Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 April 2013 -
Baca: Ibrani 6:9-20
"Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan
kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada
orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang." Ibrani 6:10
Seringkali kita mendengar banyak orang Kristen yang selalu berkeluh kesah, "Aku sudah melayani Tuhan sekian tahun, setia beribadah, tapi tak pernah absen di setiap persekutuan, toh hidupku tetap saja seperti ini, tidak ada kemajuan. Sedangkan mereka yang biasa-biasa saja hidupnya lebih enak. Kalau begitu lebih baik jadi orang Kristen tidak usah repot-repot terlibat dalam pelayanan."
Fenomena seperti ini sedang melanda kehidupan anak-anak Tuhan. Kita mau melayani asalkan ada upah yang memadai atau beroleh penghargaan yang sesuai. Adalah tidak salah menerima upah dan penghargaan karena jerih payah yang telah kita lakukan. Namun jangan sampai besar/kecilnya upah yang kita terima menjadi tolak ukur kita dalam melayani Tuhan. Jika upahnya besar kita akan bersungguh-sungguh, tapi jika upahnya sedikit (menurut ukuran kita) kita pun akan mengerjakannya dengan setengah hati. Demikiankah sikap hidup orang Kristen? Bukankah firman Tuhan menasihati, "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Ini berbicara tentang pekerjaan yang kita lakukan di segala bidang kehidupan, apa pun bentuknya, baik itu di kantor, pabrik, sekolah, terlebih-lebih di bidang pelayanan pekerjaan Tuhan.
Haruskah kita selalu diliputi oleh rasa marah, kecewa, tidak puas atau dongkol dalam mengerjakan segala sesuatunya? Renungkan: manusia bisa saja lupa, menutup mata dan mengecewakan sesamanya, tapi ada Pribadi yang tidak pernah lupa terhadap apa yang kita kerjakan. Dia adalah Tuhan. Pelayanan, pekerjaan dan perbuatan kasih yang kita lakukan demi kemuliaan nama Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama tidak ada yang luput di pemandangan mataNya dan tidak ada yang tidak Ia perhitungkan. Tidak ada yang sia-sia! Rasul Paulus menasihati, "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan
goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa
dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Dalam hal ini rasul Paulus tidak hanya berteori tapi ia telah memberikan teladan hidup bagi kita semua. Dalam melayani Tuhan ia tidak pernah mengeluh, bersungut-sungut, apalagi sampai hitung-hitungan untung-rugi. Meski diperhadapkan dengan banyak ujian ia tetap memiliki roh yang menyala-nyala bagi Tuhan. Inilah komitmennya, "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:21-22).
Apa yang dipercayakan Tuhan kepada Saudara saat ini? Lakukanlah itu dengan setia. Ingat! Tujuan hidup kita adalah untuk memuliakan nama Tuhan. Maka dari itu apa pun yang kita perbuat saat ini janganlah untuk menyenangkan hati manusia, namun untuk menyenangkan hati Tuhan. Jangan sekali-kali berharap kepada manusia, tapi berharaplah hanya kepada Tuhan karena manusia sewaktu-waktu bisa mengecewakan, meninggalkan dan tidak menghargai apa yang telah kita kerjakan, tetapi Tuhan sekali-kali tidak akan pernah meninggalkan kita.
"Aku akan memberi upahmu dengan tepat," (Yesaya 61:8b), karena itu jangan pernah merasa lelah bekerja di ladangnya Tuhan.
Sunday, April 28, 2013
Saturday, April 27, 2013
SUKACITA DI SORGA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 April 2013 -
Baca: Lukas 15:1-32
"...akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." Lukas 15:7
Ada tertulis: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Matius 9:12-13). Inilah misi yang diberikan Bapa kepada AnakNya, Yesus Kristus.
