Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Mei 2013 -
Baca: Matius 9:14-17
"Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju
yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu,
lalu makin besarlah koyaknya." Matius 9:16
Sebagai orang percaya kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi dunia ini! Menjadi berkat hidup kita menjadi kesaksian yang baik bagi orang-orang di sekitar, terlebih-lebih bagi orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Namun dalam prakteknya masih banyak orang Kristen yang belum bisa menjadi kesaksian yang baik (berkat), tapi malah menjadi 'batu sandungan' bagi orang lain.
Kehidupan orang Kristen yang demikian tak ubahnya seperti kain yang belum susut yang ditambalkan pada baju lama, akibatnya kain penambal itu justru akan merobek baju lama tersebut sehingga makin besarlah robekannya. Apa yang dimaksud dengan kain yang belum susut? Ialah bahan kain yang sebelum dipotong dan dijahit harus direndam terlebih dahulu ke dalam air untuk beberapa waktu. Tujuannya supaya susutnya berhenti. Setelah itu barulah kain itu siap dikerjakan; jika tidak, suatu saat akan mengalami penyusutan lagi. Kain yang belum susut berarti kain yang belum tuntas prosesnya. Memang kalau dilihat dari luarnya seperti kain itu sudah selesai diproses, padahal sesungguhnya belum. Hal ini baru akan terlihat jika kain itu dipotong lalu ditambalkan pada baju lama yang robek. Hasilnya ketika beberapa kali dicuci, kain penambal itu akan susut sehingga makin merobek baju lama tersebut.
Sebelum kita melangkah keluar untuk melayani dan menjangkau jiwa-jiwa, hidup kita harus mau 'disusutkan' terlebih dahulu; kita harus mau dibentuk dan diproses sampai tuntas dulu supaya kita benar-benar siap dan layak untuk melayani orang lain. Adapaun 'direndam dalam air' adalah gambaran dari baptisan. Dibaptis berarti kita ditenggelamkan ke dalam air yang adalah lambang 'kematian' bersama Kristus. Kehidupan lama kita harus benar-benar dikubur dalam-dalam, sebab "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Jika kita masih mengenakan 'manusia lama', maka pelayanan yang kita lakukan untuk Tuhan dan juga sesama tidak akan berarti apa-apa, yang ada justru kita menjadi batu sandungan bagi orang lain. (Bersambung)
Monday, May 27, 2013
Sunday, May 26, 2013
TIDAK ADA KETENANGAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Mei 2013 -
Baca: Mazmur 131:1-3
"Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku." Mazmur 131:2
Karena pemberontakan anaknya (Absalom), Daud harus melarikan diri dan hidup dalam ketidaktenangan. Manusiawi sekali jika Daud memerintahkan pegawai-pegawainya untuk menyelamatkan diri, "Bersiaplah, marilah kita melarikan diri, sebab jangan-jangan kita tidak akan luput dari pada Absalom. Pergilah dengan segera, supaya ia jangan dapat lekas menyusul kita, dan mendatangkan celaka atas kita dan memukul kota ini dengan mata pedang!" (2 Samuel 15:14). Dalam ketakutan inilah Daud menyadari bahwa segala yang dimilikinya ternyata tak sanggup memberikan jaminan keselamatan, perlindungan dan juga ketenangan hidup. Bukan hanya musuh, bahkan orang-orang terdekatnya bisa saja berkhianat, mengecewakan, berubah sikap dan berpaling darinya.
Dalam keadaan terjepit inilah Daud makin memahami betapa tak berartinya kekuatan sendiri dan segala yang dimilikinya jika tanpa Tuhan. Ketika orang-orang terdekat justru berpihak pada musuh, ketika manusia mengecewakan dan tidak dapat diharapkan, Daud menemukan jawaban bahwa hanya Tuhan sajalah sumber ketenangan hidup. Tidak ada jalan lain untuk mendapatkan ketenangan selain harus mendekat kepada Tuhan. Sungguh, "Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita." (Mazmur 62:6, 9).
Memiliki uang atau kekayaan yang melimpah tidak dapat menolong seseorang untuk bisa hidup tenang, sebaliknya malah membuat tidak tenang, was-was, apalagi jika kekayaan itu merupakan hasil korupsi atau penyalahgunaan jabatan dan sebagainya. Itulah sebabnya Daud lebih memilih untuk meninggalkan segala yang dimilikinya dan melarikan diri dari Absalom, namun ia tidak lari dari hadapan Tuhan sebab "Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi." (Mazmur 121:2).
"...lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." Mazmur 84:11
Baca: Mazmur 131:1-3
"Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku." Mazmur 131:2
Karena pemberontakan anaknya (Absalom), Daud harus melarikan diri dan hidup dalam ketidaktenangan. Manusiawi sekali jika Daud memerintahkan pegawai-pegawainya untuk menyelamatkan diri, "Bersiaplah, marilah kita melarikan diri, sebab jangan-jangan kita tidak akan luput dari pada Absalom. Pergilah dengan segera, supaya ia jangan dapat lekas menyusul kita, dan mendatangkan celaka atas kita dan memukul kota ini dengan mata pedang!" (2 Samuel 15:14). Dalam ketakutan inilah Daud menyadari bahwa segala yang dimilikinya ternyata tak sanggup memberikan jaminan keselamatan, perlindungan dan juga ketenangan hidup. Bukan hanya musuh, bahkan orang-orang terdekatnya bisa saja berkhianat, mengecewakan, berubah sikap dan berpaling darinya.
Dalam keadaan terjepit inilah Daud makin memahami betapa tak berartinya kekuatan sendiri dan segala yang dimilikinya jika tanpa Tuhan. Ketika orang-orang terdekat justru berpihak pada musuh, ketika manusia mengecewakan dan tidak dapat diharapkan, Daud menemukan jawaban bahwa hanya Tuhan sajalah sumber ketenangan hidup. Tidak ada jalan lain untuk mendapatkan ketenangan selain harus mendekat kepada Tuhan. Sungguh, "Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita." (Mazmur 62:6, 9).
Memiliki uang atau kekayaan yang melimpah tidak dapat menolong seseorang untuk bisa hidup tenang, sebaliknya malah membuat tidak tenang, was-was, apalagi jika kekayaan itu merupakan hasil korupsi atau penyalahgunaan jabatan dan sebagainya. Itulah sebabnya Daud lebih memilih untuk meninggalkan segala yang dimilikinya dan melarikan diri dari Absalom, namun ia tidak lari dari hadapan Tuhan sebab "Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi." (Mazmur 121:2).
"...lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." Mazmur 84:11
Subscribe to:
Posts (Atom)