Friday, May 17, 2013

ANAK MUDA KRISTEN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Mei 2013 -

Baca:  Amsal 22:1-16

"Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."  Amsal 22:6

Masa muda adalah masa 'emas' dalam perjalanan hidup seseorang.  Masa di mana seseorang sedang dalam puncak gejolak;  masa mengekspresikan segala potensi yang dimilikinya.  Namun juga bisa dikatakan sebagai masa 'rentan' terhadap segala pengaruh yang ada, apakah itu pengaruh baik yang membawanya kepada suatu keberhasilan, ataukah pengaruh buruk yang sewaktu-waktu bisa saja menjerumuskannya diarahkan secara tepat dan benar, sebab mereka itu sangat produktif dan bertalenta.

     Saat ini perkembangan dunia begitu pesat bukan hanya di bidang tertentu saja, tapi hampir di seluruh bidang kehidupan manusia.  Salah satunya adalah bidang teknologi:  ada internet, handphone super canggih, laptop, ipad dan sebagainya.  Muncul istilah email, facebook, twitter.  Mau tidak mau kemajuan teknologi itu membawa dampak yang sangat besar terhadap perkembangan anak muda.  mereka senantiasa mengikuti tren yang ada, jika tidak, mereka akan dianggap gaptek (gagap teknologi) dan itu bisa menjadi beban psikis tersendiri.  Karena itu berbagai upaya ditempuh agar mereka dapat diterima oleh komunitas dan lingkungannya.  Ini sangat berbahaya sebab anak muda memiliki kecenderungan emosi yang masih labil sehingga tidak sedikit dari mereka yang terus mencoba-coba apa pun yang mereka lihat dan rasakan.  Kita sering membaca di surat kabar atau melihat di layar kaca ada banyak kasus terjadi sebagai dampak negatif kecanggihan teknologi:  pornografi, ada anak gadis di bawah umur yang menjadi korban pelecehan seksual dan dibawa lari oleh pemuda yang mereka kenal lewat facebook.

     Sebagai orangtua kita harus ekstra hati-hati dalam mendidik, membimbing dan mengarahkan anak-anak untuk mengasihi Tuhan lebih lagi, serta menjaga dan mengawasi mereka terhadap pergaulan dan lingkungan yang ada, sebab tertulis:  "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33).  Memang kita tidak mungkin dapat menjalani hidup ini tanpa kehadiran teman atau sahabat, pergaulan tetap kita butuhkan, tetapi sebagai anak-anak Tuhan kita harus tetap selektif dengan siapa kita bergaul supaya kita tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif.  (Bersambung)

Thursday, May 16, 2013

MENGIKUT TUHAN: Prioritas Utama

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Mei 2013 -

Baca:  Lukas 9:57-62

"Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku."  Lukas 9:59

Tuhan Yesus tidak ingin orang yang mengikutiNya memiliki motivasi yang salah.  Dia tahu persis apa yang ada di dalam hati ahli Taurat itu.  "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."  (1 Samuel 16:7b).

     Mungkin kita merasa bangga dengan apa yang telah kita lakukan saat ini:  sudah melayani Tuhan sepenuh waktu (fulltimer), menjadi pembicara, menjadi donatur gereja dan lain-lain.  Namun kita perlu berhati-hati!  Bila di dalam hati kita masih terbersit motivasi atau tendensi yang tidak benar, maka semuanya itu tidak akan berkenan kepada Tuhan.  Mari kita meneladani Paulus:  "...Karena kami tidak pernah bermulut manis--hal itu kamu ketahui--dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi--Allah adalah saksi--juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus."  (1 Tesalonika 2:5-6).

     Hal lain yang harus kita perhatikan sebagai pengikut Kristus adalah perihal prioritas dan komitmen.  Ketika kita memutuskan untuk mengikut Tuhan Yesus kita pun harus menempatkan Dia sebagai yang terutama dalam hidup ini.  Ada banyak orang Kristen yang menjadikan Tuhan Yesus sebagai alternatif atau pilihan nomor sekian dalam hidupnya.  Hal-hal ini menggeser posisi Tuhan sehingga Ia bukan lagi menjadi prioritas.  Waktu-waktu mereka dihabiskan mengejar materi atau kepentingan duniawi semata.  Ayat nas di atas menunjukkan bahwa seseorang menomorduakan ajakan Tuhan, dan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus (ayat 60) bukan berarti bila kita mengikuti Dia maka kita harus menelantarkan keluarga kita, tetapi Tuhan Yesus haruslah menjadi yang terutama, lebih dari segala-galanya.  Dan bila kita mengutamakan Tuhan Dia akan bertindak menyatakan kuasaNya.

     Bisa saja ceritanya akan lain ketika orang yang diajak oleh Tuhan Yesus itu mau mengutamakan Dia, mungkin saja Tuhan akan membangkitkan kembali ayahnya yang sudah mati itu.  Di segala keadaan dan sampai kapan pun Yesus haruslah yang terutama di dalam hidup kita dan tidak boleh kita nomor duakan!

Memprioritaskan Tuhan berarti kita taat melakukan segala yang difirmankanNya!