Wednesday, May 8, 2013

MEMIHAK DOSA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Mei 2013 -

Baca:  Matius 27:11-26

"Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?"  Matius 27:17

Dunia terbalik!  Inilah pernyataan banyak orang menyikapi apa yang sedang terjadi dan melanda dunia ini.  Bagaimana tidak?  Di dunia ini apa saja bisa terjadi:  hukum bisa diperjualbelikan, uang berkuasa, keadilan sulit ditegakkan, kejahatan dan dosa semakin merajalela di mana-mana;  sementara, kebenaran kian tidak ada tempat di dunia ini.  Orang yang jelas-jelas bersalah bisa dibenarkan, sebaliknya orang yang berbuat benar malah dipersalahkan.  Di zaman sekarang ini uanglah yang 'berbicara' sehingga segala hal bisa diatur dan dikompromikan!

     Pilatus adalah contoh orang yang lebih memilih berkompromi dengan ketidakbenaran.  Ketika orang-orang Yahudi menyerahkan dua orang kepadanya, yaitu Barabas dan Yesus Kristus kepadanya untuk diadili, Pilatus tidak bisa bertindak tegas, padahal ia tahu benar siapa yang salah dan siapa yang benar.  Barabas jelas-jelas adalah orang yang terkenal kejahatannya.  Bagaimana dengan Yesus Kristus?  Dia sama sekali tidak bersalah dan tidak ada kejahatan apa pun yang diperbuat olehNya sehingga dapat dijadikan alasan menghukum Dia.  Pilatus pun tahu benar alasan mengapa Yesus Kristus diserahkan yaitu karena orang-orang Yahudi sangat dengki.  Ketika orang banyak berteriak,  "Salibkan Yesus dan Barabas!", Pilatus harus mengingkari hati nuraninya dan lebih memihak kepada yang salah,  "...ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan."  (Matius 27:26).

     Bukankah masih banyak orang Kristen seperti Pilatus?  Memilih berkompromi dengan dosa demi jabatan, popularitas, pasangan hidup, komunitas, pertemanan.  Kita lebih taat kepada manusia daripada harus taat kepada Tuhan.  "Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah."  (Yakobus 4:4).  Kompromi terhadap dosa adalah bukti bahwa kita tidak taat kepada Tuhan,  "...dan setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal,"  (Ibrani 2:2).

"Hiduplah sebagai anak-anak yang taat"  (1 Petrus 1:14), jika tidak, maka Tuhan akan menolak kita!

Tuesday, May 7, 2013

SAMUEL: Tidak Terbawa Arus

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Mei 2013 -

Baca:  1 Samuel 2:11-26

"Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia."  1 Samuel 2:26

Pergaulan dan lingkungan adalah 2 faktor yang seringkali mempengaruhi perilaku dan juga karakter seseorang:  "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33a).  Juga ditegaskan,  "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang."  (Amsal 13:20).  Oleh karena itu kita harus selektif dalam memilih teman karena itu akan menentukan masa depan kita.  Satu-satunya langkah untuk kita bertahan terhadap arus yang ada (pengaruh yang buruk) adalah kita harus selalu melekat kepada Tuhan.  "Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu."  (Mazmur 119:9).

     Samuel adalah anak dari Elkana dan Hana yang diserahkan kepada Tuhan di bawah pengawasan imam Eli.  Meski tinggal di rumah seorang imam Tuhan bukan berarti Samuel berada di tempat yang aman dari pengaruh yang tidak baik.  Sewaktu-waktu ia dapat terjerumus dan terjebak karena anak-anak imam Eli adalah orang-orang muda yang tidak takut akan Tuhan, bahkan Alkitab menyebutnya sebagai orang-orang dursila.  Perbuatan anak-anak imam Eli sangat jahat di mata Tuhan:  mereka mengurangi jatah daging yang dipersembahkan untuk Tuhan, bahkan tidak segan-segan mengambil dengan kekerasan persembahan yang dibawa orang Israel.  Tidak berhenti di situ, mereka juga 'meniduri' perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan.  Samuel, meski kesehariannya berada di tengah-tengah orang muda yang berkelakuan bejat, tetapi dapat mempertahankan hidupnya benar di hadapan Tuhan.  Dengan kekuatan sendiri niscaya ia tidak akan mampu.  Kita percaya Samuel tekun mencari Tuhan sehingga ia beroleh kekuatan untuk mempertahankan hidupnya tetap bersih dan tidak terbawa arus.

     'Semakin besar semakin disukai Tuhan dan juga manusia' adalah bukti bahwa Samuel memiliki hati yang takut akan Tuhan sehingga ada buah-buah Roh yang dihasilkan, dengan begitu hidupnya menjadi berkat dan kesaksian bagi orang lain.

Milikilah hati yang takut akan Tuhan dan jadilah orang yang 'berbeda' meski di tengah dunia yang jahat ini!