Saturday, April 20, 2013

SIAPAKAH KITA?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 April 2013 -

Baca:  1 Korintus 4:6-21

"Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?"  1 Korintus 4:7

Ketika Tuhan Yesus dan murid-muridNya mendekati Yerusalem melewati Betfage yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang muridNya untuk pergi ke pedesaan lebih dahulu untuk mencari seekor keledai betina beserta anaknya dan membawanya kepada Yesus.  Kedua murid itu melakukan seperti apa yang diperintahkan Yesus kepada mereka.  "Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan Yesuspun naik ke atasnya. Orang banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan. Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: 'Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!'"  (Matius 21:7-9).

     Marilah kita sejenak berimajinasi membayangkan peristiwa ini.  Ketika keledai muda yang ditumpangi Yesus mendengar teriakan Hosana dan melihat ranting-ranting yang disebar di jalanan, bertanyalah ia kepada Yesus,  "Apakah teriakan Hosana ini untukku atau untuk-Mu?", atau si keledai muda itu berkata kepada ibunya,  "Bu, akulah keledai pilihan, orang-orang bersorak-sorai menyambutku, jadi aku ini lebih baik dari engkau."  Jika ini terjadi, keledai muda tidak mengenali siapa sesungguhnya yang menumpanginya.

     Banyak di antara kita yang adalah pelayan Tuhan menjadi sangat sombong dan membanggakan diri karena telah dipakai Tuhan secara luar biasa.  Kita begitu tersanjung dengan pujian manusia.  Padahal kedaulatan Tuhan dalam memilih siapa yang akan dipakaiNya tidak ada hubungannya sama sekali dengan kita.  Rasul Paulus mengatakan,  "Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing."  (Roma 12:3).  Ia juga menasihati,  "Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: "Jangan melampaui yang ada tertulis", supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain."  (1 Korintus 4:6).  Segala pujian, hormat dan kemuliaan hanyalah milik Tuhan.  Jangan sampai kita mencuri kemuliaanNya karena kita ini bukanlah siapa-siapa!

Teriakan Hosana bukan untuk kita, juga ranting-ranting yang tersebar bukanlah untuk kita meskipun kita menemukan itu di bawah kaki kita.

Friday, April 19, 2013

BENAR KARENA IMAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 April 2013 -

Baca:  Roma 3:21-31

"Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat."  Roma 3:28

Kita dibenarkan oleh iman di dalam Yesus Kristus yang telah mati bagi kita.  Kita akan dapat mengerti tentang panggilan Abraham jika kita melihatnya dalam kerangka yang benar.  Bangsa-bangsa di dunia bukan hanya melupakan Allah, tetapi mereka juga adalah penyembah berhala.  Seluruh dunia menyembah allah yang salah dan keluarga Abraham pun adalah salah satu dari penyembah berhala.  Di hadapan umat Israel Yosua berkata,  "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain. Tetapi Aku mengambil Abraham, bapamu itu, dari seberang sungai Efrat, dan menyuruh dia menjelajahi seluruh tanah Kanaan. Aku membuat banyak keturunannya dan memberikan Ishak kepadanya."  (Yosua 24:2-3).

     Kisah Abraham ini sangat berbeda dari kisah Henokh atau pun Nuh, orang-orang yang hidup benar di tengah-tengah orang yang memberontak kepada Tuhan.  Baik Henokh maupun Nuh memiliki kehidupan yang berbeda dari orang-orang yang bangkit melawan mereka;  mereka pun menolak untuk menjadi sama dengan orang-orang di sekitar mereka.  Bagaimana dengan Abraham?  Dia tidak jauh berbeda dari orang-orang yang menyembah ilah-ilah lain.  Jadi Abraham dulunya adalah penyembah berhala, namun Allah memilih Abraham.  Sangatlah jelas bahwa dalam diri Abraham tidak ada keinginan untuk mencari tau tentang alasan pemilihan ini, karena alasan pemilihan ini sesungguhnya hanya berada di dalam diri Allah.  Jika Abraham tidak sama dengan orang-orang sekitarnya yang menyembah ilah-ilah lain, Abraham mungkin saja menjadi tinggi hati karena perbedaan dirinya dari orang-orang di sekitarnya.  Tetapi dia adalah seorang penyembah ilah-ilah lain sama seperti orang-orang di sekitarnya.  Alasan inilah yang membuat Abraham tidak dapat membanggakan dirinya.  "Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui."  (Ibrani 11:8).

     Adakah kita lebih baik dari Abraham?  Tidak sama sekali.  Semuanya sudah tertulis:  "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak."  (Roma 3:10).  Kita pun mengerti ketika Alkitab mengatakan,  "Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi."  (Roma 3:21).  Jadi kita diselamatkan semata-mata oleh karena kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus.

"Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus."  Roma 3:23-24