Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 April 2013 -
Baca: Lukas 2:25-40
"Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan
saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya," Lukas 2:25
Tanda dari seseorang yang menanti-nantikan Tuhan adalah konsisten dalam menjaga hidupnya agar tetap berkenan kepada Tuhan. Dalam menanti-nantikan penghiburan dan pembebasan bagi Israel Simeon tetap hidup dalam kebenaran dan kesalehan. Karena itu ia beroleh pernyataan bahwa "...ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan." (Lukas 2:26). Di situ ada pula Hana, "Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada
Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan
kelepasan untuk Yerusalem." (Lukas 2:37, 38). Simeon dan Hana adalah contoh orang-orang yang menantikan Tuhan dengan sungguh: berlaku benar dalam apa pun yang diperbuat dan berjalan sesuai dengan firmanNya meskipun dikelilingi oleh situasi dan keadaan yang mungkin tidak mendukungnya, sampai janji Tuhan dinyatakan atasnya.
Tentang pembebasan ini Zakharia yang dipenuhi oleh Roh Kudus bernubuat: "Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya," (Lukas 1:68). Dan jika pembebasan atas Israel telah datang dan telah selesai dikerjakan, apakah kita harus terus menunggu? Ya, kita masih harus menunggu. Tetapi penantian kita mencakup dua hal: Pertama, pembebasan dari dosa, yang telah dipenuhi melalui pengorbanan Yesus Kristus yang telah mati di atas kayu salib sehingga kita dibebaskan dari kutuk dosa. Rasul Paulus berkata, "Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak
disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan
Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita," (Kolose 2:13). Kedua, penantian akan janji Tuhan digenapi dalam kehidupan orang percaya di waktu sekarang dan juga penantian akan kedatangannya untuk menjemput kita sebagai mempelaiNya.
Yang terpenting adalah bagaimana sikap hati kita dalam menanti-nantikan Tuhan. Adakah kita penuh kesabaran dan ketekunan dalam menantikan Dia, ataukan penantian kita dipenuhi dengan keluh kesah dan sungut-sungut, yang membuat kita makin tidak berpadanan dengan firman Tuhan? Pemazmur menasihati, "Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan!" (Mazmur 27:14).
"Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus
telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga." Efesus 1:3
Monday, April 22, 2013
Sunday, April 21, 2013
FEBE: Teladan Wanita Kristen
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 April 2013 -
Baca: Roma 16:1-2
"Sebab ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri." Roma 16:2b
Hari ini, 21 April merupakan salah satu hari bersejarah bangsa Indonesia. Ya....kita memperingati hari Kartini. Kartini adalah nama seorang wanita yang dianggap sebagai pelopor gerakan emansipasi wanita di Indonesia, suatu usaha menuntut persamaan hak kaum wanita terhadap pria di segala bidang kehidupan. Emansipasi ini bertujuan memberi wanita kesempatan belajar, bekerja dan berkarya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dialah R.A. Kartini yang lahir di Rembang (Jepara) 21 April 1879, sang pelopor. Setelah menamatkan Sekolah Dasar Kartini tidak diperbolehkan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Ia dipingit karena hendak dinikahkan. Meski demikian hal itu tidak menyurutkan niat Kartini muda untuk terus belajar. Ia tetap rajin membaca buku-buku untuk menambah pengetahuan. Kartini menjadi seorang yang maju pola pikirnya sehingga ia pun rindu para wanita Indonesia berpikiran maju seperti dirinya. Kartini juga sering menulis surat kepada teman-temannya yang ada di negeri Belanda, salah satunya adalah JH Abendanon. Surat-surat yang dikirim Kartini dikumpulkan dan dibukukan serta diberi judul 'Habis Gelap Terbitlah Terang' oleh JH Abendanon. Inilah sekelumit tentang Kartini. Berkat perjuangannya, wanita-wanita indonesia tidak lagi terbelakang. Wanita tidak lagi hanya berperan di seputar rumah dan dapur tapi di segala bidang kehidupan yang ada. Mereka memiliki hak-hak yang sama dengan pria. Kini wanita bisa berprofesi apa pun asal mereka mampu.
Pada kesempatan ini mari kita belajar dari salah satu wanita yang tercatat dalam Alkitab yang patut kita teladani: Febe, yang berarti 'berseri-seri atau bersinar'. Sesuai dengan arti namanya, kehidupan Febe bersinar dan menjadi teladan bagi banyak orang. Ia adalah seorang pelayan Tuhan di Kenkrea, sebuah kota pelabuahan di sebelah timur Korintus. Sebagai pemimpin jemaat Febe membuktikan bahwa dia memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan kaum pria. Bila dilihat dari namanya Febe bukanlah seorang Yahudi, tapi ia orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan hidupnya telah diubahkan. Febe bukan hanya percaya saja, tapi juga memiliki komitmen untuk melayani Tuhan. Keberadaannya sebagai pelayan jemaat adalah bukti bahwa Febe bukanlah orang Kristen yang biasa-biasa saja, tapi dia seorang Kristen yang 'di atas rata-rata', sehingga ia pun dipercaya untuk menjadi pemimpin.
