Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 April 2013 -
Baca: Lukas 5:12-16
"Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa." Lukas 5:16
Tuhan Yesus adalah figur teladan dalam hal bekerja karena Ia adalah pekerja keras. Dia berkata, "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." (Yohanes 5:17). Saat diutus Bapa di bumi Ia sangat sibuk setiap harinya dalam melakukan pekerjaan untuk Kerajaan Allah. Tuhan Yesus menyembuhkan yang sakit, mewartakan pembebasan bagi yang terbelenggu dan membebaskan mereka yang terpenjarakan oleh kegelapan, dan banyak lagi hal yang lainnya. Dia bekerja dari sejak terbitnya matahari sampai terbenamnya. Tertulis: "Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang
sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Iapun meletakkan
tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka." (Lukas 4:40). Meski bekerja keras selama berada di bumi bukan berarti Tuhan Yesus tidak pernah beristirahat, Ia juga membutuhkan istirahat untuk tubuhNya supaya Ia bisa berdoa kepada BapaNya. Ayat nas di atas menyatakan bahwa Tuhan Yesus mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa. Yesus adalah Putera Tunggal Allah, tetapi Ia sering menyendiri ke tempat yang tersembunyi dan berdoa.
Sangatlah perlu bagi kita untuk memiliki persekutuan yang intim dengan Tuhan. Seringkali kita sulit untuk berkata "tidak" kepada teman sehingga kesempatan untuk menyendiri dengan Tuhan menjadi terlewatkan. Terkadang pula kita terlalu menyibukkan diri dengan padatnya jadwal pelayanan sampai-sampai kita tidak punya waktu beristirahat demi menjaga kesehatan kita, baik itu secara spiritual maupun fisik. Seringkali hal beristirahat ini kita abaikan, padahal istirahat adalah hal penting bagi kita agar tetap menjadi kuat dan bugar. Lalu bagaimana Tuhan Yesus menyelesaikan semua tugas diberikan Bapa kepadaNya? Dia mempunyai 24 jam sama seperti kita semua. Tetapi rahasianya ada pada ketaatanNya untuk melakukan kehendak BapaNya. Tuhan Yesus bekerja dan juga beristirahat, bukan hanya bekerja, bekerja dan terus bekerja tanpa beristirahat. Saat istirahat inilah tuhan Yesus bersekutu dengan Bapa.
Kita hanya perlu menyendiri dan berdoa sebelum kita memulai hari baru, sama seperti yang dilakukan Tuhan Yesus. "Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana." (Markus 1:35). Adalah lebih baik kita memulai hari yang baru bersama dengan Tuhan dan Roh Kudus terlebih dulu. Saat ini banyak orang Kristen yang memulai hari barunya dengan tergesa-gesa tanpa berdoa karena mereka dikejar-kejar oleh target dan pekerjaannya, sehingga Tuhan pun diabaikannya.
Menyendiri bersama Tuhan dan Roh Kudus sebelum memulai segala sesuatu adalah bukti bahwa kita memiliki penyerahan diri penuh kepadaNya.
Wednesday, April 17, 2013
Tuesday, April 16, 2013
SIAPAKAH TUANMU?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 April 2013 -
Baca: Matius 6:19-24
"Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." Matius 6:21
Banyak orang menggantungkan harapannya pada harta kekayaan yang mereka miliki karena mereka berpikir bahwa dengan memiliki uang (kekayaan), mereka bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Tapi sebagai orang percaya kita harus belajar untuk tidak berakar pada apa yang kita miliki, atau berpegang pada hal-hal duniawi. Untuk menjadi bebas dari harta benda duniawi bukanlah perkara yang gampang. Tidak semua 'orang dunia' itu orang yang kikir, bahkan banyak di antara mereka lebih dermawan dibandingkan orang-orang yang percaya kepada Kristus. Sementara masih banyak dijumpai orang Kristen yang 'menggenggam' hartanya begitu rupa, padahal Alkitab dengan jelas mencatat bahwa orang kikir adalah salah satu orang yang kelak tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (baca 1 Korintus 6:9-10). Ada pula orang kristen kaya yang suka memberi, tetapi disertai dengan motivasi yang tidak benar yaitu ingin dipuji oleh orang lain. Tuhan Yesus mengajarkan, "...apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (Matius 6:2).
