Wednesday, April 24, 2013

MENGALAMI PROSES PEMURNIAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 April 2013 -

Baca:  Keluaran 25:31-40

"Haruslah engkau membuat kandil dari emas murni; dari emas tempaan harus kandil itu dibuat, baik kakinya baik batangnya; kelopaknya-dengan tombolnya dan kembangnya-haruslah seiras dengan kandil itu."  Keluaran 25:31

Siapakah kita sebelum mengenal Kristus?  Kita adalah orang-orang berdosa yang seharusnya menerima hukuman dan dimurkai Allah.  Sungguh,  "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak."  (Roma 3:10-12).  Namun Allah begitu mengasihi kita, dan bukti kasihNya adalah  "...Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya."  (1 Yohanes 4:9).  Ini membuktikan bahwa kita ini berharga di mataNya.  FirmanNya,  "Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau,"  (Yesaya 43:4).  Kalau tidak demikian, Yesus tidak perlu jauh-jauh datang dari sorga dan mengorbankan nyawaNya di atas kayu salib untuk menyelamatkan kita.

     Seiring berjalannya waktu seringkali kita lupa akan kasih Tuhan yang luar biasa ini.  Kita begitu mudahnya memberontak dan menyalahkan Tuhan.  Terlebih-lebih saat masalah atau kesesakan terjadi dalam hidup ini kita langsung berkata,  "Tuhan itu tidak adil.  Tuhan tidak mengasihiku."  Sebagai anak-anak Tuhan, selayaknyakah kita berkata demikian?  Memang terkadang Tuhan ijinkan masalah terjadi dan menerpa kita sebagai bagian dari kasihNya juga.  Dia ingin membentuk dan memproses kita, karena  "...Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?"  (Ibrani 12:6-7).  Ini sama dengan kandil yang menjadi salah satu perkakas penting di dalam Kemah Suci.  Kandil itu harus terbuat dari emas yang murni dan merupakan hasil tempaan.  Berarti emas itu terlebih dahulu harus diproses begitu rupa.  Ditempa berarti dipukul secara bertubi-tubi, mungkin dengan palu atau godam.  Andai emas itu bisa bersuara pastilah ia akan berteriak karena kesakitan.  Tapi setelah proses itu selesai, kandil yang terbuat dari emas tempaan itu pun menjadi perkakas yang indah dan menyala di Kemah Suci.

     Supaya kehidupan kita seperti kandil yang menyala bagi kemuliaan nama Tuhan, kita pun harus melewati 'tempaan' yang mungkin akan kita rasakan sakitnya.  Namun jangan putus asa dan menyerah sebab Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk menjadi karya yang indah dan luar biasa.  Karena itu berhentilah mengeluh dan bersungut-sungut!

"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."  Roma 8:28

Tuesday, April 23, 2013

PENGHARAPAN DI DALAM TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 April 2013 -

Baca:  Mazmur 130:1-8

"Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel! Sebab pada TUHAN ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan."  Mazmur 130:7

Penantian kita akan Allah adalah sebuah kesadaran yang sangat indah dan terpelihara oleh Roh kudus yang ada di dalam kita, yang kita terima dari Tuhan Yesus terkasih.  Tertulis:  "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita."  (Roma 5:5).  Hal ini membuat kita yakin bahwa kita selalu hidup di dalam kasih Tuhan itu dan karena kasihNya juga kita memiliki hubungan yang erat dengan Allah.  Umat Kristen terdahulu mempunyai keyakinan penuh kepada firman Tuhan sehingga mereka pun menunggu dengan setia dan penuh pengharapan di dalam Allah.  Begitu juga kita yang hidup di zaman sekarang ini juga harus selalu berpadanan dengan firmanNya, bahkan kita harusnya memiliki kebanggaan lebih karena Kristus Yesus!  Terpujilah nama Tuhan!  Dalam penantian kita akan Allah, hendaklah hal ini menjadi keyakinan kita:  di dalam Kristus kita bisa memiliki hubungan layaknya seorang Bapa dengan anaknya.  Hal ini menjadi jaminan bahwa penantian kita akan Dia tidak akan sia-sia.

     Rasul Paulus mengatakan,  "...kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya...dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus."  (Roma 3:22, 24).  Sangatlah menakjubkan karena kita sementara menunggu sebuah penantian yang berbeda, yaitu bahwa kita sedang menunggu akan datangnya sebuah pembebasan, kemudian kita melihat penantian tersebut menjadi nyata dan pewahyuanNya secara menyeluruh terjadi atas kita.  Tuhan Yesus berkata,  "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu."  (Yohanes 15:4).  Alkitab tidak hanya berbicara tentang kita di dalam Kristus, tetapi juga tentang misteri tertinggi akan kasih yang membebaskan.  Selama kita memelihara agar tetap tinggal di dalam Kristus dari hari ke hari, Ia akan memperlihatkan kepada kita dengan caraNya yang ajaib bahwa  "...sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh."  (Yohanes 15:4).

     Karena itu dalam menjalani hidup ini kita harus memiliki tekad demikian:  "Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan."  (Roma 14:8).  Kita sekarang bisa berkata sama seperti rasul Paulus,  "namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku."  (Galatia 2:20).  Hidup kita di dalam Kristus saat berada di dunia ini dan hidup kita nantinya di sorga bersama Kristus adalah dua hal yang saling mendukung satu dengan yang lainnya.

Pengharapan yang pasti akan Allah ditandai dengan hidup dalam iman kepada Yesus Kristus.