-kanak' rohani dan memiliki iman yang dangkal, tanda ketidakpercayaan kita akan penyertaan Tuhan dalam hidup kita. Kita harus menunjukkan kepada dunia bahwa kita ini 'berbeda', tidak sama dengan mereka yang bukan anak-anak Tuhan. Alkitab menegaskan bahwa sebagai anak Tuhan "...kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah," (Roma 8:17). Sebagai anak-anak Tuhan kita berhak atas penyertaanNya, pemeliharaanNya, perlindunganNya dan juga berkat-berkatNya. "...segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu." (Lukas 15:31). Firman Tuhan selalu mengingatkan kita untuk tidak takut sebab Ia tahu benar akan kelemahan kita. "janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan." (Yesaya 41:10). Berstatus sebagai anak Tuhan selain punyak hak, kita pun juga punya kewajiban (tanggung jawab).
Janji Tuhan pasti akan digenapi dalam hidup kita asalkan kita juga memenuhi kewajiban kita. Seringkali kita hanya menuntut hak-hak kita kepada Tuhan, sedangkan tanggung jawab kita abaikan. Bukankah ini tidak fair?
Jadilah anak-anak Tuhan yang taat, janji Tuhan akan digenapi dalam hidup kita!
Subscribe to:
Posts (Atom)