Kiranya benar bahwa di mana harta seseorang berada di situ juga hatinya berada (ayat nas). Orang-orang kaya seringkali membanggakan harta yang mereka miliki dan hatinya pun terikat kepada hartanya, bahkan harta tersebut telah menjadi tuannya, seperti orang muda yang pergi meninggalkan yesus dengan sedih hati karena tidak rela jika ia harus membagikan hartanya kepada orang miskin (baca Matius 19:16-26). Bukankah masih ada orang Kristen yang lebih mencintai hartanya daripada mengasihi Tuhan? Lebih mengutamakan mengejar materi daripada mengejar perkara-perkara rohani? Tuhan Yesus berkata, "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24).
Siapakah yang menjadi tuan Saudara? Mari kita belajar untuk memberikan semua yang kita punya untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan karena semua itu berasal dari Dia. Adalah tidak mudah bagi orang-orang yang memiliki kekayaan berlimpah untuk menjalani kehidupan yang sederhana. Mereka selalu memiliki keinginan yang sangat besar untuk meraup kekayaan lebih, lebih dari lebih semampu yang mereka bisa lakukan. Hendaknya kita bisa belajar dari Agur bin Yake yang berkata, "Dua hal aku mohon kepada-Mu, jangan itu Kautolak sebelum aku mati, yakni: Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku." (Amsal 30:7-9).
Jadikan Yesus sebagai Tuan dalam hidup ini, karena Dia adalah yang terutama dari segala yang ada di dunia ini!
Baca: Matius 6:19-24
"Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." Matius 6:21
Banyak orang menggantungkan harapannya pada harta kekayaan yang mereka miliki karena mereka berpikir bahwa dengan memiliki uang (kekayaan), mereka bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Tapi sebagai orang percaya kita harus belajar untuk tidak berakar pada apa yang kita miliki, atau berpegang pada hal-hal duniawi. Untuk menjadi bebas dari harta benda duniawi bukanlah perkara yang gampang. Tidak semua 'orang dunia' itu orang yang kikir, bahkan banyak di antara mereka lebih dermawan dibandingkan orang-orang yang percaya kepada Kristus. Sementara masih banyak dijumpai orang Kristen yang 'menggenggam' hartanya begitu rupa, padahal Alkitab dengan jelas mencatat bahwa orang kikir adalah salah satu orang yang kelak tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (baca 1 Korintus 6:9-10). Ada pula orang kristen kaya yang suka memberi, tetapi disertai dengan motivasi yang tidak benar yaitu ingin dipuji oleh orang lain. Tuhan Yesus mengajarkan, "...apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (Matius 6:2).
Kiranya benar bahwa di mana harta seseorang berada di situ juga hatinya berada (ayat nas). Orang-orang kaya seringkali membanggakan harta yang mereka miliki dan hatinya pun terikat kepada hartanya, bahkan harta tersebut telah menjadi tuannya, seperti orang muda yang pergi meninggalkan yesus dengan sedih hati karena tidak rela jika ia harus membagikan hartanya kepada orang miskin (baca Matius 19:16-26). Bukankah masih ada orang Kristen yang lebih mencintai hartanya daripada mengasihi Tuhan? Lebih mengutamakan mengejar materi daripada mengejar perkara-perkara rohani? Tuhan Yesus berkata, "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24).
Siapakah yang menjadi tuan Saudara? Mari kita belajar untuk memberikan semua yang kita punya untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan karena semua itu berasal dari Dia. Adalah tidak mudah bagi orang-orang yang memiliki kekayaan berlimpah untuk menjalani kehidupan yang sederhana. Mereka selalu memiliki keinginan yang sangat besar untuk meraup kekayaan lebih, lebih dari lebih semampu yang mereka bisa lakukan. Hendaknya kita bisa belajar dari Agur bin Yake yang berkata, "Dua hal aku mohon kepada-Mu, jangan itu Kautolak sebelum aku mati, yakni: Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku." (Amsal 30:7-9).
Jadikan Yesus sebagai Tuan dalam hidup ini, karena Dia adalah yang terutama dari segala yang ada di dunia ini!
Subscribe to:
Posts (Atom)