Friday, May 24, 2013

KEADILAN DAN KEBENARAN DITEGAKKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Mei 2013 -

Baca:  Mazmur 10:1-18

"Bangkitlah, TUHAN! Ya Allah, ulurkanlah tangan-Mu, janganlah lupakan orang-orang yang tertindas."  Mazmur 10:12

Saat berada dalam kesesakan, tekanan dan juga perlakuan yang tidak adil dari orang lain, hampir setiap kita akan bersikap tidak sabar menantikan Tuhan bertindak.  Kita berkata,  "Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya TUHAN, dan menyembunyikan diri-Mu dalam waktu-waktu kesesakan?"  (Mazmur 10:1), bahkan kita berani mempersalahkan Tuhan karena merasa Dia tidak segera memberikan pertolongan atas pergumulan yang kita alami.  Akhirnya yang keluar dari mulut kita hanyalah keluh kesah dan persungutan.

     Sikap demikian tentunya tidak membuat kita menjadi orang yang belajar mengerti kehendak Tuhan dan mensyukuri atas segala sesuatu yang terjadi dalam hidup.  Karena itu Yakobus menasihati kita,  "Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu,...janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu."  (Yakobus 5:8-9).  Menghadapi ketidakadilan dan penindasan mari belajar tetap bersabar.  Kita harus percaya bahwa apa pun yang menimpa kita dan apa pun yang diperbuat oleh orang lain terhadap kita tidaklah luput dari pengawasan Tuhan.  "Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel."  (Mazmur 121:4), dan  "Engkau memasang telinga-Mu, untuk memberi keadilan kepada anak yatim dan orang yang terinjak"  (Mazmur 10:17-18).

     Serahkan semuanya kepada Tuhan karena Dia adalah Hakim yang adil.  Sekalipun untuk seketika lamanya kita harus bertekun dan bersabar dalam pergumulan akan datang waktunya bahwa keadilan dan kebenaran menjadi bagian hidup kita.  Kesabaran akan mendatangkan berkat dari Tuhan.  Yakobus berkata,  "...kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan."  (Yakobus 5:11).  Tuhan tidak akan membiarkan kita terus-menerus dalam pergumulan;  Dia pasti akan bertindak sesuai dengan waktuNya.  Sebagaimana Tuhan memulihkan keadaan Ayub, Dia juga pasti akan memulihkan kita.

"Aku tahu, bahwa Tuhan akan memberi keadilan kepada orang tertindas, dan membela perkara orang miskin."  Mazmur 140:13

Thursday, May 23, 2013

ABRAHAM: Bapa Orang Percaya

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Mei 2013 -

Baca:  Roma 4:1-25

"Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa"  Roma 4:17a

Abraham disebut sebagai bapa orang percaya.  Untuk mendapatkan pengakuan atau status sebagai bapa orang percaya Abraham harus terlebih dahulu lulus dalam berbagai ujian iman.  Tidak semudah membalik telapak tangan, ada harga yang harus dibayar oleh Abraham.  Kualitas iman Abraham tidak terjadi secara instan tetapi melalui proses.

     Di awal pemanggilannya Abraham sudah menunjukkan iman percaya kepada Tuhan dengan meninggalkan sanak saudara dan juga negerinya (Ur-Kasdim) pergi ke negeri yang ditunjukkan Tuhan.  "Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui."  (Ibrani 11:8).  Tuhan berjanji bahwa Abraham akan menjadi bangsa yang besar, di mana keturunannya akan seperti bintang-bintang di langit banyaknya.  Meski itu baru janji dan belum terwujud, namun serta secara kasat mata ia tidak lagi berpotensi untuk memiliki keturunan karena usianya yang sudah lanjut.  Tapi Alkitab menyatakan,  "Lalu percayalah Abram kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran."  (Kejadian 15:6).

     Kejadian pasal 22 adalah puncak iman Abraham kepada Tuhan, ujian yang paling menentukan dalam hidup Abraham.  Ketika Tuhan memerintahkan Abraham untuk menyerahkan anak semata wayangnya (Ishak) sebagai persembahan di gunung Moria, Abraham pun rela menyerahkan anak yang dikasihinya.  Dengan perbekalan yang lengkap (kayu bakar dan Ishak yang hendak dikorbankannya) Abraham menuju ke tempat yang Tuhan sudah tentukan.  Abraham berkata kepada bujangnya,  "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu."  (Kejadian 22:5).  Ini adalah deklarasi iman Abraham.  "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."  (Ibrani 11:1).  Ketaatan Abraham beroleh upah:  Tuhan menyatakan kemurahan dan kasihnya dengan menyediakan domba sebagai ganti Ishak.  Kisah Abraham mempersembahkan Ishak adalah bukti bahwa ia mengasihi Tuhan lebih dari segala-galanya.

Abraham bapa orang beriman bagi segala bangsa karena imannya telah teruji!