Jika orang-orang Farisi dan Saduki serta ahli-ahli Taurat sangat 'alergi' terhadap orang-orang yang dianggapnya berdosa, Tuhan Yesus justru menjangkau dan melayani orang-orang berdosa, bukan menghakimi, mencela dan menjauhi mereka seperti yang dilakukan orang-orang Farisi dan Saduki, juga ahli-ahli Taurat. Setiap kali Tuhan Yesus dekat dengan para pendosa, mereka langsung mengkritik Yesus habis-habisan, contoh: ketika para pemungut cukai dan orang-orang berdosa datang kepada Yesus, "Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: 'Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.'" (Lukas 15:2). Oleh karena itu Tuhan Yesus memberikan perumpamaan supaya mereka mengerti benar akan maksud dan tujuan-Nya datang ke dunia. Ada tiga perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus yaitu tentang domba yang hilang, dirham yang hilang dan juga anak yang hilang. Meski mempunyai seratus ekor domba, jika ada seekor dombanya yang hilang si gembala pasti akan pergi mencari dombanya yang sesat itu, "Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira," (Lukas 15:5). Begitu juga seorang wanita yang kehilangan satu dari sepuluh dirhamnya, pasti akan berupaya dengan sekuat tenaga untuk mencarinya, dan ketika dirhamnya ditemukan kembali bersukacitalah wanita itu. Seorang ayah meluapkan kegembiraannya yang tiada tara ketika melihat anaknya yang hilang telah kembali ke rumah, bahkan ia memberi perintah kepada hamba-hambanya untuk memakaian kepadanya jubah yang terbaik, cincin dan juga sepatu. Tidak hanya itu, "...ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita." (Lukas 15:23).
Inilah yang dirasakan Tuhan Yesus ketika ada seorang berdosa bertobat dan berbalik kepada Tuhan. Saat itu pula sorga dipenuhi dengan sorak-sorai sukacita. Tangan Tuhan selalu terbuka menyambut anak-anakNya yang terhilang, yang mau kembali kepadaNya. Sungguh, "Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya." (Mazmur 145:8). Oleh karena itu selagi masih ada waktu dan kesempatan jangan pernah sia-siakan anugerah keselamatan yang Dia berikan. Jangan menunda-nunda waktu untuk bertobat karena kita tidak tahu berapa lama lagi kita hidup di dunia ini, sebab jika sudah terlambat, kita tidak punya waktu lagi untuk memperbaikinya, yang ada hanyalah penyesalan tiada arti.
"Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." 2 Petrus 3:9
Baca: Lukas 15:1-32
"...akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." Lukas 15:7
Ada tertulis: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Matius 9:12-13). Inilah misi yang diberikan Bapa kepada AnakNya, Yesus Kristus.
Jika orang-orang Farisi dan Saduki serta ahli-ahli Taurat sangat 'alergi' terhadap orang-orang yang dianggapnya berdosa, Tuhan Yesus justru menjangkau dan melayani orang-orang berdosa, bukan menghakimi, mencela dan menjauhi mereka seperti yang dilakukan orang-orang Farisi dan Saduki, juga ahli-ahli Taurat. Setiap kali Tuhan Yesus dekat dengan para pendosa, mereka langsung mengkritik Yesus habis-habisan, contoh: ketika para pemungut cukai dan orang-orang berdosa datang kepada Yesus, "Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: 'Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.'" (Lukas 15:2). Oleh karena itu Tuhan Yesus memberikan perumpamaan supaya mereka mengerti benar akan maksud dan tujuan-Nya datang ke dunia. Ada tiga perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus yaitu tentang domba yang hilang, dirham yang hilang dan juga anak yang hilang. Meski mempunyai seratus ekor domba, jika ada seekor dombanya yang hilang si gembala pasti akan pergi mencari dombanya yang sesat itu, "Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira," (Lukas 15:5). Begitu juga seorang wanita yang kehilangan satu dari sepuluh dirhamnya, pasti akan berupaya dengan sekuat tenaga untuk mencarinya, dan ketika dirhamnya ditemukan kembali bersukacitalah wanita itu. Seorang ayah meluapkan kegembiraannya yang tiada tara ketika melihat anaknya yang hilang telah kembali ke rumah, bahkan ia memberi perintah kepada hamba-hambanya untuk memakaian kepadanya jubah yang terbaik, cincin dan juga sepatu. Tidak hanya itu, "...ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita." (Lukas 15:23).
Inilah yang dirasakan Tuhan Yesus ketika ada seorang berdosa bertobat dan berbalik kepada Tuhan. Saat itu pula sorga dipenuhi dengan sorak-sorai sukacita. Tangan Tuhan selalu terbuka menyambut anak-anakNya yang terhilang, yang mau kembali kepadaNya. Sungguh, "Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya." (Mazmur 145:8). Oleh karena itu selagi masih ada waktu dan kesempatan jangan pernah sia-siakan anugerah keselamatan yang Dia berikan. Jangan menunda-nunda waktu untuk bertobat karena kita tidak tahu berapa lama lagi kita hidup di dunia ini, sebab jika sudah terlambat, kita tidak punya waktu lagi untuk memperbaikinya, yang ada hanyalah penyesalan tiada arti.
"Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." 2 Petrus 3:9
Subscribe to:
Posts (Atom)