Selain sebagai pemimpin, Febe adalah sosok pribadi yang dikenal murah hati. Ia suka membantu orang lain dan juga pekerjaan Tuhan yang diakui juga oleh Paulus, "...ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri." Adakah kita punya kemurahan hati seperti Febe ini? Ada tertulis, "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri." (Amsal 11:7). Itulah sebabnya rasul Paulus mendorong agar orang-orang percaya di Roma menyambut dan menerima kehadiran Febe dengan baik, bahkan "...berikanlah kepadanya bantuan bila diperlukannya." Febe pun menuai apa yang telah ditaburnya! Sungguh, "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan," (Amsal 14:23).
Selagi ada kesempatan mari kita giat melayani Tuhan, sebab apa pun yang kita perbuat bagi Tuhan dan juga sesama itu tidak akan pernah sia-sia!
Baca: Roma 16:1-2
"Sebab ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri." Roma 16:2b
Hari ini, 21 April merupakan salah satu hari bersejarah bangsa Indonesia. Ya....kita memperingati hari Kartini. Kartini adalah nama seorang wanita yang dianggap sebagai pelopor gerakan emansipasi wanita di Indonesia, suatu usaha menuntut persamaan hak kaum wanita terhadap pria di segala bidang kehidupan. Emansipasi ini bertujuan memberi wanita kesempatan belajar, bekerja dan berkarya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dialah R.A. Kartini yang lahir di Rembang (Jepara) 21 April 1879, sang pelopor. Setelah menamatkan Sekolah Dasar Kartini tidak diperbolehkan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Ia dipingit karena hendak dinikahkan. Meski demikian hal itu tidak menyurutkan niat Kartini muda untuk terus belajar. Ia tetap rajin membaca buku-buku untuk menambah pengetahuan. Kartini menjadi seorang yang maju pola pikirnya sehingga ia pun rindu para wanita Indonesia berpikiran maju seperti dirinya. Kartini juga sering menulis surat kepada teman-temannya yang ada di negeri Belanda, salah satunya adalah JH Abendanon. Surat-surat yang dikirim Kartini dikumpulkan dan dibukukan serta diberi judul 'Habis Gelap Terbitlah Terang' oleh JH Abendanon. Inilah sekelumit tentang Kartini. Berkat perjuangannya, wanita-wanita indonesia tidak lagi terbelakang. Wanita tidak lagi hanya berperan di seputar rumah dan dapur tapi di segala bidang kehidupan yang ada. Mereka memiliki hak-hak yang sama dengan pria. Kini wanita bisa berprofesi apa pun asal mereka mampu.
Pada kesempatan ini mari kita belajar dari salah satu wanita yang tercatat dalam Alkitab yang patut kita teladani: Febe, yang berarti 'berseri-seri atau bersinar'. Sesuai dengan arti namanya, kehidupan Febe bersinar dan menjadi teladan bagi banyak orang. Ia adalah seorang pelayan Tuhan di Kenkrea, sebuah kota pelabuahan di sebelah timur Korintus. Sebagai pemimpin jemaat Febe membuktikan bahwa dia memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan kaum pria. Bila dilihat dari namanya Febe bukanlah seorang Yahudi, tapi ia orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan hidupnya telah diubahkan. Febe bukan hanya percaya saja, tapi juga memiliki komitmen untuk melayani Tuhan. Keberadaannya sebagai pelayan jemaat adalah bukti bahwa Febe bukanlah orang Kristen yang biasa-biasa saja, tapi dia seorang Kristen yang 'di atas rata-rata', sehingga ia pun dipercaya untuk menjadi pemimpin.
Selain sebagai pemimpin, Febe adalah sosok pribadi yang dikenal murah hati. Ia suka membantu orang lain dan juga pekerjaan Tuhan yang diakui juga oleh Paulus, "...ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri." Adakah kita punya kemurahan hati seperti Febe ini? Ada tertulis, "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri." (Amsal 11:7). Itulah sebabnya rasul Paulus mendorong agar orang-orang percaya di Roma menyambut dan menerima kehadiran Febe dengan baik, bahkan "...berikanlah kepadanya bantuan bila diperlukannya." Febe pun menuai apa yang telah ditaburnya! Sungguh, "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan," (Amsal 14:23).
Selagi ada kesempatan mari kita giat melayani Tuhan, sebab apa pun yang kita perbuat bagi Tuhan dan juga sesama itu tidak akan pernah sia-sia!
Subscribe to:
Posts (Atom)