Monday, April 29, 2013

ORANG YANG MENANTIKAN TUHAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 April 2013 -

Baca:  Yesaya 40:12-31

"...orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."  Yesaya 40:31

Kita melihat dan mendengar betapa dunia dipenuhi dengan goncangan demi goncangan.  Beberapa waktu yang lalu ibukota negara kita (Jakarta) dilanda banjir hebat.  Ribuan orang, baik itu kaya, miskin, berpendidikan atau tidak, harus meninggalkan rumahnya dan tinggal di pengungsian.  Jalan-jalan protokol di ibukota menjadi kolam raksasa sehingga aktivitas warga menjadi terganggu, banyak kantor yang tidak bisa beroperasi, dan ini pasti berimbas pada sektor perekonomian, perdagangan dan juga industri.  Bukan hanya Jakarta, di daerah-daerah lain di seluruh pelosok tanah air juga mengalami hal yang sama.  Karena hujan dan banjir (cuaca ekstrem) para petani harus mengalami kerugian besar, gagal panen dan sawah ladang mereka rusak.  Hari-hari ini segala sesuatu yang dahulunya tidak digoncang sekarang mulai digoncangkan.  Adalah wajar jika banyak orang menjadi takut, kuatir dan cemas menghadapi hari esok.  Itulah sebabnya Alkitab menasihati,  "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu."  (Amsal 27:1).

     Namun bagi anak-anak Tuhan, kuatkan iman percaya kita kepadaNya, sebab di dalam Dia  "...kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut."  (Ibrani 12:28).  Tuhan akan memberikan pertolongan kepada orang-orang yang menanti-nantikan Dia.  Dikatakan bahwa orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mendapatkan kekuatan baru, ia tidak menjadi lesu dan tidak menjadi lelah (ayat nas).  Siapa orang yang menanti-nantikan Tuhan?  Dia adalah orang yang senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segala hal.  Artinya dalam menjalani hidup ini ia tidak mengandalkan diri sendiri, kekuatan, kepintaran dan kegagahannya.  Terhadap orang-orang yang demikian Tuhan akan memberikan kekuatan dan pertolongan saat menghadapi badai dan goncangan yang ada, sehingga ia akan tetap kuat dan akan tampil sebagai pemenang.  Dalam Yeremia 17:7 tertulis:  "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah."  (Yeremia 17:17-18).

     Sebaliknya orang yang tidak menanti-nantikan Tuhan adalah orang yang mengandalkan manusia, tidak menaruh harap kepada Tuhan tapi lebih mengandalkan diri sendiri, uang, kekayaan, kekuatan dan kegagahannya.  FirmanNya mengatakan,  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!"  (Yeremia 17:5)  Karena mereka mengatasi permasalahannya dengan kekuatan sendiri, Tuhan pun angkat tangan.  Itulah sebabnya mereka akan mudah lemah, frustasi, kecewa dan putus asa.

Tuhan berkata,  "...diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa."  Yohanes 15:5b.  Masihkah kita mengandalkan kekuatan sendiri?

Sunday, April 28, 2013

TUHAN SELALU MEMPERHITUNGKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 April 2013 -

Baca:  Ibrani 6:9-20

"Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang."  Ibrani 6:10

Seringkali kita mendengar banyak orang Kristen yang selalu berkeluh kesah,  "Aku sudah melayani Tuhan sekian tahun, setia beribadah, tapi tak pernah absen di setiap persekutuan, toh hidupku tetap saja seperti ini, tidak ada kemajuan.  Sedangkan mereka yang biasa-biasa saja hidupnya lebih enak.  Kalau begitu lebih baik jadi orang Kristen tidak usah repot-repot terlibat dalam pelayanan."

     Fenomena seperti ini sedang melanda kehidupan anak-anak Tuhan.  Kita mau melayani asalkan ada upah yang memadai atau beroleh penghargaan yang sesuai.  Adalah tidak salah menerima upah dan penghargaan karena jerih payah yang telah kita lakukan.  Namun jangan sampai besar/kecilnya upah yang kita terima menjadi tolak ukur kita dalam melayani Tuhan.  Jika upahnya besar kita akan bersungguh-sungguh, tapi jika upahnya sedikit (menurut ukuran kita) kita pun akan mengerjakannya dengan setengah hati.  Demikiankah sikap hidup orang Kristen?  Bukankah firman Tuhan menasihati,  "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."  (Kolose 3:23).  Ini berbicara tentang pekerjaan yang kita lakukan di segala bidang kehidupan, apa pun bentuknya, baik itu di kantor, pabrik, sekolah, terlebih-lebih di bidang pelayanan pekerjaan Tuhan.

     Haruskah kita selalu diliputi oleh rasa marah, kecewa, tidak puas atau dongkol dalam mengerjakan segala sesuatunya?  Renungkan:  manusia bisa saja lupa, menutup mata dan mengecewakan sesamanya, tapi ada Pribadi yang tidak pernah lupa terhadap apa yang kita kerjakan.  Dia adalah Tuhan.  Pelayanan, pekerjaan dan perbuatan kasih yang kita lakukan demi kemuliaan nama Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama tidak ada yang luput di pemandangan mataNya dan tidak ada yang tidak Ia perhitungkan.  Tidak ada yang sia-sia!  Rasul Paulus menasihati,  "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia."  (1 Korintus 15:58).  Dalam hal ini rasul Paulus tidak hanya berteori tapi ia telah memberikan teladan hidup bagi kita semua.  Dalam melayani Tuhan ia tidak pernah mengeluh, bersungut-sungut, apalagi sampai hitung-hitungan untung-rugi.  Meski diperhadapkan dengan banyak ujian ia tetap memiliki roh yang menyala-nyala bagi Tuhan.  Inilah komitmennya,  "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.  Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."  (Filipi 1:21-22).

     Apa yang dipercayakan Tuhan kepada Saudara saat ini?  Lakukanlah itu dengan setia.  Ingat!  Tujuan hidup kita adalah untuk memuliakan nama Tuhan.  Maka dari itu apa pun yang kita perbuat saat ini janganlah untuk menyenangkan hati manusia, namun untuk menyenangkan hati Tuhan.  Jangan sekali-kali berharap kepada manusia, tapi berharaplah hanya kepada Tuhan karena manusia sewaktu-waktu bisa mengecewakan, meninggalkan dan tidak menghargai apa yang telah kita kerjakan, tetapi Tuhan sekali-kali tidak akan pernah meninggalkan kita.

"Aku akan memberi upahmu dengan tepat,"  (Yesaya 61:8b), karena itu jangan pernah merasa lelah bekerja di ladangnya Tuhan.